Keberuntungan yang Hakiki
Hidup sukses yang hakiki adalah kemenangan tatkala maut menjemput, dan kemenangan di alam kubur serta tatkala manusia berdiri dikumpulkan di Mahsyar dan dibagikan catatan amal serta kemenangan ketika melewati Shirath serta ketika dibukanya catatan amal. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata” Ambillah, bacalah kitab ini sungguh aku yakin aku akan menemui hisab terhadap diriku.” (Qs. al-Haqqah: 19-20). Dan Allah Ta’ala berfirman artinya, “Maka orang itu berada di dalam kehidupan yang di ridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat.( Kepada mereka di katakan) makan dan minumlah dengan sedap disebabkan karena amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”. (QS. al-Haqqah: 21-24)
Begitu juga Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang hambaNya yang mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan yang hakiki di dalam ayat-Nya, artinya, “Barangsiapa yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka dia adalah orang yang sukses (beruntung)”. (QS. Ali Imran: 185). Maka kemenangan yang hakiki adalah selamatnya seseorang dari api neraka dan masuknya dia ke dalam surga.
Jalan Keberuntungan dan Keselamatan
Mungkin engkau wahai saudaraku merindukan keberuntungan dan kesuksesan yang sangat besar dan hakiki, sehingga terkadang bertanya-tanya, “Apakah jalan untuk menuju kemenangan yang besar itu?” Maka dengan membaca risalah singkat ini insya Allah pertanyaan-pertanyaan yang ada akan terjawab, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Tidaklah kami mengalpakan sesuatu apa pun di dalam kitab ini.” (QS. al-An’am: 38), oleh karena itu, hendaklah kita membaca al-Qur’an dan mentadaburi ayat-ayatNya karena dalam al-Qur’an al-Karim terdapat penjelasan lengkap tentang sifat-sifat orang-orang yang beruntung dan amalan-amalan mereka serta menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang celaka. Dan di dalamnya juga terdapat penjelasan tempat akhir bagi kedua kelompok tersebut.
Di antara sifat-sifat orang beruntung yang terdapat dalam al-Qur’an al-Karim adalah sebagai berikut :
1. Iman kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah Ta’ala merupakan azas keberuntungan dan kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin dan mukminat surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya mereka kekal di dalamnya dan bagi (mereka) ada tempat-tempat tinggal yang baik disurga-surga Adn dan keridhaan dari Allah yang amat besar yang demikian itu merupakan kemenangan yang sangat besar.” (QS.at-Taubah: 72)
Iman menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Barangsiapa yang mengatakan iman cukup dengan hati, dan amal bukan temasuk bagian dari keimanan, maka dia orang yang terjerumus dalam kekeliruan.
2. Benarnya amal
Keimanan yang hakiki akan menghantarkan pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala dan RasulNya, sehingga dia benar-benar akan memperbaiki amalnya dan ikhlas kepada Allah Ta’ala serta sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka dia telah beruntung dengan keberuntungan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Dan inilah keterkaitan iman dan amal, sungguh Allah Ta’ala telah menggandengkan antara keduanya di dalam banyak AyatNya, di antaranya firman Allah Ta’ala Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal Shalih, maka kelak Allah akan memasukkanya ke dalam rahmat Nya(surgaNya) yang demikian itu merupakan kemenagan yang sangat besar.” (QS. al-Jatsiah: 30)
3. Al-Ittiba’ (mengikuti/ mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan tidak membuat kebid’ahan (amalan yang tidak ada dasarnya dalam agama) .
Termasuk sifat-sifat orang-orang mukmin yang beruntung yaitu dia berittiba’ dan meningalkan kebid’ahan. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang yang pertama masuk Islam dari kalangan muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha KepadaNya dan Dia telah menyediakan bagi mereka Surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Yang demikian itu adalah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100). Sedangkan Ittiba’ dan meninggalkan kebid’ahan tidak akan terealisasi kecuali dengan dua pondasi yaitu Ikhlas kepada Allah Ta’ala dan Mencontoh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam.
4. Meninggalkan Kemaksiatan
Kemaksiatan itu dapat merusak hati dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba dalam pandangan Allah Ta’ala dan mewariskan kehinaan dan menghantarkannya kepada berbagai macam siksaan di dunia maupun di akhirat. Kemaksiatan itu dapat menghilangkan kenikmatan dan menyebabkan kesengsaraan serta menghilangkan barakah umur. Dan tidak ada kemenangan, kebahagiaan dan keselamatan kecuali dengan meninggalkan kemaksiatan.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Para malaikat yang memikul Arsy dan yang sekitarNya mereka bertasbih dengan memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada mereka dan mereka memohonkan ampun bagi orang-orang yang beriman ,(mereka berkata) Rabb kami, rahmat dan ilmumu telah meliputi segala sesuatu, maka ampunilah orang-orang yang bertaubat serta mengikuti jalanmu. Lindungilah mereka dari siksa neraka jahim . Wahai Rabb kami masukanlah mereka kedalam Surga A’dn yang engkau janjikan kepada mereka dan yang memperbaiki amalnya dari bapak-bapak mereka dan istri-istri mereka dan keturunan mereka. Sesungguhnya engkau Maha Perkasa lagi Bijaksana dan jagalah mereka dari keburukan-keburukan. Dan barangsiapa yang Engkau jaga dari keburukan-keburukan pada hari itu, maka engkau telah merahmatinya. Yang demikian itu merupakan kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Ghafir: 7-9).
Allah Ta’ala menjelaskan bahwa meninggalkan kejelekan-kejelekan dan menjaga diri darinya merupakan sebab mendapatkan rahmat Allah Ta’ala dan barangsiapa yang dirahmati oleh Allah Ta’ala, maka dia telah mendapat kemenangan yang besar .
5. As-Shidqu (Jujur)
Kejujuran termasuk sifat-sifat orang mukmin yang beruntung, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Ini adalah hari saat bermanfaat kejujuran orang-orang jujur bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu merupakan kemenangan yang besar.” (QS. al-Maidah: 119)
.
6. Takut kepada Allah Ta’ala
Takut kepada Allah Ta’ala menyebabkan seorang hamba meninggalkan kemaksiatan. Sedangkan meninggalkan kemaksiatan membuahkan kemenangan dengan mendapatkan surga dan selamat dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “ Katakanlah, “Aku takut apabila aku bemaksiat kepada Rabbku (dan mendapat) siksa pada hari yang Agung.” (QS. al-An’am: 15-16). Takut kepada Allah Ta’ala merupakan kewajiban bagi setiap orang.
7. Taqwa
Allah Ta’ala mengabarkan di dalam kitabNya tentang keberuntungan orang-orang bertaqwa di Akhirat dan kekalnya mereka di surga dan selamatnya mereka dari api neraka. Lihat QS. Ad-Dukhan: 51-57, Dan Allah memberikan kabar gembira dengan keberuntungan di dunia maupun di Akhirat. Allah Ta’ala berfirman, artinya “orang-orang yang beriman dan bertaqwa bagi mereka ada kabar gembira di dunia dan di Akhirat, tidak ada yang bisa mengubah kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu merupakan keberuntungan yang sangat besar”. (QS.Yunus: 63-64). Dan ketakwaan itu mengumpulkan segala kebaikan yang hakikatnya adalah menghindar dari siksaan Allah Ta’ala dengan ketaatan kepadaNya.
8. Jihad di jalan Allah Ta’ala
Jihad di jalan Allah Ta’ala merupakan amalan paling utama. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhun telah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dia berkata, “Amalan apa yang lebih dicinta oleh Allah Ta’ala maka Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” kemudian dia bertanya lagi, “ Kemudian apa ? ” Kemudian beliau menjawab, “ Berbuat baik kepada kedua orang tua. Dia bertanya lagi, “ Kemudian apa lagi ? ” “ Maka beliau menjawab, “ jihad di jalan Allah.” (Muttafaqun‘alaih). Oleh karena itu, Allah Ta’ala menjadikan jihad sebagai sebab keberuntungan yang besar pada hari qiamat. Lihat QS. at-Taubah: 88-89.
9. Tidak mengikuti syaithan baik dari golongan jin maupun manusia.
Termasuk sebab keberuntungan dengan mendapat surga dan selamat dari api neraka. Tidak mengikuti syaitan baik dari gologan jin maupun manusia. Menyelisihi mereka dan menampakkan permusuhan dengan mereka. Lihat Qs. ash-Shaffat: 50-61)
10. Sabar
Berkata Ibnul Qayim, “Sabar merupakan kewajiban berdasar Ijma’(kesepakatan) umat. Ia merupakan setengah dari keimanan, karena manusia memiliki dua bagian, yang satu adalah sabar dan yang lainnya adalah syukur.
Sungguh Allah Ta’ala telah mengabarkan, bahwa sabar merupakan sebab keberuntungan, kemenangan pada hari Kiamat. Lihat Qs. al-Mu’minun: 109-111.
Dan sabar maknanya adalah menahan diri untuk tidak berkeluh kesah dan benci (terhadap sesuatu yang menimpa) dan menjaga lisan dari merengek dan menjaga anggota badan dari maksiat. Jadi sabar itu ada tiga bagian: Sabar dalam ketaatan; Sabar dalam mengahadapi musibah; Dan sabar untuk tidak bermasiat.
Oleh : Galih, di sadur dari kutaib “Man al-Faiz” al-Qism al-Ilmi bi daaril wathn
Dikutip dari al-sofwah
Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him
02 Desember 2008
Siapakah yang Beruntung...?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar