350 Gugur, Sejumlah Keluarga Habis, 1650 Luka-luka di Gaza
[ 30/12/2008 - 01:01 ]
In The Name of Allah The Beneficent and The Merciful
Keberuntungan yang Hakiki
Hidup sukses yang hakiki adalah kemenangan tatkala maut menjemput, dan kemenangan di alam kubur serta tatkala manusia berdiri dikumpulkan di Mahsyar dan dibagikan catatan amal serta kemenangan ketika melewati Shirath serta ketika dibukanya catatan amal. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata” Ambillah, bacalah kitab ini sungguh aku yakin aku akan menemui hisab terhadap diriku.” (Qs. al-Haqqah: 19-20). Dan Allah Ta’ala berfirman artinya, “Maka orang itu berada di dalam kehidupan yang di ridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat.( Kepada mereka di katakan) makan dan minumlah dengan sedap disebabkan karena amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”. (QS. al-Haqqah: 21-24)
Begitu juga Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang hambaNya yang mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan yang hakiki di dalam ayat-Nya, artinya, “Barangsiapa yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka dia adalah orang yang sukses (beruntung)”. (QS. Ali Imran: 185). Maka kemenangan yang hakiki adalah selamatnya seseorang dari api neraka dan masuknya dia ke dalam surga.
Jalan Keberuntungan dan Keselamatan
Mungkin engkau wahai saudaraku merindukan keberuntungan dan kesuksesan yang sangat besar dan hakiki, sehingga terkadang bertanya-tanya, “Apakah jalan untuk menuju kemenangan yang besar itu?” Maka dengan membaca risalah singkat ini insya Allah pertanyaan-pertanyaan yang ada akan terjawab, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Tidaklah kami mengalpakan sesuatu apa pun di dalam kitab ini.” (QS. al-An’am: 38), oleh karena itu, hendaklah kita membaca al-Qur’an dan mentadaburi ayat-ayatNya karena dalam al-Qur’an al-Karim terdapat penjelasan lengkap tentang sifat-sifat orang-orang yang beruntung dan amalan-amalan mereka serta menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang celaka. Dan di dalamnya juga terdapat penjelasan tempat akhir bagi kedua kelompok tersebut.
Di antara sifat-sifat orang beruntung yang terdapat dalam al-Qur’an al-Karim adalah sebagai berikut :
1. Iman kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah Ta’ala merupakan azas keberuntungan dan kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin dan mukminat surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya mereka kekal di dalamnya dan bagi (mereka) ada tempat-tempat tinggal yang baik disurga-surga Adn dan keridhaan dari Allah yang amat besar yang demikian itu merupakan kemenangan yang sangat besar.” (QS.at-Taubah: 72)
Iman menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Barangsiapa yang mengatakan iman cukup dengan hati, dan amal bukan temasuk bagian dari keimanan, maka dia orang yang terjerumus dalam kekeliruan.
2. Benarnya amal
Keimanan yang hakiki akan menghantarkan pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala dan RasulNya, sehingga dia benar-benar akan memperbaiki amalnya dan ikhlas kepada Allah Ta’ala serta sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka dia telah beruntung dengan keberuntungan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Dan inilah keterkaitan iman dan amal, sungguh Allah Ta’ala telah menggandengkan antara keduanya di dalam banyak AyatNya, di antaranya firman Allah Ta’ala Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal Shalih, maka kelak Allah akan memasukkanya ke dalam rahmat Nya(surgaNya) yang demikian itu merupakan kemenagan yang sangat besar.” (QS. al-Jatsiah: 30)
3. Al-Ittiba’ (mengikuti/ mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan tidak membuat kebid’ahan (amalan yang tidak ada dasarnya dalam agama) .
Termasuk sifat-sifat orang-orang mukmin yang beruntung yaitu dia berittiba’ dan meningalkan kebid’ahan. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang yang pertama masuk Islam dari kalangan muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha KepadaNya dan Dia telah menyediakan bagi mereka Surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Yang demikian itu adalah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100). Sedangkan Ittiba’ dan meninggalkan kebid’ahan tidak akan terealisasi kecuali dengan dua pondasi yaitu Ikhlas kepada Allah Ta’ala dan Mencontoh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam.
4. Meninggalkan Kemaksiatan
Kemaksiatan itu dapat merusak hati dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba dalam pandangan Allah Ta’ala dan mewariskan kehinaan dan menghantarkannya kepada berbagai macam siksaan di dunia maupun di akhirat. Kemaksiatan itu dapat menghilangkan kenikmatan dan menyebabkan kesengsaraan serta menghilangkan barakah umur. Dan tidak ada kemenangan, kebahagiaan dan keselamatan kecuali dengan meninggalkan kemaksiatan.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Para malaikat yang memikul Arsy dan yang sekitarNya mereka bertasbih dengan memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada mereka dan mereka memohonkan ampun bagi orang-orang yang beriman ,(mereka berkata) Rabb kami, rahmat dan ilmumu telah meliputi segala sesuatu, maka ampunilah orang-orang yang bertaubat serta mengikuti jalanmu. Lindungilah mereka dari siksa neraka jahim . Wahai Rabb kami masukanlah mereka kedalam Surga A’dn yang engkau janjikan kepada mereka dan yang memperbaiki amalnya dari bapak-bapak mereka dan istri-istri mereka dan keturunan mereka. Sesungguhnya engkau Maha Perkasa lagi Bijaksana dan jagalah mereka dari keburukan-keburukan. Dan barangsiapa yang Engkau jaga dari keburukan-keburukan pada hari itu, maka engkau telah merahmatinya. Yang demikian itu merupakan kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Ghafir: 7-9).
Allah Ta’ala menjelaskan bahwa meninggalkan kejelekan-kejelekan dan menjaga diri darinya merupakan sebab mendapatkan rahmat Allah Ta’ala dan barangsiapa yang dirahmati oleh Allah Ta’ala, maka dia telah mendapat kemenangan yang besar .
5. As-Shidqu (Jujur)
Kejujuran termasuk sifat-sifat orang mukmin yang beruntung, Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Ini adalah hari saat bermanfaat kejujuran orang-orang jujur bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu merupakan kemenangan yang besar.” (QS. al-Maidah: 119)
.
6. Takut kepada Allah Ta’ala
Takut kepada Allah Ta’ala menyebabkan seorang hamba meninggalkan kemaksiatan. Sedangkan meninggalkan kemaksiatan membuahkan kemenangan dengan mendapatkan surga dan selamat dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “ Katakanlah, “Aku takut apabila aku bemaksiat kepada Rabbku (dan mendapat) siksa pada hari yang Agung.” (QS. al-An’am: 15-16). Takut kepada Allah Ta’ala merupakan kewajiban bagi setiap orang.
7. Taqwa
Allah Ta’ala mengabarkan di dalam kitabNya tentang keberuntungan orang-orang bertaqwa di Akhirat dan kekalnya mereka di surga dan selamatnya mereka dari api neraka. Lihat QS. Ad-Dukhan: 51-57, Dan Allah memberikan kabar gembira dengan keberuntungan di dunia maupun di Akhirat. Allah Ta’ala berfirman, artinya “orang-orang yang beriman dan bertaqwa bagi mereka ada kabar gembira di dunia dan di Akhirat, tidak ada yang bisa mengubah kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu merupakan keberuntungan yang sangat besar”. (QS.Yunus: 63-64). Dan ketakwaan itu mengumpulkan segala kebaikan yang hakikatnya adalah menghindar dari siksaan Allah Ta’ala dengan ketaatan kepadaNya.
8. Jihad di jalan Allah Ta’ala
Jihad di jalan Allah Ta’ala merupakan amalan paling utama. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhun telah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dia berkata, “Amalan apa yang lebih dicinta oleh Allah Ta’ala maka Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” kemudian dia bertanya lagi, “ Kemudian apa ? ” Kemudian beliau menjawab, “ Berbuat baik kepada kedua orang tua. Dia bertanya lagi, “ Kemudian apa lagi ? ” “ Maka beliau menjawab, “ jihad di jalan Allah.” (Muttafaqun‘alaih). Oleh karena itu, Allah Ta’ala menjadikan jihad sebagai sebab keberuntungan yang besar pada hari qiamat. Lihat QS. at-Taubah: 88-89.
9. Tidak mengikuti syaithan baik dari golongan jin maupun manusia.
Termasuk sebab keberuntungan dengan mendapat surga dan selamat dari api neraka. Tidak mengikuti syaitan baik dari gologan jin maupun manusia. Menyelisihi mereka dan menampakkan permusuhan dengan mereka. Lihat Qs. ash-Shaffat: 50-61)
10. Sabar
Berkata Ibnul Qayim, “Sabar merupakan kewajiban berdasar Ijma’(kesepakatan) umat. Ia merupakan setengah dari keimanan, karena manusia memiliki dua bagian, yang satu adalah sabar dan yang lainnya adalah syukur.
Sungguh Allah Ta’ala telah mengabarkan, bahwa sabar merupakan sebab keberuntungan, kemenangan pada hari Kiamat. Lihat Qs. al-Mu’minun: 109-111.
Dan sabar maknanya adalah menahan diri untuk tidak berkeluh kesah dan benci (terhadap sesuatu yang menimpa) dan menjaga lisan dari merengek dan menjaga anggota badan dari maksiat. Jadi sabar itu ada tiga bagian: Sabar dalam ketaatan; Sabar dalam mengahadapi musibah; Dan sabar untuk tidak bermasiat.
Oleh : Galih, di sadur dari kutaib “Man al-Faiz” al-Qism al-Ilmi bi daaril wathn
Dikutip dari al-sofwah
Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him
Senin, 01 Desember 08
Banyak sekali ayat ataupun hadits-hadits Rasulullah, yang menyatakan tentang perbandingan antara keutamaan dan kenikmatan kehidupan akhirat dan kehidupan dunia, yang mana akan didapati betapa jauhnya kemuliaan diantara keduanya, bahkan tidak sedikit akan adanya celaan terhadap kehidupan dunia. Akan tetapi celaan tersebut tidaklah ditujukan kepada siang dan malamnya, bumi tempat dunia ini berada, lautan, sungai-sungai, hutan dan yang lainya karena semua itu adalah nikmat Allah bagi hamba-hambaNya, tetapi celaan itu ditujukan kepada polah tingkah anak Adam dan penghuninya terhadapnya. Allah Ta'ala berfirman :”ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri diantara kalian dan saling berlomba untuk memperbanyak harta dan anak”. (QS. Al-Hadid : 20)
Dunia ini hanyalah jalan menuju surga dan neraka, tempat manusia mengumpulkan perbekalan untuk menuju kehidupan abadi, dan bertemu Allah Ta'ala Sang Pencipta alam semesta, Yang akan menilai dan menerima bekal tersebut serta mengganjarnya, jika baik maka nikmat surga yang akan ia dapatkan dan jika buruk maka azdab yang pedihlah yang akan dirasakan.
Sikap Manusia Terhadap Kehidupan Dunia
Pertama ; Orang-orang yang mengingkari adanya negeri pembalasan setelah alam dunia. Dalam hal ini Allah Ta'ala berfirman :”Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, merasa puas dengan kehidupan dunia dan merasa tentram dengan kehidupan itu serta orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami , mereka itu tempatnya adalah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS. Yunus : 7)
Kedua; Orang-orang yang meyakini adanya alam pembalasan setelah kematian. Merekalah orang-orang Yang mengikuti para Rasul. Dalam hal ini mereka tergolongkan menjadi tiga, yaitu:
Zhalimun linafsih, orang yang menzhalimi diri sendiri. Bagi mereka dunia adalah segalanya, terbuai oleh keindahannya yang menipu. Mereka ridha, murka, setia (berwala’) dan benci (bara’) karena tendensi dan motivasi dunia semata. Mereka beriman kepada akhirat secara global tetapi mereka tidak mengerti tujuan hidup didunia, bahwa tidak lain ia adalah suatu tempat untuk berbekal menuju kehidupan berikutnya.
Muqtashid, mereka adalah orang-orang yang menikmati dunia dari arah yang dibenarkan, mubah. Mereka melaksanakan seluruh yang wajib, akan tetapi membiarkan dirinya bersenang-senang dengan kenikmatan dunia. Mereka tidak mendapatkan hukuman akan tetapi derajat mereka rendah. Umar bin Khattab berkata : “Seandainya derajat surgaku tidak dikurangi pasti aku akan menantang kalian dalam hal kehidupan dunia. Tetapi aku mendengar Allah mencela suatu kaum dalam firman-Nya yang artinya :”Kalian sia-siakan rezki kalian yang baik-baik hanya untuk kehidupan didunia saja dan kalian bersenang-senang dengannya”. (QS. Al-Ahqaf : 20)
Sabiqun bil khairat bi idznillah. Mereka adalah orang-orang yang paham tujuan dari dunia dan beramal sesuai dengannya. Mereka mengerti bahwa Allah menempatkan hamba-hambaNya dinegeri ini untuk diuji, siapa yang paling baik amalnya, yang paling zuhud kapada dunia dan paling cinta kepada akhirat. Firman Allah Ta'ala :”Dan sesungguhnya Kami jadikan apa saja yang ada dimuka bumi ini sebagai hiasan baginya, supaya kami uji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya”. (QS. Al-Kahfi : 7). Golongan yang ketiga ini merasa cukup dengan mengambil dunia sekadar sebagai bekal seorang musafir.
Bahaya Mencintai Dunia
Cinta dunia akan melengahkan seseorang dari cinta kepada Allah Ta'ala dan berdzikir kepadaNya, barang siapa dilengahkan oleh harta bendanya dia termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi. Dan hati, jika telah lalai dari dzikrullah, pasti akan dikuasai setan dan disetir sesuai kehendaknya. Setan akan menipunya sehingga ia merasa telah mengerjakan banyak kebaikan padahal ia baru melakukan sedikit saja atau bahkan tidak melakukannya sama sekali.
Abdullah bin Mas’ud pernah berkata :”Bagi semua orang dunia ini adalah tamu, dan harta itu adalah pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman pasti harus dikembalikan”. Ulama yang lain berkata :”Cinta dunia itu pangkal dari segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi, diantaranya :
Pertama; berakibat pengagungan terhadap dunia secara berlebihan, padahal ia di sisi Allah sangatlah remeh, adalah termasuk dosa yang sangat besar mengagungkan sesuatu yang di anggap remeh oleh Allah.
Kedua; Allah telah melaknat, memurkai dan membencinya, kecuali yang ditujukan untuk Allah. barang siapa mencintai sesuatu yang telah dilaknat, dimurkai dan dibenci Allah berarti ia menyediakan diri untuk mendapat siksa dan kemurkaan dari Allah
Ketiga; orang yang cinta dunia akan lebih cenderung menjadikannya sebagai tujuan akhir dari segalanya, sehinggga ia terjatuh dalam kesalahan, yaitu menjadikan sarana sebagai tujuan dan berusaha untuk mendapatkan dunia dengan amalan akhirat. Allah Ta'ala berfirman “ Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan”. (QS. Hud : 15-16) demikianlah bahwa cinta dunia dapat menghalangi seseorang dari pahala, merusak amal, bahkan bisa menjadikannya orang yang pertama kali masuk neraka.
Keempat; mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat, ia akan sibuk dengan apa yang dicintainya. Ada yang disibukkan oleh kecintaannya dari iman dan syari’at, dari kewajiban-kewajiban yang seharusnya ia laksanakan, atau dalam waktu yang tidak tepat, atau hanya sebatas pelaksanaan lahiriahnya saja, paling tidak kecintaanya terhadap dunia akan melalaikan hakikat kebahagiaan seorang hamba yaitu kosongnya hati selain untuk mencintai Allah dan diamnya lisan selain berdzikir kepadaNya, juga ketaatan hati dan lisan dengan Rabbnya.
Kelima; berlebihan mencintai dunia akan menjadikan harapan utama pelakunya ketika hidup adalah dunia itu sendiri.
Keenam; orang yang berlebihan mencintai dunia adalah manusia dengan adzab yang paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri; di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat. Didunia mereka di adzab dengan kerja keras untuk mendapatkannya dan persaingan dengan orang lain. Adapun di alam barzakh mereka diazab dengan perpisahan dengan kekayaan dunia dan kerugian yang nyata atas apa yang mereka kerjakan. Di sana tidak sesuatupun yang menggantikan kedudukan kecintaannya kepada dunia, kesedihan, kedukaan, dan kerugian terus-menerus mencabik-cabik ruhnya, seperti halnya cacing dan belatung melakukan hal yang sama kepada jasadnya, demikianlah pecinta dunia akan di azab dikuburnya, dan juga pada hari akhirat nanti yaitu pada hari pertemuan dengan Rabbnya. Allah Ta'ala berfirman yang artinya :”Janganlah engkau ta’jub dengan harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya Allah menghendaki untuk menyiksa mereka dengannya dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka sedang mereka dalam keadaan kafir”. (QS. a-Taubah : 55)
Menafsirkan ayat diatas sebagian ulama salaf berkata :”Mereka diazab dengan jerih payah dan kerja keras dalam mengumpulkannya. Nyawa mereka akan melayang karena cintanya dan mereka menjadi kafir karena tidak menunaikan hak Allah sehubungan dengan kemegahan dunia itu”.
Ketujuh; orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga lebih mengutamakannya dari pada akhirat adalah makhluk yang paling tidak mengerti, bodoh, dungu dan tidak berakal. Karena mereka lebih mendahulukan khayalan dari pada sesuatu yang hakiki, mendahulukan impian daripada kenyataan, mendahulukan kenikmatan sesaat daripada kenikmatan abadi dan mendahulukan negeri yang fana dari pada negeri yang kekal selamanya. Mereka menukar kehidupan yang kekal itu dengan kenikmatan yang semu. Manusia yang berakal cerdas (baca : bertaqwa) tentunya tidak akan tertipu dengan hal semacam ini.
Sesuatu yang paling mirip dengan dunia adalah baying-bayang, disangka memiliki hakikat yang tetap padahal tidak demikian. Dikejar untuk digapai, sudah pasti tidak akan pernah sampai.
Dunia juga sangat mirip dengan ‘FATAMORGANA’, orang yang kehausan menyangkanya sebagai air, padahal jika ia mendekatinya ia tidak akan mendapati sesuatu pun. Justru yang ia dapati adalah Allah Ta'ala dengan hisabNya, dan Allah sangat cepat hisabNya.
Maka saudaraku, marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, untuk meraih ridha Allah Ta'ala, surgaNya dan apa-apa yang telah dijanjikanNya serta keutamaan-keutamaan di alam akhirat yang kekal abadi, yang mana Allah Ta'ala telah menegaskan dalam firmanNya bahwa :”Dan kehidupan akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal”.(QS. al-A’laa: 17), jangan sampai kita tertipu oleh tipu daya setan yang senantiasa menggoda anak cucu adam agar tergelincir, sehingga terjerumus kepada kesesatan, penyimpangan, memperturutkan segala keinginan hawa nafsu sehingga lupa hak-hak Allah Ta'ala yang harus ditunaikan serta lupa dari kenikmatan-kenikmatan yang tak pernah terlihat oleh pandangan mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terbayangkan dalam benak hati manusia. Itulah kenikmatan yang Allah Ta'ala janjikan bagi hamba-hambaNya yang mendapatkan rahmat dariNya. Wallahu a’lam.
Oleh : Abu Thalhah Andri Abd Halim
Di nukil dari “Tazkiatun-Nufus” (Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qayyim dan Imam al-Gazhali)
Dikutip dari al-sofwah
Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him
Kamis, 30 Oktober 08 KHUTBAH PERTAMA: Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah! "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: Dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (An-Nisa`: 2-3). Ayat ini secara tegas dan jelas menjadi dalil tentang bolehnya poligami, dan sekaligus memberikan batasan tentang jumlah dalam berpoligami yaitu empat istri. Apabila poligami merupakan ben-tuk kezhaliman, merupakan bentuk penindasan terhadap hak-hak wanita, atau pelanggaran terhadap hak asasi misalnya, maka tentu Allah tidak akan membolehkannya. Karena ketika Allah memboleh-kannya, maka sama saja Allah membolehkan kezhaliman, mem-bolehkan penindasan, dan pelanggaran terhadap hak asasi, dan ini tentu tidak mungkin bagi Allah yang Maha Adil dan yang telah mengharamkan kezhaliman bagi diriNya maupun hambaNya. Jadi jelas sekali bahwa yang dilarang oleh syariat adalah kezhaliman, bukan poligami. Maka ketika seseorang menikah lebih dari satu orang istri namun ia berbuat adil dan tidak menzhalimi salah satu dari istrinya tersebut, jelas ia lebih baik daripada seseorang yang menikah hanya dengan satu istri namun ia menzhalimi istrinya. Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah! Salah satu contoh adalah dalam kasus poligami ini, kita men-dapati ada sebagian orang yang sangat menggampangkan poligami tanpa melihat beratnya persyaratan yang ditetapkan oleh Islam. Kapan ingin menikah, maka ia melakukannya, adapun apa yang terjadi setelahnya, maka dia tidak peduli, apakah mampu menafkahi seluruh istrinya secara lahir maupun batin, apakah bisa berbuat adil atau tidak, yang penting menikah. Padahal pembolehan poli-gami dalam Islam tentu bukan untuk manusia-manusia tipe seperti ini dan bukan untuk tujuan ini, yakni semata-mata hanya untuk mengikuti kemauan hawa nafsu belaka. Kemudian sebaliknya, di lain pihak kita melihat adanya sebagian orang yang sangat anti terhadap poligami dan menentangnya dengan begitu keras. Andai-kan misalnya ada orang yang memenuhi persyaratan berpoligami, yakni mampu memberikan nafkah lahir dan batin dan dapat berbuat adil, maka orang tersebut tetap saja menentang dan menolaknya dengan membabi buta. Sekali lagi, ma'asyiral Muslimin, kesalahan bukan pada konsep yang ditawarkan Islam tetapi pada manusia sebagai pelakunya. Jama'ah yang Dirahmati Allah Ayat ini menunjukkan bahwa poligami dibolehkan bagi me-reka yang mampu berbuat adil. Adapun jika ada kekhawatiran diri-nya tidak mampu untuk adil, maka lebih baik tidak melakukannya, yakni cukup menikah dengan seorang istri saja. Adil di sini tentu menurut ukuran standar lahiriah, misalnya dalam pemberian naf-kah, tempat tinggal, pakaian, bermalam, dan lain sebagainya. Kalau sampai seseorang tidak adil dalam masalah ini, maka ia mendapat-kan ancaman yang berat nanti di Hari Kiamat, sebagaimana di-sabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam , "Barangsiapa memiliki dua istri lalu ia condong kepada salah satu dari keduanya, maka ia akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan condong sebelah." (HR. Abu Dawud). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga telah bersabda, tatkala beliau menasihati para pemuda, "Wahai sekalian para pemuda! Barangsiapa di antara kalian telah mampu, maka hendaknya ia menikah, karena sesungguhnya ia lebih dapat menahan terhadap pandangan dan dapat memelihara kema-luan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa karena ia merupakan perisai." (Muttafaq alaih). Di sini kita dapat melihat bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah menyebutkan syarat kemampuan bagi pemuda yang akan menikah. Adapun jika tidak atau belum ada kemampuan, maka beliau dalam kelanjutan hadits memberikan solusi dengan berpuasa. Oleh karena itu, bagi siapa pun yang kira-kira merasa dirinya tidak mampu memenuhi persyaratan dalam berpoligami hendaknya menahan diri dari melakukannya. Karena jika memaksakan diri, maka berarti menjerumuskan dirinya dalam keburukan dan mem-bebani diri dengan sesuatu yang melebihi kemampuannya. Dan hal ini juga akan memberikan dampak negatif terhadap poligami itu sendiri, yakni menanamkan kesan buruk dan penilaian salah di tengah masyrakat tentang poligami. Selanjutnya, Islam juga membatasi jumlah istri dalam berpoligami, yakni maksimal empat orang istri saja. Hal ini karena per-nikahan dalam Islam bukan semata-mata hanya untuk menuruti dorongan nafsu biologis semata, tetapi sebuah ikatan yang di dalam-nya terdapat konsekuensi antara hak dan kewajiban yang berat, sampai-sampai Allah menyebut pernikahan sebagai mitsaqan gha-lizha (ikatan yang sangat kuat). Oleh karenanya Islam tidak main-main dalam masalah ini, dalam arti biarpun seseorang misalnya dari segi materi mampu untuk menafkahi lebih dari empat istri, maka tetap saja ia tidak boleh menikah lebih dari empat istri tersebut. Maka jelas sekali Islam tidak membuka kran poligami ini dengan sebebas-bebasnya, sebagaimana hal ini dilakukan sebagian orang, namun sebaliknya juga tidak menutup rapat-rapat tanpa memberi-kan toleransi bagi mereka yang mampu untuk melakukannya. Mengapa demikian jama'ah sekalian? Karena jika kran poligami dibuka lebar-lebar, maka tentu ini akan disalahgunakan oleh seba-gian orang untuk kepentingan hawa nafsu dan pribadinya saja. Selain itu dengan tanpa adanya pembatasan jumlah istri dalam poligami, maka itu akan menjadikan pelaku poligami sibuk dengan urusan keluarganya saja, padahal urusan dalam Islam dan kehi-dupan sangatlah banyak, yang masing masing urusan harus menda-patkan porsi yang memadai. Ma'asyiral Muslimin! Kalau kita teliti semua problem-problem di atas, maka tidak ada jalan keluar yang paling baik untuk menyelesaikannya selain dengan poligami. Mentalak istri yang belum bisa memberikan ketu-runan, atau mencerainya karena sakit adalah sesuatu yang tidak selayaknya dilakukan dan bertentangan dengan etika moral Islam. Begitu pula membiarkan para wanita berada dalam kondisi yang tidak mengenal kehidupan suami istri dan rumah tangga juga me-rupakan sesuatu yang bertentangan dengan fitrah dan ini dapat menimbulkan dampak negatif di tengah masyarakat. Maka ke manakah jalan keluar itu, maka ke manakah mereka akan berlari? Cuma ada dua pilihan, kalau tidak kepada yang halal maka akan terjerumus kepada yang haram. Tidak ada satu ikatan pun yang menghalalkan hubungan wanita dengan laki-laki secara terhormat dan sah selain daripada pernikahan. Jadi benarlah Islam dengan memberikan solusi pernikahan, tidak sebagaimana yang diprak-tikkan di negeri kafir yang memberlakukan pergaulan bebas, yang justru merusak tatanan masyarakat, merendahkan martabat wanita dan menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesengsaraan dan penderitaan. |
Posted by: aboezaid on: Nopember 21, 2008
Pengarang DENMARK Akan Launching Buku Muat Karikatur Pelecehan Nabi Kembali !! Imam Abdul Wahid Pedersen, salah seorang tokoh Islam di DENMARK menyebut karikatur pelecehan terbaru terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang direncanakan seorang pengarang DENMARK untuk dilauching dalam waktu dekat itu sebagai tindakan dungu. Ia memperingatkan akan adanya reaksi serupa sebagaimana yang terjadi terhadap penayangan karikatur pelecehan oleh surat kabar Jyllands Posten tiga tahun lalu. Seorang pengarang asal DENMARK berniat menerbitkan buku baru di awal bulan Desember mendatang yang berisi sejumlah karikatur pelecehan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sejumlah tokoh politik, tokoh agama dan para penguasa buatan kartunis Geertz Estrjard, pembuat karikatur pelecehan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang dimuat surat kabar Jyllands Posten DENMARK pada bulan September tahun 2005 lalu di mana ketika itu menimbulkan berbagai bentuk protes dan unjuk rasa di seantero dunia Islam. Buku yang mengeritik sebagian tokoh sejarah itu berisi komentar-komentar dan artikel-artikel pengarang dan sejarawan Lars Hivkord, di samping 26 karikatur penjelas lainnya karya kartunis Estrjard. Demikian seperti dimuat situs info Denmark. Pedersen mengatakan, "Karikatur-karikatur baru itu merupakan bagian dari 'badai' lainnya yang tengah dihadapi umat Islam di DENMARK sejak beberapa tahun. Ini adalah tindakan dungu. Saya tidak menyangka Geertz kembali membuatnya setelah polemik yang telah ditimbulkan karikaturnya tiga tahun lalu." Pedersen menambahkan dengan nada kesal, "Saya tidak melihat ada tujuan atau makna yang jelas dalam pembuatan karikatur-karikatur tersebut, ataupun momentum pemuatannya sekarang. Karikatur-karikatur itu telah menghilangkan optimisme saya untuk melakukan dialog antar agama di DENMARK." Pedersen bahkan memperingatkan, bahwa karikatur-karikatur baru itu bisa jadi menimbulkan ancaman bagi keselamatan masyarakat DENMARK. Namun ia tidak langsung menyiratkan bagaimana bentuk ancaman tersebut tepatnya. Ia mengatakan, "Karikatur-karikatur itu merupakan bukti bahwa si kartunis, Geertz belum mau belajar apa pun sepanjang tiga tahun lalu. Saya tidak mengerti, bagaimana cara ia berpikir? Apakah ia memikirkan keselamatan DENMARK dan rakyatnya.?" Tokoh dan pemimpin Islam DENMARK itu menuduh si pengarang itu telah melakukan provokasi terhadap umat Islam dan menyeret mereka ke kancah konfrontasi di tengah masyarakat DENMARK. Ia mengatakan, "Kita tahun bahwa Istrjart dan Hivkord memiliki agenda khusus yang bertujuan memprovokasi umat Islam. Saya tidak yakin bahwa dapat diterima oleh akal tindakan mereka dan orang-orang seperti mereka yang terus menerus menjadikan masyarakat DENMAR sebagai tawanan bagi pemikiran dan perbuatan meereka." Pedersen menolak untuk membicarakna lebih dalam tentang apa reaksi yang paling baik terhadap provokasi-provokasi tersebut. Ia melihat terlalu dini membicarakan hal itu. Namun ia mengatakan, "Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan mengatakan pendapat kami mengenai karikatur-karikatur ini sebagaimana penolakan kami terhadap karikatur-karikatur terdahulu. Bila ada celah untuk menggugat ke pengadilan, maka kami tidak akan membuang-buang waktu untuk memanfaatkannya." (almkhtsr/AHS) Sumber: http://alsofwah.or.id/?pilih=lihatakhbar&id=820
FATWA ULAMA: HUKUM MEMBOIKOT PRODUK DENMARK |
Posted by: aboezaid on: Nopember 21, 2008
Masih hangat di telinga kita ketika beberapa waktu lalu, terjadi pelecehan terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berupa "karikatur biadab" yang dilakukan oleh Kaafirun Negeri Denmark. Pelecehan yang membuat marah seluruh kaum Muslimin yang masih memiliki iman di hatinya. Beberapa hari lalu, muncul pula kasus serupa, yaitu pemuatan komik tentang pelecehan Nabi Muhammad, yang dilakukan oleh orang Indonesia. Semoga Allah memberikan hidayah kepadanya. Semoga para aparat di negeri ini, dapat menghukum dengan keras kepada pelaku pelecehan Nabi Muhammad tersebut. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kita akan bawakan FATWA ULAMA ISLAM, tentang hukum pelecehan terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, baik berupa komik, karikatur, atau yang lainnya. Semoga bermanfaat. (admin)
PEMBELAAN TERHADAP RASUL YANG TERPILIH
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. أَمَّا بَعْدُ Media massa, baik surat kabar ataupun yang lainnya, telah menyebarkan berita-berita menyedihkan dan melukai (umat), yang bersumber dari musuh-musuh Islam yang dengki dan terputus dari kebaikan, yang menyudutkan agama dan Nabi Islam.
Dan semua orang yang berakal mengetahui adanya hal itu pada diri kalian. Sejarah hitam kalian juga penuh dengan tindakan-tindakan buas dan teror. Itulah sejarah kalian yang telah ditulis oleh musuh maupun teman kalian sendiri. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui hal itu, silahkan membaca sejarah penjajahan kalian terhadap bangsa-bangsa, dan mempelajari paling tidaknya sejarah dua perang dunia yang kalian lancarkan serta akibat-akibatnya. Yang di antaranya adalah bahwa jumlah korban yang terbunuh pada Perang Dunia I di Eropa mencapai lebih dari 10 juta jiwa, yang mereka itu adalah generasi muda di negeri mereka. Dan berlipat dari jumlah itu, yang terluka dan harus hidup dalam keadaan cacat sampai akhir hayatnya. Lihat buku At-Tarikhul Mu'ashir Urubba minats Tsaurah Al-Faransiyyah ilal Harbil 'Alamiyyah Ats-Tsaniyah, hal. 505. Dan pada Perang Dunia II, jumlah korban terbunuh mencapai 17 juta jiwa dari militer dan 18 juta penduduk sipil. Mereka telah terbunuh dalam kurun waktu 5,5 tahun. Para pengamat mengatakan bahwa dana militer saja yang dikeluarkan telah mencapai 1.100 miliar dolar. Adapun kerugian yang diakibatkan oleh perang tersebut mencapai 2.100 miliar dolar. Ditambah lagi kota-kota yang hancur porak-poranda, tanah-tanah yang terbakar, kebun-kebun yang terendam air, pabrik dan sumber daya alam yang terhenti aktivitasnya. Belum lagi adanya potongan tubuh hewan yang berceceran. (Al-Harbul 'Alamiyyah Ats-Tsaniyah, karya Ramadhan Land, hal. 448-449) Bom Atom Hiroshima
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ أَوْ يَعْقِلُوْنَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيْلاً "Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (Al-Furqan: 44) وَسَيَعْلَمُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُوْنَ "Dan niscaya orang-orang yang dzalim akan mengetahui ke mana tempat kembali mereka." (Asy-Syu'ara`: 227) 1 Dalam pepatah Indonesia: lempar batu sembunyi tangan. (http://asysyariah.com/print.php?id_online=333) |
Assalamu'alaikum wr. wb.
Redaksi dan pembaca yang terhormat, berikut informasi sebagian dari blogger maupun situs yang menghina Islam, menghina Nabi Muhammad saw, juga menghina AL-Quran dan berpotensi memancing kemarahan.
Umat Islam perlu bersyukur karena Islam tidak pernah menganjurkan untuk menghina Nabi,.. sekalipun Nabi tsb.bukan pimpinan umat Islam; tetapi umat non muslim seperti yang membuat situs berisi cercaan tsb. umatnya banyak yang mengatakan cinta damai....slogannya bagus bagus. tetapi aktivitas yang dilakukan seperti yang ditulisnya... seperti musang berbulu domba.
Ada pula dari negara lain yang sengaja membuat komik yang sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa, salah satunya adalah bahasa Indonesia,... komik tsb. kalau diedarkan kepada anak-anak sangat menyesatkan... dapat dilihat di http://www.chick.com/reading/track/1663/1663_01.asp
Sedangkan yang di Indonesia ada beberapa diantarnya sbb.:
http://indonesiafaithfreedomorg.blogspot.com/.... Author…. Ali5196http://www.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=52926 …..author… skonk4www.youtube.com/video_response_view_all?v=Q9q_9pPAH2kFaith Freedom Indonesia (http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/) The Amazing Racist: Moslem Mosque (http://13gb.com/videos/923/) Forum Murtadin Indonesia (http://mantanmuslim.blogspot.com/) http://islamexpose. blogspot.comhttp://kebohongandariislam.wordpress.com/
-- Puryanto
Dikutip dari eramuslim
Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him
Dikutip dari tanya jawab al-sofwah
TANYA:
Apakah mencaci Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam semata dapat menyebabkan kekafiran, atau harus disertai dengan menganggap kekufuran itu halal?
JAWAB:
Para Sahabat dan Tabi'ien serta generasi sesudah mereka dari kalangan Ahlussunnah berkeyakinan bahwa orang yang mengucapkan atau melakukan perbuatan yang jelas-jelas kekufuran itu menjadi kafir, tanpa harus menganggapnya halal. Para ulama telah bersepakat bahwa kekufuran itu bisa terjadi karena pengingkaran, karena pendustaan atau karena berpaling dari keimanan. Bisa terjadi dengan ucapan, seperti mencaci Allah dan Rasul-Nya, menghina Islam dan hukum-hukumnya. Bisa juga terjadi dengan perbuatan, seperti bersujud kepada berhala, thawaf keliling kuburan, menyembelih sebagai sesajen untuk jin dan patung, dan sejenisnya. Bisa juga terjadi dengan meninggalkan sesuatu; seperti meninggalkan satu bentuk amalan secara mutlak. Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahuyah dan ulama lainnya tentang ijma' para Sahabat tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat secara sengaja. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari jalan Ibnu Juraij, dari Abu Zubair Al-Makki, dari Jabir, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
"Batas antara seseorang dengan kekafiran dan kemusyrikan adalah meninggalkan shalat.."
Kata Al-Kufur yang berbentuk makrifah (difinite name)diawali dengan Alif dan Laaf itu menunjukkan kekufuran besar (mengeluarkan pelakunya dari Islam). Hanya saja berkaitan dengan kafirnya orang yang meninggalkan shalat itu ada perselisihan di kalangan para Imam madzhab. Sebagian di antara mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat itu tidak kafir secara mutlak, kecuali bila ia mengingkari kewajibannya. Sebagian lagi berpendapat bahwa pelakunya telah kafir dalam arti keluar dari Islam, karena para Sahabat telah berijma' dalam hal itu. Itupun masih dalam batas perselisihan juga di kalangan mereka, apakah seseorang menjadi kafir dengan meninggalkan satu kali shalat hingga keluar dari waktunya. Sebagian di antara mereka berpendapat, bahwa ia kafir bila meninggalkan shalat secara keseluruhan.
Secara umum, bahwa Ahlussunnah itu tidaklah memvonis kafir dengan melakukan dosa-dosa secara mutlak, tidak juga boleh memvonis kafir seseorang yang melakukan dosa tertentu sebagaimana yang dilakukan oleh kalangan Al-Khawarij dan Al-Mu'tazilah. Mereka memvonis kafir orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar, dan meyakini yang bukan dosa sebagao dosa, lalu melekatkan kepada pelakunya hukum sebagai kafir. Terkadang mereka menuduh orang dengan semata-mata ucapannya. Keyakinan ini banyak di miliki kalangan Al-Mutaakkhirin, tanpa membedakan dalam memutuskan hukum antara bentuk dosa dengan pribadi pelakunya, atau antara satu persoalan dengan persoalan lain yang serupa. Terkadang mereka memvonis kafir orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka dalam penyimpangan-penyimpangan mereka. Karakter mereka telah disebutkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits, "Mereka membunuh orang-orang Islam dan membiarkan saja para penyembah berhala.." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Sa'id)
Ahlussunnah berada di tengah-tengah antara Al-Khawarij dan Al-Murji-ah. Mereka tidak memvonis kafir para pelaku dosa besar selama mereka tidak menganggap halal perbuatan mereka. Namun Ahlussunnah juga tidak sependapat dengan Al-Murji-ah yang beranggapan bahwa dengan adanya iman, seseorang tidak akan terpengaruh oleh dosa, atau seseorang yang melakukan perbuatan kufur yang jelas mengeluarkannya dari Islam tidak akan menyebabkannya menjadi kafir, kecuali kalau ia menganggapnya halal. Pendapat-pendapat itu adalah batil berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma' kaum muslimin. Orang yang mencaci Allah dan Rasul-Nya telah menjadi kafir karenanya, tanpa harus disertai dengan menganggap halal perbuatan tersebut. Diriwayatkan adanya ijma' dalam hal itu dari banyak ulama.
Ishaq bin Rahuyah berkata, "Para ulama telah berjima' bahwa orang yang mencaci Allah Azza wa Jalla atau mencaci Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau menolak sedikit saja yang diturunkan oleh Allah kepada beliau, atau membunuh seorang Nabi, meskipun ia mengakui apa yang diturunkan Allah (secara umum), maka ia telah kafir. Wallahu A'lam.
(SUMBER: Syaik Sulaiman Ulwaan, situs Su`al Wa Jawab)
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui, hingga kini pertumbuhan jumlahpengusaha pribumi berjalan lambat dibandingkan dengan pertumbuhanjumlah pengusaha nonpribumi. Ini karena minat lulusan universitas diIndonesia masih sedikit yang ingin menjadi pengusaha. Banyak diantaraanak – anak keturunan pribumi lebih memilih menjadi pegawai negerisipil atau seorang tentara. Ini berbeda dengan kultur anak – anaknonpribumi yang sangat besar untuk berwiraswasta Hal ini disampaikanWapres saat memberikan pengarahan di acara pembukaan "Tepang SaudagarTatar Sunda " atau pertemuan para kelompok pengusaha yang berasaldari daerah Pasundan, Jawa Barat di Gedung pertemuan Bank Indonesia(BI) Bandung.(Kompas , 25 Maret 2008).Apa yang dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla tsb memang benar ,banyak teman – teman saya yang lulus sekolah atau kuliah itu tidakberfikiran sama sekali untuk menjadi pengusaha dengan berbagai macamalasan. Mereka lebih memilih menjadi pegawai swasta atau menjadipegawai negeri. Terlepas bagaimana cara orang – orang nonpribumi ituberbisnis, yang perlu kita cermati adalah bagaimana orang – orangnonpribumi itu berusaha membangun jiwa kemandirian tanpa harus bekerjakepada orang lain. Saya mempunyai teman nonpribumi pada waktu SMEA namanya Maria Deliana,ia seorang wanita yang cerdas dan berprestasi di sekolah . Setelahlulus sekolah ia tidak ikut teman – teman yang lain untuk ikut testikut masuk perguruan tinggi STAN milik pemerintah , ia lebih memilihkuliah di swasta sambil bekerja dan berjualan sepatu, ini saya melihatsendiri ketika bertemu di sebuah kereta listrik (KRL) jabotabekpadahal saya tahu orangtuanya mempunyai toko material di daerah klender.Banyak alasan teman – teman saya ummat muslim untuk tidak menjadipengusaha karena keterbatasan modal, padahal membuka usaha itutidaklah harus langsung besar yang penting adalah semangat untukmembangun jiwa kemandirian secara terus menerus seperti yangdilakukan oleh orang – orang nonpribumi. Saya pernah mendengar ceramahIr.Fadel Muhammad di kampus (sekarang gubernur gorontalo) mengenaimembuka usaha itu seperti orang yang memakan pisang haruslah dikupasdulu kulitnya satu per satu barulah bisa memakan manisnya buah pisang. Jadi untuk membuka usaha bisa mencoba dari hal – hal yang kecil dulu,sekecil apapun usaha yang dijalankan atau menemui kegagalan dalam barumemulai usaha , berarti sudah mendapatkan satu point pengalaman yangberharga dibandingkan tak pernah mencoba sedikitpun untuk menjadi pengusaha. Apabila belum mempunyai modal , bisa bekerja dengan oranglain dulu untuk mengumpulkan modal sambil menjalankan usaha kecil –kecilan dulu setelah usaha berjalan barulah berhenti dari bekerjadengan orang lain.Ummat muslim yang penduduknya mayoritas di Indonesia haruslah segerameninggalkan pola fikir yang masih bekeinginan setelah sekolah tinggilalu bekerja dengan orang lain menuju pola fikir untuk membangunsemangat jiwa entrepreneur pada diri sendiri dan anak keturunan ,bukankah Rasululah SAW dan mayoritas para sahabat mencotohkan untukmenjadi entrepreneur. Hanya dengan membangun semangat jiwaentrepreneur , ummat muslim bisa mengejar ketinggalan di bidangekonomi, apalagi saat ini kita harus bersiap untuk menghadapi realitasekonomi global yang penuh ketidak pastian dan kondisi ekonomi dalamnegeri yang mana terjadi kenaikan harga semua kebutuhan pokok . Sebagai penutup, saya bercerita ada seorang karyawan swasta yangbekerja di perusahaan asing datang ke tempat mertua saya untukmenceritakan perihal kerjanya yang selalu pulang larut malam bahkansampai pagi, oleh mertua saya ia disarankan untuk keluar dan menjadipengusaha. Ia menuruti apa yang dikatakan oleh mertua saya walaupunorangtuanya sangat keberatan ia keluar kerja dari perusahaan asing tsb.Ia memulai usaha dengan membuka wartel dan kursus private pelajaransekolah namun gagal, lalu ia mencoba terus dengan usaha lain,terakhir ia datang ke mertua saya untuk meminta bantuan mencarikaryawan kasir untuk ditempatkan di perusahaannya yaitu usaha cucicetak foto digital di daerah ciledug. Usahanya sekarang itu terbilanglumayan karena omzetnya 1 bulan mencapai Rp.25 juta.Siapa yang akan menyusul untuk menjadi entrepreneur muslim ?Wallahu'alamAl-Faqir© Alihozi Oktober 2008 http://Alihozi77. blogspot. com
Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him
"Hello, Chicago.
"If there is anyone out there who still doubts that America is a place where all things are possible, who still wonders if the dream of our founders is alive in our time, who still questions the power of our democracy, tonight is your answer.
"It's the answer told by lines that stretched around schools and churches in numbers this nation has never seen, by people who waited three hours and four hours, many for the first time in their lives, because they believed that this time must be different, that their voices could be that difference.
"It's the answer spoken by young and old, rich and poor, Democrat and Republican, black, white, Hispanic, Asian, Native American, gay, straight, disabled and not disabled, Americans who sent a message to the world that we have never been just a collection of individuals or a collection of red states and blue states.
"We are, and always will be, the United States of America.
"It's the answer that led those who've been told for so long by so many to be cynical and fearful and doubtful about what we can achieve to put their hands on the arc of history and bend it once more toward the hope of a better day.
"It's been a long time coming, but tonight, because of what we did on this date in this election at this defining moment, change has come to America.
"A little bit earlier this evening, I received an extraordinarily gracious call from Senator McCain.
"Senator McCain fought long and hard in this campaign. And he's fought even longer and harder for the country that he loves. He has endured sacrifices for America that most of us cannot begin to imagine. We are better off for the service rendered by this brave and selfless leader.
"I congratulate him; I congratulate Governor (Sarah) Palin for all that they've achieved. And I look forward to working with them to renew this nation's promise in the months ahead.
"I want to thank my partner in this journey, a man who campaigned from his heart, and spoke for the men and women he grew up with on the streets of Scranton and rode with on the train home to Delaware, the vice president-elect of the United States, Joe Biden.
"And I would not be standing here tonight without the unyielding support of my best friend for the last 16 years, the rock of our family, the love of my life, the nation's next first lady Michelle Obama.
"Sasha and Malia I love you both more than you can imagine. And you have earned the new puppy that's coming with us to the new White House.
"And while she's no longer with us, I know my grandmother' s watching, along with the family that made me who I am. I miss them tonight. I know that my debt to them is beyond measure.
"To my sister Maya, my sister Alma, all my other brothers and sisters, thank you so much for all the support that you've given me. I am grateful to them.
"And to my campaign manager, David Plouffe, the unsung hero of this campaign, who built the best - the best political campaign, I think, in the history of the United States of America.
"To my chief strategist David Axelrod who's been a partner with me every step of the way. To the best campaign team ever assembled in the history of politics, you made this happen and I am forever grateful for what you've sacrificed to get it done.
"But above all, I will never forget who this victory truly belongs to. It belongs to you. It belongs to you.
"I was never the likeliest candidate for this office.
"We didn't start with much money or many endorsements.
"Our campaign was not hatched in the halls of Washington. It began in the backyards of Des Moines and the living rooms of Concord and the front porches of Charleston.
"It was built by working men and women who dug into what little savings they had to give 5 and 10 and 20 to the cause.
"It grew strength from the young people who rejected the myth of their generation's apathy, who left their homes and their families for jobs that offered little pay and less sleep.
"It drew strength from the not-so-young people who braved the bitter cold and scorching heat to knock on doors of perfect strangers, and from the millions of Americans who volunteered and organised and proved that more than two centuries later a government of the people, by the people, and for the people has not perished from the Earth.
"This is your victory.
"And I know you didn't do this just to win an election. And I know you didn't do it for me.
"You did it because you understand the enormity of the task that lies ahead. For even as we celebrate tonight, we know the challenges that tomorrow will bring are the greatest of our lifetime - two wars, a planet in peril, the worst financial crisis in a century.
"Even as we stand here tonight, we know there are brave Americans waking up in the deserts of Iraq and the mountains of Afghanistan to risk their lives for us.
"There are mothers and fathers who will lie awake after the children fall asleep and wonder how they'll make the mortgage or pay their doctors' bills or save enough for their child's college education.
"There's new energy to harness, new jobs to be created, new schools to build, and threats to meet, alliances to repair.
"The road ahead will be long. Our climb will be steep. We may not get there in one year or even in one term. But, America, I have never been more hopeful than I am tonight that we will get there.
"I promise you, we as a people will get there.
"There will be setbacks and false starts. There are many who won't agree with every decision or policy I make as president. And we know the government can't solve every problem.
"But I will always be honest with you about the challenges we face. I will listen to you, especially when we disagree. And, above all, I will ask you to join in the work of remaking this nation, the only way it's been done in America for 221 years - block by block, brick by brick, calloused hand by calloused hand.
"What began 21 months ago in the depths of winter cannot end on this autumn night.
"This victory alone is not the change we seek. It is only the chance for us to make that change. And that cannot happen if we go back to the way things were.
"It can't happen without you, without a new spirit of service, a new spirit of sacrifice.
"So let us summon a new spirit of patriotism, of responsibility, where each of us resolves to pitch in and work harder and look after not only ourselves but each other.
"Let us remember that, if this financial crisis taught us anything, it's that we cannot have a thriving Wall Street while Main Street suffers.
"In this country, we rise or fall as one nation, as one people. Let's resist the temptation to fall back on the same partisanship and pettiness and immaturity that has poisoned our politics for so long.
"Let's remember that it was a man from this state who first carried the banner of the Republican Party to the White House, a party founded on the values of self-reliance and individual liberty and national unity.
"Those are values that we all share. And while the Democratic Party has won a great victory tonight, we do so with a measure of humility and determination to heal the divides that have held back our progress.
"As Lincoln said to a nation far more divided than ours, we are not enemies but friends. Though passion may have strained, it must not break our bonds of affection.
"And to those Americans whose support I have yet to earn, I may not have won your vote tonight, but I hear your voices. I need your help. And I will be your president, too.
"And to all those watching tonight from beyond our shores, from parliaments and palaces, to those who are huddled around radios in the forgotten corners of the world, our stories are singular, but our destiny is shared, and a new dawn of American leadership is at hand.
"To those - to those who would tear the world down: We will defeat you. To those who seek peace and security: We support you. And to all those who have wondered if America's beacon still burns as bright: Tonight we proved once more that the true strength of our nation comes not from the might of our arms or the scale of our wealth, but from the enduring power of our ideals: democracy, liberty, opportunity and unyielding hope.
"That's the true genius of America: that America can change. Our union can be perfected. What we've already achieved gives us hope for what we can and must achieve tomorrow.
"This election had many firsts and many stories that will be told for generations. But one that's on my mind tonight's about a woman who cast her ballot in Atlanta. She's a lot like the millions of others who stood in line to make their voice heard in this election except for one thing: Ann Nixon Cooper is 106 years old.
"She was born just a generation past slavery; a time when there were no cars on the road or planes in the sky; when someone like her couldn't vote for two reasons - because she was a woman and because of the colour of her skin.
"And tonight, I think about all that she's seen throughout her century in America - the heartache and the hope; the struggle and the progress; the times we were told that we can't, and the people who pressed on with that American creed: Yes we can.
"At a time when women's voices were silenced and their hopes dismissed, she lived to see them stand up and speak out and reach for the ballot. Yes we can.
"When there was despair in the dust bowl and depression across the land, she saw a nation conquer fear itself with a New Deal, new jobs, a new sense of common purpose. Yes we can.
"When the bombs fell on our harbour and tyranny threatened the world, she was there to witness a generation rise to greatness and a democracy was saved. Yes we can.
"She was there for the buses in Montgomery, the hoses in Birmingham, a bridge in Selma, and a preacher from Atlanta who told a people that 'We Shall Overcome'. Yes we can.
"A man touched down on the moon, a wall came down in Berlin, a world was connected by our own science and imagination.
"And this year, in this election, she touched her finger to a screen, and cast her vote, because after 106 years in America, through the best of times and the darkest of hours, she knows how America can change.
"Yes we can.
"America, we have come so far. We have seen so much. But there is so much more to do. So tonight, let us ask ourselves - if our children should live to see the next century; if my daughters should be so lucky to live as long as Ann Nixon Cooper, what change will they see? What progress will we have made?
"This is our chance to answer that call. This is our moment.
"This is our time, to put our people back to work and open doors of opportunity for our kids; to restore prosperity and promote the cause of peace; to reclaim the American dream and reaffirm that fundamental truth, that, out of many, we are one; that while we breathe, we hope. And where we are met with cynicism and doubts and those who tell us that we can't, we will respond with that timeless creed that sums up the spirit of a people: Yes, we can.
"Thank you. God bless you. And may God bless the United States of America."