20 Mei 2009

FW: [daarut-tauhiid] Hidup Susah..Mau??

Oleh Amanda

sumber: eramuslim.com

----------------------

" Ya Alloh hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan matikan aku dalam keadaan miskin dan dipadang mahsyar kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin....!" Sepenggal do'a dari nabi besar Muhammad S.A.W.

Saya yakin, sebagian besar dari kita enggan untuk membaca do'a ini. bahkan mungkin kita membaca do'a agar dipermudah urusan dan dipermurah rezeki. Pernahkan kita berkaca dan membayangjkan menjadi miskin itu adalah kenikmatan duniawi dan kemanisan iman yang sesungguhnya.

Berapa banyak dari kita yang mengeluh gaji kecil, potongan ini itu dari kantor yang membuat take home pay yang kita terima hanya sedikit. Berapa banyak dari kita terutama kaum hawa yang iri melihat harta tetangga rumah atau tetangga kantor dan menghalalkan seagala cara untuk memperolehnya.

Pernah kita berpikir atau membayangkan bagaimana rasanya tidur dikolong jembatan, mandi dengan air sungai jakarta yang terkenal keruh dan sumber penyakit. Apakah mereka menginginkan makan di fastfood yang hanya harga saja mahal, padahal jika kita membuat sendiri jauh lebih enak? Dengan alasan, beda??

Apakah mereka menginginkan AC, TV Flat plus DVD, mobil mewah yang pajak tahunannya melambung tinggi belum bensin bahkan rumah besar yang perawatan mahal. Berapa banyak kita buang waktu hanya untuk memperoleh dan mengurusi harta yang tidak dibawa mati. Berapa banyak waktu yang hilang karena kita lebih mencintai harta daripada iman yang lama-lama terkikis habis, hanya timbul setahun sekali saja yaitu pada Ramadhon?

Kita sekolah tinggi hanya demi gengsi dan gelar, sedang mereka untuk sekolah gratis saja sulit sekali. Berapa banyak ibu melahirkan yang meninggal karena tidak sanggup ke rumah bersalin. Berapa banyak batita dan balita yang terkena gizi buruk sedang kita enak mengunyah burger yang harganya puluhan ribu rupiah.

Pernah membayangkan nikmat dan bahagia hidup susah? Selam ini kita diiming-imingi oleh sinetron tentang enaknya hidup dalam kemewahan. Dalam hidup susah, kita lebih dekat kepada Alloh dan juga kepada manusia, kita lebih memahami perasaan orang, jauh dari sifat egois, sombong apalagi takabur.

Dengan hidup susah, kita tidak perlu "ngoyo" mencari harta apalagi harus merawat harta tersebut. Sedang di akhirat nanti harta yang tidak ditunaikan kewajibannya hanya akan menjadi penghalang hisab kita, belum lagi harta yang ditunaikan secara haram maka hanya akan menyengsarakan kita beribu tahun lama nya dibanding dengan tahun dunia yang hanya hitungan detik.

Masih ada waktu, minimal kita jangan bersedih atas kekurangan harta. Jadikan pelajaran ini adalah awal untuk tidak mencintai dunia dan siap hidup susah dengan segala jaminan yang dijanjikan oleh Alloh SWT.

Jangan tumbuhkan sikap iri atas kelebihan karuni/ rezeki yang Alloh berikan untuk orang lain. Alloh jauh lebih mengetahui apa yang hambanya butuhkan. Bersyukurlah atas apa yang tidak Alloh beri untuk kita.

Janganlah dunia menipumu. Hanya mereka yang tertipu yang menjadikan dunia sebagai tujuan. Sedangkan orang yang beriman secara benar, hanya mencintai kampung akherat.

Ya Alloh yang membolak balikan hati manusia, tetapkanlah hati kami atas keimanan kepada-Mu. Amin

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

19 Mei 2009

FW: [daarut-tauhiid] Cahaya Cinta Dalam Gelapnya Lorong Telinga

Dari lorong gelap telinga terpancarlah seberkas cahaya. Nur itu menghidupkan nurani yang kemudian bertasbih mengagungkan Sang Pencipta.
 
Hidayatullah.com--Mendengar namanya saja orang mungkin tidak berminat membincangkannya. Bahkan tak jarang orang menghabiskan waktu berjam-jam membersihkan telinga dari kotoran dekil itu, tanpa sedikit pun terlintas di benaknya akan makna agung di balik "kotoran telinga".

Sosoknya kecil, basah, lengket, dan licin. Asal-usulnya dari lorong gelap nan sempit. Semua ini hanya membuat orang jijik, bahkan nyaris melupakannya sama sekali. Seolah satu tanda-tanda kekuasaan Allah yang mahadahsyat ini tiada berguna, kosong makna, atau tanpa tujuan, sehingga wajarlah jika tercampakkan begitu saja.

Padahal, Allah mengingatkan manusia agar tidak berpaling dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, meski sekecil dan seremeh "kotoran telinga". Allah menyuruh manusia agar tidak mencontoh perilaku semacam itu: "Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya". (QS. Yusuf, 12:105)

Manusia perlu berprasangka baik terhadap Allah dan meluangkan waktu sejenak guna merenungkan penciptaan "kotoran telinga". Dengan hati yang bersih dan terbuka, maka akan tersingkaplah tanda-tanda kebesaran Allah pada ciptaan-Nya yang satu itu.

"Kotoran telinga" sejatinya bukanlah zat pengotor. Sebaliknya, justru "kotoran telinga" itulah bukti keberadaan perangkat pembersih telinga. Perangkat ini secara otomatis bekerja membersihkan telinga setiap detik, tanpa kita sadari.

Dalam bahasa ilmiah, si kecil lengket ini dinamakan cerumen (ear wax, lilin telinga). Wujudnya cair kental dan menyerupai lilin berwarna kekuningan. Lilin ini dikeluarkan oleh kelenjar tertentu yang melapisi saluran telinga bagian luar. Allah menciptakan sekecil apa pun benda di alam ini dengan maksud dan tujuan yang benar, penuh manfaat dan kebaikan, tak terkecuali lilin telinga. Setidaknya ada tiga manfaat lilin telinga yang berhasil diungkap ilmuwan: (1). pembersih, (2). pelembab, dan (3). pembunuh kuman berbahaya.

Ketiga manfaat itu diciptakan Allah dalam rangka memelihara telinga manusia agar manusia dapat mendengar dengan sempurna selama hidupnya. Ini adalah sebentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang lemah, yang sudah sepatutnya bersyukur atas pemberian telinga berikut lilinnya itu.
 
Hal ini sebagaimana yang Allah perintahkan: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl, 16:78)

Allah Maha Tahu bahwa para hamba-Nya tidak bakal sanggup untuk setiap detik memelihara kebersihan saluran telinganya sendiri, meskipun hanya dua buah. Oleh karena itu, dengan kasih sayang-Nya, Allah mengaruniai manusia sistem pembersihan telinga. Nikmat besar pemberian Allah ini nyaris tidak pernah kita sadari. Bahkan sedikit sekali manusia bersyukur atas nikmat tak terkira berupa pendengaran ini, sebagaimana penegasan-Nya dalam Al Qur´an: "Katakanlah: Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur." (QS. Al Mulk, 67:23)

Allah menciptakan perangkat luar biasa yang mampu mengeluarkan lilin  telinga ini secara otomatis dari lubang telinga. Lilin telinga berpindah dari bagian dalam menuju ke luar saluran telinga. Perpindahan ini diakibatkan oleh perpindahan sel-sel kulit pada permukaan saluran telinga.  Sel-sel ini ibarat ban atau tangga berjalan yang senantiasa bergerak
mengangkut gumpalan lilin telinga di atasnya. Sembari terangkut dan terbawa menuju bagian luar telinga, lilin ini menangkap kotoran, debu, dan butir-butir pengotor yang ada di saluran telinga itu untuk dibuang keluar. Proses ini dibantu oleh gerakan rahang, misalnya saat orang mengunyah.

Lilin juga berfungsi melumasi, melembabkan dan melembutkan kulit saluran telinga. Hal ini mencegah kulit dari kekeringan dan rasa gatal, sehingga manusia dapat mendengar dengan nyaman. Kandungan zat-zat seperti asam lemak jenuh dan enzim lisozim pada lilin telinga sungguh ampuh membunuh mikroba. Termasuk di antaranya adalah bakteri penyebab penyakit yang sangat berbahaya seperti Haemophilus influenzae dan Staphylococcus aureus.

Itulah segores kisah tentang lilin telinga (bukan kotoran telinga), yang sedari kecil kita tidak pernah meminta kepada Allah agar diberi. Namun keberadaanya itulah bukti hamparan cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dialah Allah, yang memberi tanpa diminta, dan tanpa meminta imbalan.

Allah tidak sekedar Pencipta dan Pemberi telinga, namun juga Pemelihara telinga. Ketiga Sifat Allah itu menjadikan manusia dapat mendengar suara setiap saat dengan sempurna, aman dan nyaman.

Sekali lagi, lilin telinga sejatinya bukanlah kotoran telinga! Lilin telinga hanyalah secuil bukti mungil kebesaran Allah dalam mencipta dan memelihara ciptaan-Nya. Dialah Allah, Sang Maha Pencipta, Maha Pemelihara:

Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara
segala sesuatu. (QS. Al An´aam, 6:102)

Sumber :
http://www.hidayatullah.com/index.php/berita/iptek/9313-cahaya-cinta-dal\
am-gelapnya-lorong-telinga


<http://www.hidayatullah.com/index.php/berita/iptek/9313-cahaya-cinta-da\
lam-gelapnya-lorong-telinga
>

FW: [daarut-tauhiid] Keutamaan Menahan Marah


Di antara maksud dan tujuan disyariatkannya puasa adalah latihan menahan nafsu amarah (suka marah). Orang yang mampu menahan marah lebih baik dan lebih sempurna daripada orang yang suka marah (pemarah). Dan itulah yang disebut orang kuat.


Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:“Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)


Dalam riwayat lain, disebutkan hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu Rasulullah bersabda:“Siapa yang dikatakan paling kuat di antara kalian? Sahabat menjawab: yaitu di antara kami yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda: Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika marah.” (HR. Muslim)

Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al Juba’i, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:“Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang mereka mau.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan)


Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:“Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dari meneguk kemarahan karena mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Hadits shahih riwayat Ahmad)


Al Imam Abu Dawud rahimahullah mengeluarkan hadits secara makna dari sahabat Nabi, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:“Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan.” (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan)


Hadits-hadits ini menerangkan keutamaan menahan marah dari pada orang yang mudah marah/pemarah. Dari itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiat kepada sahabat ketika datang pada beliau untuk meminta wasiat, beliau bersabda dengan diulang-ulang: “Jangan mudah marah..” Lengkap haditsnya adalah sebagai berikut:“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam: Berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda: Jangan menjadi seorang pemarah. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda: Janganlah menjadi orang pemarah” (HR. Al Bukhari)


Al Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan hadits dari seseorang dari sahabat Nabi Shalallahu alaihi wasallam dia berkata: “ Aku berkata: Ya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda: jangan menjadi pemarah. Maka berkata seseorang: maka aku pikirkan apa yang beliau sabdakan, ternyata pada sifat pemarah itu terkumpul seluruh kejelekan.” (HR. Imam Ahmad)


Berkata Ibnu Ja’far bin Muhammad rahimahullah: “Marah itu pintu seluruh kejelekan.”
Al Imam Ahmad menafsirkan hadits ini dengan mengatakan: akhlak yang mulia itu dengan meninggalkan sifat pemarah.
Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan maksud hadits ini dengan mengatakan: sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam: “Jangan menjadi pemarah.” Ini mengandung dua kemungkinan maksud:


1. Hadits ini mengandung perintah melakukan sebab-sebab yang menjadikan akhlak yang mulia seperti bersikap lembut, pemalu, tidak suka mengganggu, pemaaf, tidak mudah marah.
2. Hadits ini mengandung larangan melakukan hal-hal yang menyebabkan kemarahan, mengandung perintah agar sekuat tenaga menahan marah ketika timbul/berhadapan dengan penyebabnya sehingga dengan demikian dia akan terhindar dari efek negatif sifat pemarah.


Sehingga Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mangajarkan cara-cara menghilangkan kemarahan dan cara menghindari efek negatifnya, di antaranya adalah:


1. Membaca ta’awudz ketika marah.

Al Imam Al Al Bukhari dan Al Imam Muslim rahimakumullah meriwayatkan hadits dari Sulaiman bin Surod radhiyallahu ‘anhu:“Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan kami sedang duduk di samping Nabi Shalallahu alaihi wasallam . Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan: ‘Audzubillahi minasy Syaithani rrajiim. Maka mereka berkata kepada yang marah tadi: Tidakkah kalian dengar apa yang disabdakan nabi? Dia menjawab: Aku ini bukan orang gila.”


2. Dengan duduk

Apabila dengan ta’awudz kemarahan belum hilang maka disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri.Al Imam Ahmad dan Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan hadits dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda:“Apabila salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah.”Hal ini karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.


3. Tidak bicara

Diam tidak berbicara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk menghilangkan kemarahan, karena banyak berbicara dalam keadaan marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain.Dalam hadits disebutkan:“Apabila di antara kalian marah maka diamlah.” Beliau ucapkan tiga kali. (HR. Ahmad)


4. Berwudhu

Sesungguhnya marah itu dari setan. Dan setan itu diciptakan dari api maka api itu bisa diredam dengan air, demikian juga sifat marah bias diredam dengan berwudhu.Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila di antara kalian marah berwudhulah.” (HR. Ahmad dan yang lainnya dengan sanad hasan)Adapun pemicu kemarahan ada empat, barangsiapa yang mampu mengendalikan maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan dijaga dari syetan dan diselamatkan dari neraka.


Berkata Al Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah:“Empat hal, barangsiapa yang mampu mengedalikannya maka Allah akan menjaga dari syetan dan diharomkan dari neraka: yaitu seseorang mampu menguasai nafsunya ketika berkeinginan, cemas, syahwat dan marah.”


Empat hal ini yaitu keinginan, cemas, syahwat dan marah merupakan pemicu seluruh kejelekan dan kejahatan bagi orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya.


1. Keinginan, adalah kecondongan nafsu pada sesuatu yang diyakini mendatangkan manfaat pada dirinya, seringnya orang yang tidak mampu menguasai nafsu akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan keinginannya itu dengan segala cara walaupun harus dengan cara harom, dan terkadang yang diinginkan juga berupa sesuatu yang haram.


2. Cemas, adalah rasa takut dari sesuatu. Orang yang cemas akan berupaya untuk menolaknya dengan segala cara walaupun harus dengan cara harom seperti meminta perlindungan kepada selain Allah.


3. Syahwat, adalah kecondongan nafsu pada sesuatu yang diyakini dapat memuaskan nafsunya. Seringnya orang yang kalah dengan nafsunya memuaskan nafsu syahwatnya itu pada sesuatu yang haram seperti zina, mencuri, minum khamer bahkan pada sesuatu yang menyebabkan kekufuran, kebid’ahan dan kemunafikan.


4. Marah, adalah gelagaknya darah hati untuk menolak gangguan sebelum terjadi atau untuk membalas gangguan yang sudah terjadi. Kemarahan seringnya dilakukan dalam bentuk perbuatan yang diharamkan seperti pembunuhan, pemukulan dan berbagai kejahatan yang melampaui batas. Terkadang dalam bentuk perkataan yang diharamkan seperti tuduhan palsu, mencela dan perkataan keji lainnya dan terkadang meningkat sampai pada perkataan kufur.Tetapi tidak semua kemarahan itu tercela, ada yang terpuji, bahkan sampai pada tingkatan harus marah yaitu ketika kita melihat agama Allah direndahkan dan dihinakan, maka kita harus marah karena Allah terhadap pelakunya. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya dan beliau sangat marah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah maka Beliau tidak diam. Beliau marah dan berbicara.Ketika Nabi Shalallahu alaihi wasallam melihat kelambu rumah Aisyah ada gambar makhluk hidupnya (yaitu gambar kuda bersayap) maka merah wajah Beliau dan bersabda:“Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang membuat gambar seperti gambar ini.” (HR. Al Bukhari Muslim)

Nabi Shalallahu alaihi wasallam juga marah terhadap seorang sahabat yang menjadi imam shalat dan terlalu panjang bacaannya dan beliau memerintahkan untuk meringankannya. Tetapi Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak pernah marah karena pribadinya.


Al Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Anas radhiyallahu anhu:“Anas membantu rumah tangga Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam selama sepuluh tahun, maka tidak pernah beliau berkata kepada Anas: “Ah”, sama sekali. Beliau tidak berkata terhadap apa yang dikerjakan Anas: “Mengapa kamu berbuat ini?!” Dan terhadap apa yang tidak dikerjakan Anas,”Tidakkah kamu berbuat begini.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)


Begitulah keadaan beliau senantiasa berada di atas kebenaran baik ketika marah maupun ketika dalam keadaan ridha/tidak marah. Dan demikianlah semestinya setiap kita selalu di atas kebenaran ketika ridha dan ketika marah.


Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: artinya:“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berbicara yang benar ketika marah dan ridha.” (Hadits shahih riwayat Nasa’i)

Al Imam Ath Thabari rahimahullah meriwayatkan hadits Anas:“Tiga hal termasuk akhlak keimanan yaitu: Orang yang jika marah kemarahannya tidak memasukkan ke dalam perkara batil, jika senang maka kesenangannya tidak mengeluarkan dari kebenaran dan jika dia mampu dia tidak melakukan yang tidak semestinya.”


Maka wajib bagi setiap muslim menempatkan nafsu amarahnya terhadap apa yang dibolehkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melampaui batas terhadap apa yang dilarang sehingga nafsu dan syahwatnya menyeret kepada kemaksiatan, kemunafikan apalagi sampai kepada kekafiran.


Kesempatan baik ini untuk melatih diri kita menuju sifat kesempurnaan dengan menghilangkan sifat pemarah dan berupaya menjadi orang yang tidak mudah marah.


Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:“Bukanlah puasa itu sekedar menahan makan dan minum. Sesungguhnya puasa itu (adalah puasa) dari perbuatan keji dan sia-sia. Apabila ada orang yang mencelamu atau membodohimu maka katakanlah: sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Huzaimah dengan sanad shahih)


sumber : http://ahlussunnah-bangka.com/2009/04/05/keutamaan-menahan-marah/


__,_._,___

14 Mei 2009

Ketika Datang Panggilan Shalat Jama'ah


oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa
yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli 'ala nabiyyina Muhammad wa
'ala aalihi wa shohbihi wa sallam.

Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai berbagai adab menuju masjid
ketika menghadiri shalat jama'ah dan amalan apa saja yang dilakukan
sebelum shalat. Semoga bermanfaat.

Tinggalkanlah Berbagai Aktivitas Ketika Datang Panggilan Shalat
Dari Al Aswad, dia berkata bahwa dia menanyakan pada 'Aisyah mengenai apa
saja yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di rumahnya?
'Aisyah menjawab,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan
keluarganya, ketika ada panggilan shalat jama'ah, beliau bergegas pergi
menunaikan shalat." (HR. Bukhari)
Itulah yang semestinya dilakukan ketika seseorang mendengar adzan, bukan
malah meneruskan aktivitas hingga iqomah, baru bergegas ke masjid.

Bergegaslah Mendatangi Masjid dan Berusaha Untuk Datang Lebih Awal
Kenapa demikian? Yaitu agar seseorang memperoleh shaf pertama dan agar
mendapatkan pahala karena menunggu shalat.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
"Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian
mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan
berundi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah shaf pertama, sedangkan yang
paling jelek bagi laki-laki adalah shaf terakhir. Sebaik-baik shaf bagi
wanita adalah shaf terakhir, sedangkan yang paling jelek bagi wanita
adalah shaf pertama." (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika seseorang memasuki masjid, dia berarti dalam keadaan shalat selama
dia menunggu shalat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Usahakan Berwudhu (Bersuci) di Rumah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian dia berjalan menuju salah satu
rumah Allah untuk menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan, maka satu
langkah kakinya akan menghapuskan kesalahan dan langkah kaki lainnya akan
meninggikan derajat." (HR. Muslim)

Menuju Masjid dengan Berjalan Kaki
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah." (HR.
Muslim no. 2382)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan
akan menghapus kejelekan." (HR. Ahmad. Syaikh Syu'aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih)

Apakah Perlu Memperpendek Langkah Kaki?
Ada sebagian ulama yang menganjurkan bahwa setiap orang yang hendak ke
masjid hendaknya memperpendek langkah kakinya. Akan tetapi, ini adalah
anjuran yang bukan pada tempatnya dan tidak ada dalilnya sama sekali.
Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits hanya mengatakan
'setiap langkah kaki menuju shalat' dan beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak mengatakan 'hendaklah setiap orang memperpendek langkahnya.'
Seandainya perbuatan ini adalah perkara yang disyari'atkan, tentu Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam akan menganjurkannya kepada kita. Yang
dimaksudkan dalam hadits ini adalah bukan memanjangkan atau memendekkan
langkah, namun yang dimaksudkan adalah berjalan seperti kebiasaannya.
(Lihat Syarh Al Arba'in An Nawawiyah, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al
Utsaimin pada penjelasan hadits no. 26)

Haruslah Tenang, Tidak Perlu Tergesa-gesa Menuju Masjid
Abu Qotadah mengatakan,
"Tatkala kami menunaikan shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
ketika itu terdengar suara beberapa orang yang tergesa-gesa. Kemudian
setelah selesai shalat beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Ada
apa dengan kalian tadi?" Orang-orang yang tadi tergesa-gesa pun menjawab,
"Kami tadi tergesa-gesa untuk shalat." Beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam pun berkata, "Janganlah kalian lakukan seperti itu. Jika kalian
mendatangi shalat, bersikap tenanglah. Jika kalian mendapati imam shalat,
maka ikutilah. Sedangkan apa yang luput dari kalian, sempurnakanlah." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika kalian mendengar adzan, berjalanlah menuju shalat, bersikap tenang
dan khusyu'lah, janganlah tergesa-gesa. Jika kalian mendapati imam shalat,
maka shalatlah. Sedangkan apa yang luput dari kalian, sempurnakanlah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Bacalah Dzikir Ketika Berjalan Ke Masjid dan Ketika Masuk Masjid
Ketika keluar rumah, hendaklah setiap muslim membaca do'a: Bismillahi
tawakkaltu 'alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama
Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan-Nya).
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika seseorang keluar dari rumah, lalu dia mengucapkan "Bismillahi
tawakkaltu 'alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah" (Dengan nama
Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: "Engkau akan diberi petunjuk,
dicukupkan, dijaga, dan setan pun akan menyingkir darinya". Setan yang
lain akan mengatakan: "Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang
yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!" (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kemudian ketika perjalanan menuju masjid, hendaklah membaca do'a:
"Allahummaj'al fii qolbiy nuuron wa fii lisaaniy nuuron waj'al fi sam'iy
nuuron waj'al fii bashoriy nuuron waj'al min kholfiy nuuron wa min
amamaamiy nuuron, waj'al min fawqiy nuuron wa min tahtii nuuron. Allahumma
a'thiniy nuuron. [Ya Allah, berikanlah cahaya di hatiku, pendengaranku,
penglihatanku, di belakangku, di hadapanku, di atasku dan di bawahku. Ya
Allah berikanlah aku cahaya]" (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika masuk masjid, ucapkanlah do'a: Allahummaftah lii abwaaba rohmatik
(Ya Allah, bukakanlah padaku pintu rahmat-Mu).
Dari Abu Usaid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, ucapkanlah:
Allahummaftah lii abwaaba rohmatik (Ya Allah, bukakanlah padaku pintu
rahmat-Mu). Dan jika keluar dari masjid, ucapkanlah: Allahummaftah lii
abwaaba min fadhlik (Ya Allah, bukakanlah padaku pintu kemuliaan-Mu)."
(HR. Muslim)

Janganlah Menyela-nyela Jari-Jemari
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Apabila salah seorang diantara kalian wudlu di rumahnya kemudian
ia pergi ke masjid, maka ia senantiasa dalam keadaan shalat hingga ia
kembali pulang ke rumahnya. Oleh karena itu, janganlah ia melakukan
melakukan seperti ini ! – Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam
memperagakan dengan menjalinkan jari-jemarinya (tasybik)" [HR. Ibnu
Khuzaimah no. 439, Al-Haakim 1/206, dan Ad-Daarimi no. 1446; shahih].
Dari Abu Ummamah Al-Hanaath : Bahwasannya Ka'b bin 'Ujrah bertemu
dengannya saat ia hendak pergi ke masjid. Mereka saling bertemu waktu itu.
Ka'b melihatku sedang menjalinkan jari-jemariku (tasybik), kemudian
ia melarangku dan berkata : "Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wa sallam pernah bersabda :
'Apabila salah seorang diantara kalian wudlu, membaguskan
wudlunya, kemudian pergi menuju masjid; maka janganlah ia menjalinkan
jari-jemarinya (tasybik). Sesungguhnya ia dalam keadaan
shalat" [HR. Abu Dawud no. 562; At-Tirmidzi no. 386; Ahmad 4/241,242, 243;
Ibnu Khuzaimah no. 441; Ad-Daarimi no. 1444; dan yang lainnya – shahih].



Kerjakanlah Shalat Tahiyyatul Masjid, Jangan Langsung Duduk
Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian memasuki masjid, maka janganlah dia duduk
sampai dia mengerjakan shalat sunnah dua raka'at (shalat sunnah tahiyatul
masjid)." (HR. Bukhari)

Janganlah Mengerjakan Shalat Sunnah Ketika Iqomah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Apabila dikumandangkan iqomah, maka tidak ada shalat lagi selain shalat
wajib." (HR. Muslim)

Jangan Keluar dari Masjid Setelah Adzan
Abdurrahman bin Harmalah mengatakan, "Seorang laki-laki datang menemui
Sa'id bin Al Musayyib untuk menitipkan sesuatu karena mau berangkat haji
dan umroh. Lalu Sa'id mengatakan kepadanya, "Janganlah pergi, hendaklah
kamu shalat terlebih dahulu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
"Tidaklah keluar dari masjid setelah adzan kecuali orang munafik atau
orang yang ada keperluan dan ingin kembali lagi ke masjid." Lalu orang ini
mengatakan,"(Tetapi) teman-temanku sedang menunggu di Al Harroh." Lalu dia
keluar (dari masjid). Belum lagi Sa'id menyayangkan kepergiannya,
tiba-tiba dikabarkan orang ini telah jatuh dari kendaraanya sehingga
pahanya patah." Hadits ini terdapat dalam Sunan Ad Darimi pada Bab
'Disegerakannya hukuman di dunia bagi orang yang meremehkan perkataan Nabi
dan tidak mengagungkannya'.
Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.

Jangan Berdiri Ketika Iqomah Sampai Imam Berdiri
Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika iqomah sudah dikumandangkan, maka janganlah kalian berdiri sampai
kalian melihatku berdiri." (HR. Bukhari dan Muslim)

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu 'ala
nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.


__,_._,___

13 Mei 2009

[daarut-tauhiid] Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!


Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah.

Dan,{Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.}(QS. At-Taubah: 87)

Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri.

Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab, dalam keadaan kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana; mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami. Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol.

Maka dari itu, saya nasehatkan kepada Anda dan diriku sendiri bahwa mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada terlarut dalam kekosongan yang membinasakan. Singkatnya, membiarkan diri dalam kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak tubuh dengan narkoba.

Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina; meletakkan si narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan air satu tetes setiap menit selama bertahun-tahun. Dan dalam masa penantian yang panjang itulah, biasanya seorang napi akan menjadi stres dan gila.

Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah pencuri yang culas. Adapun akal Anda, tak lain merupakan mangsa empuk yang siap dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi; kelengahan dan si "pencuri". Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku, bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan itu! Ini, karena aku ingin mengingatkan Anda agar tidakberhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Bunuhlah setiap waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan! Dengan cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah
mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air matakesedihan.


La

Dikutip dari milist [daarut-tauhiid]



 

__,_._,___

Ketahuilah Dunia Itu Terlaknat

Dunia pada dasarnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Namun dunia bisa menjadi penghalang untuk bisa sampai kepada Allah. Harta pada dasarnya bukanlah sesuatu yang dibenci. Namun, harta itu tercela jika dia melalaikan dari mengingat Allah. Betapa banyak kaum muslimin yang tertipu dengan gemerlap dunia sehingga lupa akan tujuan penciptaannya. Ironisnya mereka tidak menyadari hal tersebut dan ketika dirinya ditanya, "Apakah yang engkau inginkan, dunia ataukah akhirat?" Serentak dirinya menjawab, "Saya menginginkan akhirat!" Padahal keadaan dirinya menjadi saksi atas kedustaan ucapannya tersebut. Kesenangan Dunia, Fitnah Bagi Umat Ini Cinta terhadap keindahan dan kenikmatan dunia adalah sesuatu yang menjadi  ciri khas makhluk Allah yang bernama manusia. Allah berfirman:

 

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran: 14)

 

Demikianlah watak asli manusia, sehingga tidak ayal lagi hal itulah yang banyak menjerumuskan manusia sehingga hatinya terkait dengan dunia padahal  tidak dipungkiri lagi keterkaitan hati dengan dunia merupakan fitnah sekaligus musibah yang menimpa umat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

 

"Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta." (HR. Tirmidzi dalam Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)

 

Maka sungguh mengherankan tatkala seseorang yang seharusnya beramal untuk mencapai surga yang luasnya bagaikan langit dan bumi, justru tenggelam dalam fitnah dunia dan harta. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat khawatir bila pintu-pintu kesenangan duniawi telah dibukakan bagi umat ini karena hal itulah yang menyebabkan mereka berpaling dari agama. Wallahul musta’an.

 

 

Dunia Itu Terlaknat!

 

Kaum muslimin, mari bersama kita renungkan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

"Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)

 

Perlu kiranya kita merenungkan hadits ini dengan seksama, di golongan manakah diri kita berada, apakah kita termasuk golongan yang mendapat rahmat dan terjauh dari laknat ataukah sebaliknya diri kita justru termasuk orang-orang yang mendapat laknat, menjadi budak dunia dikarenakan sebagian besar aktivitas kita atau bahkan seluruhnya hanya bertujuan untuk meraih kenikmatan dunia yang fana ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela orang-orang yang tunduk pada dunia dan semata-mata tujuannya adalah mencari dunia dalam sabda beliau:

 

"Celakalah budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak khamishah (pakaian yang cantik) dan celakalah budak khamilah (ranjang yang empuk)." (HR. Bukhari)

 

Inilah celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang kesehariannya menjadi budak harta dan berbagai kesenangan dunia.

 

Renungkanlah dengan penuh kejujuran dan jawablah di golongan manakah diri kita berada? Apakah kita termasuk orang yang menjadi budak dunia ataukah orang yang tujuan hidupnya adalah beribadah kepada Allah? Renungkanlah sekali lagi hal ini!

 

Kaitkanlah Hatimu Dengan Akhirat

 

Saudaraku, jangan jadikan hatimu terkait dengan dunia, jangan sampai dunia masuk ke dalam hatimu dan bercokol di dalamnya, teladanilah generasi terbaik umat ini, mereka menggenggam dunia, namun cukup sampai di situ dan tidak merasuk ke dalam hati. Maka jadilah mereka generasi yang mencurahkan segenap jiwa raganya untuk kehidupan akhirat, dunia sebatas di genggaman mereka sehingga mudah dilepaskan, mudah untuk diinfakkan di jalan Allah.

 

Adapun kita wahai kaum muslimin, aina nahnu min haaulaai (di manakah kedudukan kita jika dibandingkan mereka)? Di mana?! Tentu sangat jauh dari mereka!

 

Oleh karena itu wajib bagi diriku dan dirimu untuk merenungi sekali lagi bahkan senantiasa merenungi apakah tujuan kita diciptakan di dunia ini. Sangat mengherankan jika seorang muslim telah mengetahui tujuan penciptaannya kemudian lalai dari hal tersebut, bukankah inilah puncak kedunguan?! Sekali lagi, mari kita senantiasa mengaitkan amalan kita dengan akhirat, jika anda seorang yang mempelajari ilmu dunia, maka niatkanlah untuk akhirat, niatkanlah bahwa dirimu dengan ilmu tersebut akan membantu kebangkitan kaum muslimin. Jika anda seorang pengajar, dosen atau semisalnya, maka niatkanlah aktivitas mengajar anda untuk akhirat dan kebangkitan kaum muslimin, demikian juga seluruh profesi, maka niatkanlah untuk akhirat.

 

Namun apabila niat anda justru sebaliknya, anda belajar, mengajarkan ilmu dunia, berbisnis dan melakukan aktivitas dunia lainnya hanya sekedar untuk mendapatkan dunia, maka anda telah merugi karena telah melewatkan keuntungan yang amat banyak dan janganlah anda mencela kecuali diri anda sendiri.

 

 

"Ya Allah, janganlah engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan jangan pula engkau jadikan dunia ini adalah tujuan terbesar dan puncak dari ilmu kami."

 

Amin Ya Sami’ad Da’awat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat, allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

 

 

Penulis : Muhammad Nur Ichwan Muslim

Artikel www.muslim.or.id

11 Mei 2009

Sumber Segala Macam Dosa


Sumber Segala Macam Dosa

oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa
shohbihi ajma’in.

Suatu faedah berharga yang kami torehkan pada malam hari ini (4 Jumadil
Ula 1430 H) adalah untaian nasehat dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dalam
kitab beliau yang penuh faedah yaitu Al Fawa’id.
Beliau –rahimahullah- mengatakan,

Sebab Manusia Masuk Neraka Adalah Dari Tiga Pintu
Pintu pertama adalah pintu syubhat (perang pemikiran). Melalui pintu
inilah seseorang akan timbul keraguan pada kebenaran agama Allah.
Pintu kedua adalah pintu syahwat (gejolak nafsu). Melalui pintu inilah
akan mengakibatkan seseorang lebih mengedepankan hawa nafsunya daripada
ketaatan dan menggapai ridho Allah.
Pintu ketiga adalah pintu amarah. Melalui pintu inilah akan timbul
permusuhan antar sesama manusia.

Sumber Segala Macam Dosa Dari Tiga Perkara
Pertama adalah kesombongan (al kibr). Sifat inilah yang dimiliki oleh
Iblis sehingga dia menyimpang ke jalan kesesatan.
Kedua adalah tamak (al hirsh). Sifat inilah yang membuat Adam keluar dari
surga.
Ketiga adalah dengki (al hasad). Sifat inilah yang membuat salah satu anak
Adam membunuh saudaranya.

Ibnul Qoyyim –rahimahullah- mengatakan, “Barangsiapa yang terbebas dari
tiga sifat ini, maka dia akan terlindung dari segala macam kejelekan.
(Ketahuilah), kekafiran itu berasal dari sifat sombong. Maksiat berasal
dari sifat tamak. Sikap melampaui batas dan kezholiman berasal dari sifat
dengki (hasad).”

Itulah faedah berharga dari dokter hati, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Sifat
sombong inilah yang membuat iblis tetap dalam kekafirannya. Karena yang
namanya sombong kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menolak
kebenaran dan meremehkan manusia.

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim).

Hadits ini diberi judul oleh An Nawawi dalam Shahih Muslim: “Bab Haramnya
Sifat Sombong dan Penjelasannya.”
Sifat sombong inilah yang membuat seseorang sulit masuk surga yang penuh
kelezatan.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak akan masuk surga yaitu orang yang dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar semut kecil.” (HR. Muslim)

Sifat tamak atau rakus membuat seseorang mudah terjerumus dalam maksiat.
Lihatlah bagaimana Nabi Adam ‘alaihis salam bisa keluar dari surga,
sebabnya adalah memakan tanaman yang haram untuk dimakan. Maksiat ini
berasal dari sifat tamak. Begitu juga orang mudah terjerumus dalam
perzinaan, berdua-duaan dengan lawan jenis tanpa mahrom, melihat gambar
yang tidak layak untuk dipandang semacam gambar porno; itu semua terjadi
karena adanya sifat tamak pada diri seseorang.

Sedangkan sifat dengki atau iri akan membuat seseorang melampau batas dan
berbuat zholim pada orang lain. Ketika melihat saudaranya memiliki HP baru
atau laptop mewah, dalam hatinya akhirnya muncul sifat dengki, ingin agar
nikmat yang ada pada saudaranya tadi lenyap dan musnah. Akhirnya berbagai
macam cara dilakukan untuk meraih maksud tadi, entah dengan mencuri bahkan
ada juga sebagian orang yang tega membunuh saudaranya sendiri karena latar
belakang semacam ini.

Itulah 3 sifat yang harus dijauhi setiap muslim. Niscaya dengan menjaga 3
hal ini, seseorang akan terhindar dari segala macam kejelekan. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim, tiga sifat buruk inilah sumber segalam macam
dosa.

Semoga yang singkat ini dapat melembutkan hati dan bisa menjadi bahan
introspeksi bagi kita sekalian.
Ya Allah, tambahkanlah pada kami ilmu yang bermanfaat. Amin Yaa Mujibas
Sa’ilin.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala
nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi sallam.


__,_._,___

Orang Bangkrut Yang Sesungguhnya

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali, kamu
menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu diantaramu,
disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal
itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa
yang dahulu kamu perselisihkan" (QS An Nahl [16]:92)

Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "wahai
sahabat-sahabatku tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?"

Salah seorang sahabat Nabi menjawab, "Ya Rasulullah, orang yang bangkrut
itu adalah orang yang mengalami kerugian akan harta bendanya sehingga ia
tidak memiliki apa-apa lagi."

"Tidaklah demikian wahai sahabatku," jawab Nabi saw. "Orang yang
bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala
sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya, wakafnya, hajinya dan
umrohnya; tetapi ketika seluruh pahala kebaikannya itu ditimbang di
hadapan Allah SWT, datanglah istrinya yang mengadukan kezaliman yang
diterimanya ketika hidup di dunia dahulu. "Ya Allah dahulu aku selalu
mendapat perlakukan kasar darinya dan ia selalu menyakitiku." Maka Allah
menyuruh agar orang itu membayar kepada istrinya dengan sebahagian
pahalanya.

Kemudian datang lagi anaknya mengadukan kezaliman yang diterimanya
kepada Allah SWT. "Ya Allah dahulu ketika aku hidup di dunia, ayahku ini
memperlakukanku dengan tidak adil. Ia melebihkan saudaraku yang satu
dari diriku. Disaat aku dalam kesulitan, ia tidak memperdulikanku
walaupun aku selalu berbakti kepadanya." Maka Allah menyuruh orang itu
membayar kepada anaknya dengan sebahagian pahalanya.

Kemudian datang lagi orang lain yang mengadukan kepada Allah. "Ya Allah
dahulu ia menyebarkan berita bohong (fitnah) tentang diriku." Maka Allah
menyuruhnya lagi untuk membayar dengan pahalanya kepada orang yang
mengadu itu.

Kemudian datang lagi orang yang lain yang mengadukan kezalimannya,
sampai akhirnya seluruh pahala shalat, haji, umroh, puasa, zakat,
sedeqah, dan wakafnya itu habis dipakai untuk membayar orang-orang yang
pernah ia zalimi dan ia rampas hak-hak mereka sewaktu ia hidup di dunia.


Sementara itu orang-orang yang mengadu masih saja datang. Maka Allah
'Azza wa Jalla dengan adil memutuskan agar dosa orang yang mengadu itu
dipindahkan kepadanya sebagai tebusan atas kezaliman yang pernah ia
lakukan ketika di dunia dahulu."

Rasulullah melanjutkan, "Itulah orang yang bangkrut. Ia rajin beribadah
tetapi ia tidak memiliki akhlak yang baik. Ia banyak melakukan
ketidakadilan, merampas hak orang lain, dan banyak menyakiti hati orang
lain." (HR At Tirmidzi)

**

Ketika Rasulullah saw dalam keadaan sakit di akhir hayatnya, Nabi
berkata kepada seluruh istri-istrinya, Fatimah Az Zahra putrinya,
sahabat-sahabatnya yang ada di sekelilingnya, "Jika aku pernah melakukan
kezaliman kepada kalian walau sebesar biji zarrah (biji sawi), balasnya
kepadaku saat ini. Janganlah kalian datang kelak di hari kiamat kepada
Allah SWT untuk menuntutku sesuatu perbuatan yang merugikan kalian di
dunia ini."

Seluruh yang hadir hanya terdiam. Dalam suasana keheningan tersebut,
seorang sahabat berkata. "Ya Rasulullah, izinkan aku menuntut balas
darimu. Ketika aku dahulu masih kafir, dalam perang Badar, Engkau tanpa
sengaja menarik bajuku hingga robek dan memukul pundakku dengan pedang.
Aku ingin membalasnya ya Rasulullah."

Semua yang hadir terkejut . Ketika itu Umar bin Khatab marah dan
berkata, "Biarkan aku membawanya keluar ya Rasulullah, ia telah berlaku
tidak sopan terhadap Engkau. Tidak pernah kami merasakan suatu
kezalimanpun walau kecil yang Engkau lakukan terhadap kami."

Rasulullah tersenyum. Rasulullah saw melonggarkan bajunya sehingga
terlihatlah dadanya yang bersih. Rasulullah berkata, "Lakukanlah wahai
sahabatku. Aku ridha."

Semua yang hadir menangis melihat kejadian itu. Sahabat itu mendekati
Rasulullah dan dengan tiba-tiba ia langsung memeluk Rasulullah sambil
berurai airmata. "Wahai Rasul Allah, kulakukan ini karena sepanjang
hidupku, aku ingin sekali memeluk dirimu. Hari ini aku bahagia telah
melakukannya. Maafkan aku ya Rasulullah."

Ia menangis tersedu dan Rasulullah menghiburnya. "Temui aku kelak di
telaga Al Kautsar wahai sahabatku."

(Dari buku "Muhammad" karya Abu Bakr Siraj al-Din)

http://edakwahkita.blogspot.com