27 Mei 2015

Jiwa yang Bercahaya

Inilah pelajaran tentang Luqman al-Hakim, lelaki Habsyi yang Allah Ta'ala sebutkan namanya dengan penuh kemuliaan di dalam kitab suci-Nya, al-Qur'anul Karim. Inilah Luqman, hamba Allah yang memperoleh karunia berupa hikmah. Sebuah kearifan yang berpijak pada tulisan cinta, lurusnya akidah dan bersihnya iman kepada Allah 'Azzza wa Jalla; tidak bercampur iman itu dengan kesyirikan. Inilah yang perlu kita perhatikan baik-baik, sebab adakalanya orang yang merasa mencintai Allah Ta'ala sebagaimana mereka mencintai Allah. Yuhibbuunahum ka hubbillah.

Jiwa yang Bercahaya

Jiwa yang Bercahaya

Allah subhanahu wa Ta'ala (SWT) berfirman, "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (Al-Baqarah [2]: 165).

Menurut sebagian riwayat, Luqman al-Hakim adalah seorang tukang kayu. Sebuah pekerjaan yang boleh jadi kita anggap rendahan. Tetapi kata-kata bijaknya telah mengantarkan ia sebagai manusia yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah.

Lalu, kata-kata bijak apa yang mengantarkan ia sebagai manusia pilihan? Mari kita simak kata-kata penuh hikmah berikut ini:

"Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, aka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi MahaTerpuji.".(Luqman [31]: 12).

Bagian pertama ayat ini, yakni "bersyukurlah kepada Allah". Menurut Ibnu Katsier bermakna perintah untuk bersyukur kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung atas karunia yang telah dibrikan secara khusus kepadanya, tidak diberikan kepada manusia sejenius yang hidup pada masa itu.

Sedangkan bagian berikutnya yang berbunyi "Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri", bermakna bahwa sesungguhnya manfaat bersyukur itu perpulang kepada orang yang bersyukur itu sendiri, karena Allah berfirman, "Dan barang-siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji." Dia tidak membutuhkan hamba dan Dia tidak mendapatkan mudharat jika seluruh penduduk bumi ingkar sebab Dia tidak membutuhkan perkara selain-Nya.

Ada pelajaran lain yang kita petik dari ayat ini. Bersyukur merupakan dasar yang sangat penting bagi pertumbuhan mental anak, terutama untuk membentuk karakter unggul. Jika seseorang mensyukuri hidupnya, maka sekurangnya ada empat hal yang terjadi pada dirinya.

Pertama, syukur membuat hidup terasa sangat berharga karena setiap detik nafas kita penuh dengan nikmat. Kedua, sikap syukur mendorong anak untuk senantiasa bersemangat. Setiap kali kita menemukan karunia, maka akan bangkit semangat dalam diri kita untuk menjalani kehidupan untuk menjalani kehidupan dan memanfaatkan kesempatan umur sebagaj bekal berharga meraih masa depan yang lebih mulia.

Ketiga, syukur yang sudah menjadi karakter akan membentuk sikap optimis dalam berjuang dan menatap masa depan. Orang yang bersyukur mampu melihat sekaligus merasakan limpahan nikmat disaat yang paling sulit sekalipun, sementara orang lain sulit melihat masa depan bahkan disaat mereka memperoleh banyak kemudahan dan kenikmatan. Keempat, rasa syukur yang kuat menjadikan anak menerima dirinya sendiri secara positif. Ini sangat penting bagi proses pembentukan konsep diri yang baik.

Anakanak bermasalah, terutama di masa remaja dan bahkan dewasa, umumnya berawal dari konsep diri yang buruk. Sementara konsep diri sangat berkait dengan citra diri, yakni bagaimana seseorang memandang diri sendiri sangat berkait dengan keyakinan tentang diri. Seseorang yang merasa tidak berharga, menganggap bahwa tidak ada satu pun yang mau menerima dirinya, maka sebanyak apa pun kawan di sekeliling dan sebaik apa pun sikap orang terhadapnya, tetap tidak membuatnya bisa menerima diri sendiri. Sebaiknya, meski ia memiliki banyak kekurangan dan tidak sedikit orang yang mencela, tapi jika ia merasa bahwa Tuhan menyayangi dan memilihnya sebagai salah satu hambanya yang terbaik, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi, dan optimisme yang besar.

Kecenderungan bersyukur

Apa yang bisa Anda simpulkan dari beberapa penjelasan yang baru saja kita diskusikan? Setidaknya ada dua hal. Pertama, syukur itu berkaitan dengan bagaimana kita menerima, memandang dan memaknai apa yang kita terima. Bukan berkenaan dengan.seberapa besar nikmat atau karunia yan kita peroleh. Betapa banyak orang yang hidupnya berlimpah harta, tetapi penuh keluh kesah. Tidak tenang jiwanya, tidak jernih hatinya.

Kedua, syukur itu manfaatnya untuk diri kita sendiri. Bersyukur membuat karunia kita yang "tak seberapa" dibandingkan tetangga sebelah, terasa jauh lebih membahagiakan. Kita merasa puas terhadap nikmat yang kita peroleh dan memuji Allah Ta'ala yang telah melimpahkan karunia itu. Kita menggenggam nikmat dengan penuh rasa bahagia karena kita tak membandingkan apa yang kita peroleh dengan yang didapatkan orang lain. Sebaliknya, atas setiap nikmat, kita memuji kepada Allah Ta'ala yang telah berkenan mengirimkannya kepada kita.

Allah Ta'ala berjanji akan menambahkan nikmat itu kepada mereka yang bersyukur.

"Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (Ibrahim [14]: 7).

Pelajaran apa yang bisa kita petik? Salah satu anugerah yang harus kita berikan kepada anak adalah membangkitkan kecenderungan hati anak untuk bersyukur. Kita biasakan mereka mendengar ungkapan-ungkapan syukur. Kita dorong mereka untuk merasakan setiap kesempatan sebagai anugerah Allah Ta'ala sehingga ungkapan hamdalah selalu punya makna. Kita sering menyebut-nyebut nikmat-Nya dihadapan mereka, sebagaimana Allah Ta'ala perintahkan:

"Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya. " (Adh-Dhuhaa [93]: 11).

Kapan sebaiknya kita menyebut-nyebut nikmat Allah? Setiap saat. Ungkapan-ungkapan spontan akan lebih terasa pengaruhnya bagi sikap mental anak. Ungkapan spontan mendorong munculnya kecenderungan hati sesuai dengan ungkapan yang sering mereka dengar dan ucapkan. Sesudah itu, kita kuatkan dengan menasehatkan dan pada akhirnya menyuruh mereka bersyukur.

Datangnya perintah sesudah ada kecenderungan, akan menguatkan kecenderungan itu. Sebagaimana perintah yang mengiringi upaya membangkitkan kecenderungan, akan memudahkan anak untuk menerima.

Jangan Mempersekutukan Allah!

Selanjutnya, mari kita simak ayat berikutnya. Allah SWT, "Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada-nya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Luqman [31]: 13).

Berpijak pada Tafsir Ibnu Katsier, ayat ini memuat dua pesan utama. Pertama, Luqman Ibnu Anqa' bin Sadum berpesan agar anaknya menyembah Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kedua, berpesan kepada anak bahwa "sesungguhnya mempersekutukan Allah itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar". Syirik merupakan perbuatan paling zalim diantara kezaliman-kezaliman.

Inilah nilai-nilai dasar yang harus kita tanamkan kepada anak. Agar mereka menjadi orang yang memiliki kepribadian kuat dan memiliki arah yang jelas. Selain itu, kita juga perlu menanamkan prinsip hidup, orintasi hidup dan visi besar.

Wallahua'lam bishawab.

Dikutip dari syamil

26 Mei 2015

Shalat untuk orang sakit

Bagaimana cara mengerjakan shalat untuk orang sakit parah yang memakai pampers atau kateter? Simak selengkapnya.

Sahabat Ummi, shalat adalah satu-satunya ibadah wajib yang tidak bisa ditawar-tawar pelaksanaannya, namun memiliki berbagai keringanan untuk menjalankannya terutama bagi orang yang sedang sakit atau sudah tua.

"Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka dengan berbaring." (HR. Bukhari)

Terkadang, karena kelumpuhan, mungkin terkena stroke atau penyakit berat lainnya, ada beberapa orang yang kesulitan untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat, apalagi jika menggunakan kateter ataupun memakai pampers dewasa karena sudah tidak sanggup buang air besar dan kecil di toilet. Hasilnya, di kasur pun banyak najis yang tertinggal bekasnya. Bagaimana shalat dalam keadaan tersebut?

Selain harus punya wudhu, syarat shalat juga harus suci dari najis yaitu air kencing, darah dan nanah baik di pakaian maupun pada tempat shalat.

Oleh sebab itu, dalam kondisi sakit parah pun, orang-orang di sekitar pasien perlu membantu beberapa hal berikut ini untuk memudahkan pelaksanaan shalat bagi si sakit:

1.Ada tempat (ranjang kecil) khusus yang suci untuk shalat di dekat tempat berbaring sehingga saat shalat tiba dapat minta tolong untuk dipindahkan ke tempat khusus shalat tersebut.

2.Sediakan pakaian khusus untuk shalat yang suci. 

3.Karena sakit, maka dibolehkan menjamak (mengumpulkan) dua shalat dalam satu waktu. Yaitu, shalat dzhuhur dan ashar, maghrib dan isya'. Sedang shalat subuh harus disendirikan.

Dengan menjamak shalat, maka hanya butuh tiga kali untuk minta antar ke kamar mandi untuk kencing dan berwudhu sekaligus ganti memakai baju khusus shalat yang suci.

4.Jika menggunakan kateter untuk buang air, di mana kateter harus tetap terpasang dan tidak bisa dilepas waktu shalat, atau jika sering dilepas akan membahayakan orang yang sakit, maka tidak masalah shalat dalam keadaan kateter tetap terpasang. 

Sebagaimana firman Allah:"Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian." (QS. At-Taghabun: 16).

Allah juga berfirman:"Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya." (QS. Al-Baqarah: 286).

Akan tetapi jika kateter memungkinkan untuk dilepas, meskipun diupayakan hanya dua kali sehari, maka dia bisa atur agar kateter dilepas ketika mendekati waktu ashar dan waktu isya. 

Ketika kateter dilepas mendekati waktu ashar, kemudian dia bisa shalat dzuhur di akhir waktu, disambung dengan shalat ashar setelah masuk waktunya. Atau dilepas ketika mendekati isya, kemudian si sakit bisa shalat maghrib, disambung dengan shalat isya setelah masuk waktu.

"Jika kamu sanggup, lakukan hal berikut: akhirkan shalat dzuhur dan segerakan shalat ashar di awal waktu. Kamu mandi kemudian shalat dzuhur dan ashar dijamak. Kemudian kamu akhirkan shalat maghrib dan segerakan shalat isya di awal waktu, kemudian kamu jamak dua shalat itu…dst." (HR. Turmudzi dan yang lainya)

Sahabat Ummi, betapa Islam mengajarkan kita untuk tetap berhubungan dengan Allah setiap harinya tanpa terkecuali. Sungguh banyak keringanan yang diberikan oleh kita yang menderita sakit, semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa istiqomah mendirikan shalat.


Dikutip dari UMMI

22 Mei 2015

Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah pada Waktu Malam

Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan. Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit. Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari shalat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut,

Allah Ta'ala berfirman,

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)

"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas'ud Al-Badri radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

"Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan." (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta'ala. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do'a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi 'Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam. Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al-Qur'an. Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do'a kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu'allim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya –menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam. Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, "Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do'a karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat." (Ahkam Al-Qur'an Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan. Semoga Allah memberi taufik.

 

Referensi:

Ahkam Al-Qur'an Al Karim. Cetakan pertama tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.

Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadhis Shalihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Kunuz Riyadhis Sholihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin 'Abdurrahman Al-'Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliyya.

Nuzhah Al-Muttaqin. Cetakan pertama tahun 1432 H. Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dkk. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

Selesai disusun 17:00 di Darush Sholihin Girisekar Panggang Gunungkidul, 2 Sya'ban 1436 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Dikutip dari artikel Rumaysho.Com

Mengenal Alam Malaikat (2)

Malaikat adalah makhluk Allah yang juga dibebankan tugas dan tanggung jawab. Namun –tidak sebagaimana manusia- mereka diberi kekuatan penuh untuk melaksanakannya. Mereka juga tidak diberikan hawa nafsu, sehingga tidak ada salah satupun dari mereka yang menyelisihi perintah Allah. Semuanya melaksanakan tugas masing-masing dengan benar sesuai perintah Allah.1

Jika kita melihat tugas dan tanggung jawab malaikat yang bermacam-macam, kita akan menemukan hubungan yang erat antara mereka dengan kita sebagai manusia2. Hubungan yang menunjukan kedekatan kita dengan mereka. Bahkan bisa dikatakan hampir seluruh3 (atau mungkin seluruh –wallahu 'alam) tugas mereka adalah untuk kepentingan manusia. Hal ini selain menumbuhkan rasa cinta kepada mereka para malaikat, juga menumbuhkan kesadaran akan Rahmat Allah yang begitu luas kepada kita, dengan menciptakan makhluk bernama malaikat untuk kepentingan manusia.

Tiga pemimpin malaikat

Dari sekian banyak malaikat, ada tiga yang menjadi pemimpin mereka4. Yaitu malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu. Malaikat Israfil yang bertugas meniup sangkakala di hari akhir. Dan malaikat Mikail yang bertugas menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman. Ketiga malaikat ini menjadi pemimpin malaikat dikarenakan tugas mereka yang berkaitan dengan kehidupan. Jibril bertugas menyampaikan wahyu yang dengannya hati manusia akan hidup. Mikail menumbuhkan tumbuhan dan menurunkan hujan dengannya bumi akan hidup. Dan Isrofil pun meniup sangkakala yang dengannya jasad manusia akan kembali hidup di hari kiamat.

Malaikat penjaga manusia

Di antara malaikat ada yang bertugas setiap waktu menjaga manusia. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah" (Qs. Ar Ro'du: 11). Mujahid berkata, "tidaklah seorang hamba, kecuali dia memiliki malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya –baik ketika tidur maupun terjaga- dari gangguan jin, manusia, dan hewan hewan penggganggu. Jika ada sesuatu yang akan mencelakakannya, malaikat akan mengatakan kepadanya, "awas hati-hati!", kecuali sesuatu yang sudah diizinkan oleh Allah untuk menimpanya"5

Malaikat penjaga gunung

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ketika Rosulullah hijrah ke Thaif dan mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari penduduk Thaif, beliau didatangi oleh malaikat. Setelah mengucapkan salam, malaikat tersebut berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang telah dikatakan oleh kaummu. Aku adalah malaikat gunung. Aku telah diutus Tuhanmu untuk mendatangimu, agar engkau menyuruhku untuk membantu menyelesaikan urusanmu. Maka, apa yang engkau inginkan aku perbuat kepada mereka? Jika engkau mau, akan kuhimpit mereka itu dengan dua gunung batu (Abu Hubaisy dan Al-Ahmar)." Maka beliau bersabda, "Jangan! Aku berharap Allah ta'ala melahirkan dari mereka generasi yang menyembah Allah ta'ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.'"6

Malaikat berkeliling mencari majelis dzikir

Kemudian ada di antara mereka malaikat yang berkeliling di muka bumi, jika didapatkan ada majlis dzikir maka mereka akan ikut duduk di majlis dzikir. Rosulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah diantara rumah Allah, di sana mereka membaca kitabullah dan mempelajarinya, kecuali mereka akan diberikan ketenangan, diliputi rahmat dan dinaungi oleh malaikat serta Allah akan menyebutkan mereka dihadapan makhluk (para penghuni langit) yang berada di dekat Nya"7

Malaikat pencatan amal

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al Infithor: 10-12). Setiap orang akan diiringi oleh dua malaikat. Sebelah kanan bertugas mencatat amal baik. Sementara sebelah kiri bertugas mencatat amal buruk.8 Tidaklah seorang berbuat kecuali akan dicatat oleh malaikat, sekecil apapun itu. Bahkan hingga rintihan orang yang sedang sakit.

Dikisahkan dahulu ketika Imam Ahmad sakit dan dijenguk oleh saudaranya, dilihatnya Imam Ahmad sedang merintih (karena sakit). Maka saudaranya mengatakan, "wahai Abu Abdillah tenanglah, sesungguhnya Thawus berkata, "sesungguhnya Malaikat mencatat sampai rintihan orang yang sedang sakit, karena Allah berfirman (yang artinya), "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qs. Qaf : 18)"", Maka sejak saat itu Imam Ahmad berhenti merintih.9

Malaikat Maut

Malaikat maut –sebagaimana terlihat dari namanya- bertugas mencabut arwah manusia. tentang penamaan malaikat maut Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan" (Qs. As Sajadah: 11). Adapun penamaan Izroil tidak ada dasarnya dalam Al Qur'an dan Sunnah.10

Disebutkan dalam sebuah riwayat11, bahwa malaikat maut memiliki pembantu pembantu yang akan mendatangi orang yang akan meninggal untuk mencabut nyawanya. Jika manusia yang akan dicabut nyawanya seorang yang soleh, maka malaikat akan datang dalam rupa yang bagus, dan nyawa orang tersebut akan dicabut dengan lembut. Namun sebaliknya, jika manusia yang akan dicabut nyawanya seorang pendosa, maka malaikat akan mendatanginya dalam rupa yang buruk dan menyeramkan. Dan arwahnya pun akan dicabut dengan sangat keras tanpa kasih sayang. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan…" (Qs. Al An'am : 93)

Kemudian setelah malaikat maut mencabut arwah dan mengeluarkannya dari jasad seorang hamba, arwah tersebut akan diserahkan kepada malaikat rahmat atau malaikat adzab yang menjadi penanggung jawab selanjutnya.12

Malaikat yang bertugas bertanya di alam kubur

Jika seorang hamba telah memasuki kuburan, dia akan didatangi oleh malaikat. Dalam sebuah hadis disebutkan, "jika seorang yang sudah mati dikuburkan, dia akan didatangi dua malaikat berwarna gelap, salah satunya bernama Munkar, dan yang lain bernama Nakir. Keduanya akan bertanya, 'apa yang kamu ketahui tentang orang ini (maksudnya Muhammad)?' (seorang muslim) menjawab, 'sebagaimana apa yang dia katakan, dia adalah hamba Allah dan ro'ul Nya, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, namun jika orang munafik, dia berkata, "aku mendengarkan orang-orang mengatakan begini dan begitu maka akupun ikut mengatakannya, aku tidak tau…."13

Para penjaga neraka dan para penjaga surga

Para penjaga neraka14 –naudzubillah- bernama Zabaniyah15. Pemimpin mereka berjumlah sembilan belas16. Yang paling senior bernama Malik, Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Mereka (penduduk neraka) berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)." (Az Zukhruf: 77).

Tentang sifat mereka, Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Qs. At Tahrim: 6)

Adapun para penjaga surga, pemimpin mereka adalah Ridhwan17. Mereka akan menyambut para penghuni surga dengan ucapan salam. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (Qs. Az Zumar: 73)

Wallahu 'alam bis Shawab.

***

Catatan kaki

1 Muhammad bin Ibrohim Al Hamd, hal. 268

2 Ibid, hal. 271

3 Ibn Abil Izz menyatakan bahwa seluruh gerakan di alam semesta ini adalah malaikat yang menggerakan (tentunya atas perintah Allah) lihat Syarh Tohawiyah (Muassasah Ar Risalah, cet.4 1434 H) hal. 169

4 Muhammad Sholih Utsaimin, Syarhul Akidah Al Washatiyah hal. 45 dan Ibn Abil Izz Hal. 62

5 Lihat tafsir Ibnu Katsir Qs Ar Ro'du : 11.

6 HR. Muslim

7 HR. Muslim No. 2699

8 Lihat perkataan Hasan Al Bashri yang dinukil di Ma'arijul Qobul (2/817)

9 Kisah ini dinukil oleh Syaikh Utsaimin dalam Syarhul Washatiyah hal. 47

10 Muhammad Utsaimin hal. 46

11 Dikeluarkan oleh hakim (1/352-353) dan disohihkan olehnya. Lihat Ma'arijul Qobul (2/813)

12 Ibn Abil Izz hal. 235

13 HR Tirmidzi, dihasankan oleh syaikh Albani (sissilah hadits sohih no. 1931)

14 Hafidz Al Hakami hal. 819

15 Qs. Al Alaq : 18

16 Qs. Al Muddatsir : 30

17 Ibnu Katsir berkata, "dan penjaga syurga adalah malaikat yang dinamakan Ridhwan, disebutkan dalam beberapa hadits" (lihat Al Bidayah Wan Nihayah (1/53)

Penulis: Abdullah Hazim

Artikel Muslim.Or.Id

Mengenal Alam Malaikat (1)

Allah ta'ala telah mengabarkan kepada manusia akan keberadaan malaikat. Bahkan Allah jadikan keimanan kepada malaikat sebagai salah satu rukun iman, yang tanpanya iman seseorang tidak akan diterima. Di sinilah menjadi penting bagi setiap muslim untuk mengenal malaikat. Dengan mengenal mereka kita akan lebih mengetahui kebesaran Allah yang memiliki tentara-tentara seperti malaikat. Dengan mengenal malaikat pula, kita akan merasakan kasih sayang Allah yang telah melindungi kita dengan mengutus para malaikat untuk menjaga kita, mencatat amal amal kita, membisiki kita untuk berbuat baik dan lain sebagainya. Juga dengan mengenal malaikat kita akan mencintai mereka, sebagai hamba Allah yang selalu taat kepada Nya.

Definisi malaikat

Malaikat adalah jamak dari kata Malak, yang secara bahasa bermakna Mursil ; utusan.1 Mereka adalah makhluk ghoib yang Allah yang ciptakan dari cahaya, tidak memiliki sifat ketuhanan2, selalu taat kepada perintah Allah dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah.3

Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya arsy, dan jin diciptakan dari nyala api, dan adam dari apa yang sudah diceritakan kepada kalian"4

Jumlah malaikat sangat banyak, tidak ada yang mengetahui selain Allah ta'ala5. Allah ta'ala berfirman, "dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhan mu melainkan dia sendiri" (Qs. Al Muddatsir: 31).

Menunjukan kepada banyaknya jumlah malaikat, adalah apa yang dikatakan jibril Alaihi Salam ketika ditanya oleh Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (dalam peristiwa isro) tentang baitul ma'mur6, "Ini adalah baitul Ma'mur sholat didalamnya tiap hari tujuh puluh ribu malaikat, tidak kembali lagi malaikat terakhir dari mereka"7. Maksudnya tujuh puluh ribu malaikat yang sholat setiap hari berbeda beda.

Apakah malaikat berjasad?

Nash-nash yang ada menunjukan bahwa malaikat memiliki jasad8. Bahkan jasad mereka sangat besar, meskipun berbeda beda. Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menceritakan bagaimana besarnya malaikat pemikul Arsy, "aku diizinkan untuk menceritakan salah satu malaikat Allah, yaitu malaikat pemikul Arsy, sesungguhnya antara cuping telinga dan pundaknya sejauh perjalanan tujuh ratus tahun"9

Mereka juga memiliki sayap. Meskipun berbeda beda jumlah sayapnya. Di antara mereka ada yang memiliki dua sayap, tiga atau empat sayap, bahkan ada yang memiliki enam ratus sayap sebagaimana malaikat Jibril. Allah ta'ala berfirman, "Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat…" (Qs. Fathir: 1).

Mengenai malaikat jibril, Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah melihat dalam bentuk aslinya selama dua kali. Yang pertama ketika di abthah,10 Rosulullah melihat Jibril menampakan dirinya dalam bentuk aslinya, dengan enam ratus sayap yang menutupi ufuk. Yang kedua adalah ketika Rosulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dinaikan ke langit pada malam Mi'roj11. Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha" (Qs. An Najm 13-14) Adapun selebihnya, Malaikat Jibril lebih sering datang dalam bentuk seorang sahabat bernama Dihyatul Kalbii12, atau terkadang dalam bentuk seorang laki laki asing yang tidak dikenal.13

Malaikat juga memiliki akal tapi tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana manusia14. Karena jika tidak memiliki akal, tidak mungkin Allah memuji mereka dengan menyebutkan sifat mereka, "tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (Qs. At Tahrim : 6)

Namun meskipun malaikat memiliki jasad, mereka tidak membutuhkan makan dan minum sebagaimana manusia15. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Ibrohim yang didatangi oleh malaikat yang menyerupai manusia. ketika dihidangkan makanan kepada mereka, mereka tidak mau menyentuhnya.16

Keyakinan kaum musyrikin tentang malaikat

Orang Yahudi17 menisbatkan Uzair18 sebagai anak Allah. Orang Nashroni juga menisbatkan Al Masih (Nabi Isa) sebagai anak Allah. Dan orang Musyrik tidak kalah dalam hal ini. Mereka menisbatkan malaikat sebagai anak anak Allah! Bahkan lebih dari itu, mereka mengatakan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan19 Allah20. Maha Suci Allah atas apa yang mereka tuduhkan. Allah pun mengingkari pernyataan orang musyrik bahwa malaikat berjenis kelamin wanita. Allah ta'ala berfirman, "Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban." (Qs. Az Zukhruf : 19).

Allah mengingkari tuduhan bahwa malaikat adalah anak-anak Allah, "Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan (Qs. Al Anbiya : 26).

Serta bagaimana mereka bangga jika memiliki anak laki laki dan malu jika memiliki anak perempuan, namun kemudian menisbatkan anak perempuan untuk Allah?21 Tentu ini sesuatu yang tidak adil. Allah berfirman, "Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil." (Qs. An Najm : 21-22).

Mana yang lebih mulia antara malaikat dan orang soleh?

Masalah ini telah diperselisihkan oleh para ulama dahulu.22 Akan tetapi yang benar adalah -sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, "bahwa orang soleh lebih utama jika telah masuk ke dalam syurga. Karena mereka berada dekat dengan sang Pencipta, bersenang-senang di dalam surga, dimuliakan oleh Allah dengan rahmat Nya, bahkan bisa melihat wajah Allah ta'ala. Sementara malaikat ketika itu –dengan izin Allah- menjadi pelayan manusia.

Adapun sekarang –di kehidupan dunia- malaikat lebih utama dari manusia soleh, karena keberadaannya di atas langit, dekat dengan sang pencipta, sibuk beribadah kepada Allah, suci dari dosa yang dilakukan oleh manusia di muka bumi."23

Bersambung insya Allah….

***

Catatan kaki

1 Muhammad bin Solih Utsaimin, Syarhul Akidah Al Wasathiyah, Hal 45, Muhammad bin Ibrohim Al Hamd, Rosaail Fil Akidah hal. 268

2 Karena yang memiliki sifat ketuhanan hanyalah Allah ta'ala. Adapun malaikat adalah hamba Allah juga yang tidak selayaknya disembah.

3 Muhammad bin Ibrohim Al Hamd, Hal. 268

4 HR Muslim No. 2966

5 Muhammad Sholih Utsaimin Hal. 48

6 Yaitu sebuah tempat ibadah penduduk langit (malaikat) yang berada diatas langit ketujuh. Sebagaimana di bumi memiliki ka'bah sebagai tempat ibadah, maka disetiap langit pun memiliki tempat ibadah. Tempat ibadah di langit pertama bernama baitul Izzah. (Lihat: Qs. At Thur : 4 dan tafsirnya, tafsir Ibnu Katsir)

7 HR. Bukhori No. 3207

8 Muhammad bin Ibrohim Al Hamd, hal. 270 dan Muhammad Sholih Utsaimin hal. 49

9 Sohih Sunan Abu Dawud No. 9353

10 Suatu tempat di antara mekah dan mina, lebih dekat ke mina.

11 Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (2/107) dengan sanad yang sohih

12 Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (2/107) dengan sanad yang sohih

13 Hafidz Al Hakimi, hal. 810

14 Ibn Abil Izz hal. 173

15 Dr. Sulaiman Al Asyqor, 'Alamul Malaikat, hal. 18

16 Lihat kisah ini dalam Qs. Ad Dzariyat : 24-28 dan tafsirnya dalam tafsir Ibnu Katsir.

17 Pandangan ini bukan pandangan seluruh bangsa yahudi tapi merupakan pandangan sebagian kecil bangsa yahudi (Lihat tafsir As Sa'di Qs At Taubah. 30 )

18 Uzair adalah nama salah seorang ulama bani Isroil. Dikisahkan bahwa ketika kerajaan kerajaan ketika itu telah menguasai dan memecah belah bangsa bani isroil dan membunuh para ulama bani isroil yang menghafal taurot, mereka mendapatkan uzair masih hidup dan menghafal taurot atau sebagiannya. Maka kemudian mendiktekan kembali kepada mereka taurot, maka mereka pun mengatakan bahwa Uzair anak Allah. (lihat Qs. At Taubah : 30 dan tafsirnya; Tafsir Ibnu Katsir dan Tafir As Sa'di)

19 Malaikat tidaklah disifati dengan laki laki atau perempuan. Karena keberadaan mereka berbeda dengan manusia, jin maupun hewan hewan. (lihat Dr. Sulaiman Al Asyqor, hal. 16

20 Lihat Tafsir As Sa'di; tafsir Qs. Al Anbiya : 26

21 Ibnu Abbas dan Qotadah berkata –mengomentari ayat ini-, "yaitu pembagian yang buruk ketika kalian (orang musyrik menisbatkan kepada Allah hal yang kalian benci jika dinisbatkan kepada kalian sendiri" (Lihat Tafsir ayat ini dalam tafsir Al Baghowi)

22 Ibn Abil Izz dalam Syarhul Aqidah At Tohawiyah (171-176) sebelum dan setalah menyebutkan perbedaan pendapat dalam masalah ini serta dalil setiap kelompok mengatakan bahwa masalah ini termasuk masalah yang tidak perlu dibahas, karena tidak mengandung manfaat.

23 Majmu Fatawa 4/372

Penulis: Abdullah Hazim

Dikutip dari Artikel Muslim.Or.Id

QS. Al Ikhlas


1. Katakanlah : Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.