Bagi beberapa perempuan yang sedang dalam masa 'hamil muda', mual dan muntah menjadi sesuatu yang biasa. Namun, apa sebenarnya penyebabnya, apakah berpengaruh pada perkembangan janin dan bagaimana mencegahnya? Berikut penjelasannya:
HIPEREMESIS: Mual-Muntah Berlebihan Saat Hamil
Oleh: Dono Baswardono
Pada dasarnya mual dan muntah pada kehamilan itu wajar. Hampir 90 persen wanita hamil mengalaminya. Tentu ada yang biasa-biasa saja dan ada yang berlebihan. Kriteria berlebihan itu dilihat dari gejala klinisnya atau dari hasil laboratorium. Misalnya berapa banyak makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh, apakah kekurangan cairan atau tidak, dan apakah kekurangan energi. Kalau sering muntah tapi tidak mengalami dehidrasi atau kadar gulanya tidak turun, masih disebut wajar. Apalagi jika ibu hamil ini masih dapat menerima makanan yang dikonsumsinya.
Sebenarnya, ibu hamil yang mengalami muntah berlebihan atau dalam ilmu kedokteran disebut hiperemesis gravidarum tidak banyak. Hanya sekitar lima persen. Biasanya terjadi pada kehamilan trimester pertama.
Begitu masuk usia kehamilan 14 minggu, biasanya mereda. Tapi sekitar 10 persen ibu hamil masih mengalami mual-muntah, padahal usia kehamilannya sudah mencapai 20 minggu (5 bulan).
Penyebab Hiperemesis
Secara umum, penyebab muntah berlebihan itu berasal dari hormon kehamilan, human Chorionic Gonadotropin (β-hCG) itu sendiri. Hormon hCG ini memang menimbulkan rasa mual-muntah pada wanita yang sedang hamil.
Biasanya, seorang wanita yang hamil kembar atau hamil anggur, kadar hormon β-hCG-nya sangat tinggi. Ini karena pada ibu yang hamil kembar, plasentanya menjadi lebih lebar. Sedangkan ibu yang mengalami hamil anggur, plasentanya lebih dominan. Hormon inilah yang menyebabkan mual-muntah yang lebih tinggi.
Penyebab lainnya? Perubahan hormon estrogen yang tinggi. Bisa juga karena ada masalah di lambung ibu hamil. Lambung ibu hamil gerakannya lebih lambat sehingga penumpukan asam akan lebih tinggi – yang kemudian menyebabkan hiperemesis. Ada pula yang menyatakan karena adanya bakteri-bakteri yang menyebabkan hiperemesis.
Penyebabnya hanya fisik? Tentu tidak. Faktor psikis juga bisa mempengaruhi timbulnya mual-muntah. Misalnya karena ibu hamil mengalami stress karena kehamilanya tidak didukung keluarganya; dan berbagai hal lain yang bisa menimbulkan masalah psikologis.
Perkembangan Janin Terhambat
Apakah hiperemesis mempengaruhi perkembangan janin? Tergantung berat-ringannya efek pada si ibu hamil. Harus kita ingat bahwa kondisi janin terproteksi dengan sangat baik. Artinya, jika ibunya mengalami kondisi yang ekstrim barulah bayi tersebut terpengaruh. Tuhan telah menciptakan sistem sedemikian rupa sehingga kalau ada apa-apa, bayi itu menjadi korban terakhir.
Kecuali kalau bumil mengalami dehidrasi berat, elektrolitnya berkurang drastis karena banyak cairan tubuh keluar, seperti kalium yang rendah sekali atau hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) berat, bahkan si ibu bisa tidak sadar akibat kurangnya kalori atau zat gula di area otak tertentu. Nah, kalau sudah seperti itu, si bayi pasti akan terpengaruh.
Kalau hiperemesis berkepanjangan atau tidak hilang-hilang, tentu nutrisi untuk bayi akan berkurang. Biasanya bayi yang lahir dari ibu penderita hiperemesis berkepanjangan, berat badannya agak kurang dibandingkan berat badan bayi normal.
Apakah hiperemesis ini bisa mempengaruhi kelahiran nantinya; misalnya musti cesar atau bisa bersalin normal? Sebenarnya tidak ada hubungan langsung, karena hiperemesis terjadi pada trimester awal, sedangkan kelahiran terjadi pada trimester akhir.
Hiperemesis dan beberapa masalah lain, seperti kelainan plasenta, bisa membuat bayi mengalami pertumbuhan janin terhambat. Karena pertumbuhannya terhambat, ada kemungkinan ia lahir prematur. Karena prematur, besar kemungkinan ia dilahirkan secara cesar.
Bagaimana Mencegahnya?
Bumil musti memahami bahwa mual-muntah pada saat hamil adalah hal normal. Pengertian ini akan membuat bumil lebih siap mental. Ibu hamil juga harus berpikiran positif bahwa dia harus tetap mengusahakan adanya nutrisi yang masuk untuk janinnya.
Caranya bagaimana? Pertama, dengan makan sedikit-sedikit tapi sering. Karena biasanya ibu hamil itu nafsu makannya besar. Tapi begitu dia makan banyak, lambungnya langsung penuh. Ini bisa memicu Anda muntah. Andaikan Anda mau menahan diri dengan memakan setengah atau seperempat porsi saja, maka tidak akan muntah. Nanti, dua jam berikutnya baru makan lagi dengan porsi yang sama. Dengan demikian lambung Anda akan bergerak lebih lambat.
Kedua, hindari makanan berlemak tinggi. Lemak juga bisa memicu mual-muntah.
Ketiga, mengonsumsi makanan seperti makanan orang sakit maag. Artinya, hindari makanan yang merangsang, seperti yang pedas atau asin.
Apalagi? Hindari suplemen zat besi pada trimester pertama! Memang zat besi diperlukan bumil, tapi lebih pada trimester kedua dan ketiga. Pada trimester awal cukup diperbanyak makanan yang mengandung folat. Bisa juga dengan pemberian herbal medicine, misalnya jahe. Umumnya bumil suka minuman hangat. Kalau tak suka jahe, ya jangan. Jahe bisa menolerir kondisi mual-muntah berlebih. Tapi jangan minum jamu-jamuan, karena bukti medisnya belum ada.
Kalau pencegahan dari aspek psikologis, pertama-tama suami musti banyak memberi dukungan emosional bagi istrinya yang tengah hamil. Begitu pula anggota keluarga lainnya.
Pengobatan Medis
Kalau bumil positif hiperemesis, Dokter tentu akan menganjurkan agar dirawat. Secepatnya kondisi ibu hamil tersebut harus dipulihkan kembali. Dokter akan memberikan pengobatan tidak hanya obat yang diminum tapi bisa juga lewat suntikan; dengan infus. Untuk kasus ibu hamil yang mengalami mual-muntah biasa, biasanya dokter menganjurkan untuk rawat jalan. Dokter akan memberikan obat anti mual yang mengandung vitamin B6 karena terbukti bisa meredakan mual-muntah pada kehamilan.
Dikutip dari Muslimzone