"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali, kamu
menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu diantaramu,
disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal
itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa
yang dahulu kamu perselisihkan" (QS An Nahl [16]:92)
Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "wahai
sahabat-sahabatku tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?"
Salah seorang sahabat Nabi menjawab, "Ya Rasulullah, orang yang bangkrut
itu adalah orang yang mengalami kerugian akan harta bendanya sehingga ia
tidak memiliki apa-apa lagi."
"Tidaklah demikian wahai sahabatku," jawab Nabi saw. "Orang yang
bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala
sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya, wakafnya, hajinya dan
umrohnya; tetapi ketika seluruh pahala kebaikannya itu ditimbang di
hadapan Allah SWT, datanglah istrinya yang mengadukan kezaliman yang
diterimanya ketika hidup di dunia dahulu. "Ya Allah dahulu aku selalu
mendapat perlakukan kasar darinya dan ia selalu menyakitiku." Maka Allah
menyuruh agar orang itu membayar kepada istrinya dengan sebahagian
pahalanya.
Kemudian datang lagi anaknya mengadukan kezaliman yang diterimanya
kepada Allah SWT. "Ya Allah dahulu ketika aku hidup di dunia, ayahku ini
memperlakukanku dengan tidak adil. Ia melebihkan saudaraku yang satu
dari diriku. Disaat aku dalam kesulitan, ia tidak memperdulikanku
walaupun aku selalu berbakti kepadanya." Maka Allah menyuruh orang itu
membayar kepada anaknya dengan sebahagian pahalanya.
Kemudian datang lagi orang lain yang mengadukan kepada Allah. "Ya Allah
dahulu ia menyebarkan berita bohong (fitnah) tentang diriku." Maka Allah
menyuruhnya lagi untuk membayar dengan pahalanya kepada orang yang
mengadu itu.
Kemudian datang lagi orang yang lain yang mengadukan kezalimannya,
sampai akhirnya seluruh pahala shalat, haji, umroh, puasa, zakat,
sedeqah, dan wakafnya itu habis dipakai untuk membayar orang-orang yang
pernah ia zalimi dan ia rampas hak-hak mereka sewaktu ia hidup di dunia.
Sementara itu orang-orang yang mengadu masih saja datang. Maka Allah
'Azza wa Jalla dengan adil memutuskan agar dosa orang yang mengadu itu
dipindahkan kepadanya sebagai tebusan atas kezaliman yang pernah ia
lakukan ketika di dunia dahulu."
Rasulullah melanjutkan, "Itulah orang yang bangkrut. Ia rajin beribadah
tetapi ia tidak memiliki akhlak yang baik. Ia banyak melakukan
ketidakadilan, merampas hak orang lain, dan banyak menyakiti hati orang
lain." (HR At Tirmidzi)
**
Ketika Rasulullah saw dalam keadaan sakit di akhir hayatnya, Nabi
berkata kepada seluruh istri-istrinya, Fatimah Az Zahra putrinya,
sahabat-sahabatnya yang ada di sekelilingnya, "Jika aku pernah melakukan
kezaliman kepada kalian walau sebesar biji zarrah (biji sawi), balasnya
kepadaku saat ini. Janganlah kalian datang kelak di hari kiamat kepada
Allah SWT untuk menuntutku sesuatu perbuatan yang merugikan kalian di
dunia ini."
Seluruh yang hadir hanya terdiam. Dalam suasana keheningan tersebut,
seorang sahabat berkata. "Ya Rasulullah, izinkan aku menuntut balas
darimu. Ketika aku dahulu masih kafir, dalam perang Badar, Engkau tanpa
sengaja menarik bajuku hingga robek dan memukul pundakku dengan pedang.
Aku ingin membalasnya ya Rasulullah."
Semua yang hadir terkejut . Ketika itu Umar bin Khatab marah dan
berkata, "Biarkan aku membawanya keluar ya Rasulullah, ia telah berlaku
tidak sopan terhadap Engkau. Tidak pernah kami merasakan suatu
kezalimanpun walau kecil yang Engkau lakukan terhadap kami."
Rasulullah tersenyum. Rasulullah saw melonggarkan bajunya sehingga
terlihatlah dadanya yang bersih. Rasulullah berkata, "Lakukanlah wahai
sahabatku. Aku ridha."
Semua yang hadir menangis melihat kejadian itu. Sahabat itu mendekati
Rasulullah dan dengan tiba-tiba ia langsung memeluk Rasulullah sambil
berurai airmata. "Wahai Rasul Allah, kulakukan ini karena sepanjang
hidupku, aku ingin sekali memeluk dirimu. Hari ini aku bahagia telah
melakukannya. Maafkan aku ya Rasulullah."
Ia menangis tersedu dan Rasulullah menghiburnya. "Temui aku kelak di
telaga Al Kautsar wahai sahabatku."
(Dari buku "Muhammad" karya Abu Bakr Siraj al-Din)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar