26 Desember 2011

Jangan Terlambat Menyayangi Ibu!

Oleh: Arif Rahman Hakim

SETIDAKNYA  bagi sebagian orang, kehadiran seorang ibu dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Padahal, ibu adalah sosok luar biasa yang patut kita renungkan terus jasa-jasanya. Mengapa?

Ibu,sosok wanita yang telah melahirkan kita ke dunia. Sembilan bulan sepuluh hari lamanya ibu mengandung. Mual, beban berat dan sakit punggung mungkin sebagian kecil saja dari yang dirasakan oleh ibu. Tanpa mengeluh seorang ibu menjaga kehamilan dengan harapan sang anak dapat lahir dengan selamat dan sehat. Pada proses kelahiranpun sang ibu harus bertarung nyawa demi sang buah hati tercinta,

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)." (QS: Al-Ahqaaf [46]:15). 

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِي

"Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun." (QS Luqman [31]: 14).

Ada sebuah kisah. Seseorang datang ke Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam. Ia bercerita telah menggendong ibunya di pundaknya sendirian selama menjalani seluruh rukun dan wajib haji. Ia ingin mengetahui apakah perbuatannya itu telah dapat membalas kebaikan yang selama ini ditunjukkan ibunya di masa kanak-kanak. Rasulullah menjawab, "Tidak. Semua yang telah kau kerjakan itu belum dapat membalas satu kali rasa sakit karena kontraksi rahim ketika ibumu melahirkanmu ke dunia." Subhanallah, begitu berat penderitaan seorang ibu.

Ketika sang buah hati lahir ke dunia, tentu disambut dengan suka cita. Tangis haru bahagia seakan menghapus rasa sakit selama proses kehamilan dan proses kelahiran. Sungguh Allah Subhanahu Wata'ala adil. Do'a harapan tercurahkan semoga menjadi anak yang berbakti dan berguna pada agama, orang tua, keluarga dan masyarakat.

Hari-hari selanjutnya adalah menunaikan amanah yaitu membesarkan sang anak. Kurang tidur, kurang istirahat, telat makan adalah hal sering harus dilalui seorang ibu. Letih fisik dan psikis adalah hal yang biasa. Belum lagi bila sang anak sakit, ibu dengan ikhlas tidak tidur semalaman untuk menjaga sang anak. Tanpa mengharap pamrih, semua itu dilakukan agar sang anak tenang dan bahagia. Ibaratnya, ibu rela sakit untuk menggantikan rasa sakit sang anak.

Mendidik anak juga menjadi kewajiban ibu, di mana mendidik anak dimulai dari dalam kandungan sampai sang anak dewasa. Bisa dikatakan rumah dan ibu adalah sekolah dan guru pertama bagi anak. Ya, ibu adalah guru utama dan pertama bagi anak-anak. Pelajaran yang dapat diperoleh secara gratis tanpa ' biaya' apapun. Belajar makan, belajar jalan, belajar memakai baju dan sebagainya. Apapun pertanyaan yang terlontar dari sang anak, sang ibu akan berusaha mencari jawaban terbaik. Dapat dikatakan ibu harus dapat berperan dengan berbagai macam karakter yang semua harus diperankan dengan baik.

Kehebatan seorang ibu bukan hanya dalam hal membesarkan anak. Mengurus, suami, rumah tangga dan segala pekerjaan 'rumah' yang harus diselesaikan dengan baik. Semua itu dilakukan mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kembali, begitu setiap hari. Jika tidak dilakukan dengan ikhlas tentunya semua pekerjaan tersebut tidak akan terselesaikan dengan baik.

Sungguh berat tanggung jawab seorang ibu yang mungkin kita tidak menyadarinya. Kemuliaan seorang ibu tertuang dalam sebuah kisah dari sahabat Abu Hurairah radiyalhu 'anhu. Beliau berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah, kemudian dia bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?" Beliau bersabda, "Ibumu", Orang tersebut bertanya lagi "Kemudian siapa?". Beliau bersabda, "Ibumu". Orang tersebut bertanya lagi, "kemudian siapa?" Beliau bersabda, "Ibumu". Orang tersebut bertanya lagi, "kemudian siapa?". Beliau bersabda, "Bapakmu." (HR Bukhari dan Muslim).

Begitu mulianya seorang ibu sampai disebut tiga kali oleh Rasulullah SAW.

Ketika sang anak beranjak dewasa, ada bermacam tingkah polah yang -secara langsung atau tidak- dapat menyakiti hati ibu. Celakanya lagi sang anak tidak merasa melakukan kesalahan. Tentu kita juga sering membuat sedih atau marah ibu, tapi apa reaksi ibu? Kalimat nasehat yang keluar dari beliau. Atas kesalahan apapun yang kita lakukan, ibu tetaplah ibu yang dengan segala kehalusan sifat dan perilakunya akan selalu memaafkan kita.

Begitu dahsyat kasih sayang seorang ibu bagi putra-putrinya. Maka, masihkah kita akan 'tega' menyakiti beliau setelah kita tahu apa yang telah ibu lakukan untuk kita. Pernahkah kita membayangkan jika suatu saat akan ditinggal ibu untuk selamanya? Sudahkah kita membahagiakan ibu kita tercinta atau setidaknya membuat ibu tersenyum? Bila kita belum melakukannya, segera lakukan selagi ada waktu. Jangan jadikan alasan kesibukan untuk 'menjauh' dari ibu.

Sudahkah kita memohon maaf atas semua kesalahan kita kepada ibu? Segeralah memohon maaf dan doa restu selagi kita punya kesempatan. Jangan menunggu esok hari karena kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Bila ibu kita telah meninggal, jangan pernah lelah dan berhenti berdo'a memohonkan ampunan kepada Allah SWT agar ibu kita mendapat tempat yang layak disisi-Nya.

Hormati dan cintailah ibu kita karena apapun yang kita berikan takkan mampu membalas semua pengorbanan dan kebaikan ibu. Sungguh, bukan materi yang ibu harapkan dari kita. Tapi, cukup sekadar perhatian dan do'a.

"Yaa Allah, jangan biarkan kami terlambat dalam menyadari bahwa betapa kehadiran seorang ibu di sisi kami itu nilainya luar biasa. Yaa Allah, beri kami kesempatan untuk bisa membahagiakan ibu. Yaa Allah, jadikan sepanjang umur ibu kami dipenuhi barakah-Mu. Yaa Allah, sayangilah ibu kami sebagaimana beliau menyayangi kami sedari kecil hingga kini. Yaa Allah, ampunilah ibu kami. Aamiin.*

Penulis alumnus Unair dan peminat masalah sosial-keagamaan

Dikutip dari Hidayatullah


“Bangga Menjadi Kristen Radikal”

oleh: Dr. Adian Husaini

SEBAGIAN kalangan Kristen di Indonesia menyatakan dengan bangga bahwa mereka memahami dan menjalankan misi agama mereka secara RADIKAL. Itu bisa dibaca dalam sebuah buku berjudul: "Kami Mengalami Yesus di Bandung" (Jakarta: Metanoia Publishing, 2011). Daniel H. Pandji, tokoh Kristen yang juga Koordinator Jaringan Doa Nasional, memberikan komentar:

"Buku ini menguak suatu kebenaran sejarah yang sangat penting bagaimana saat ini banyak  pemimpin-pemimpin rohani yang telah menyebar ke seluruh bangsa bahkan berbagai belahan dunia, hal itu dimulai dari gerakan doa yang militan pada tahun 1980 an, lalu memunculkan gerakan penginjilan yang menyentuh berbagai bidang. Buku ini harus dibaca oleh orang-orang yang mau memiliki semangat untuk mengubahkan bangsa."

Kelompok Kristen ini menyatakan kebanggaannya, bahwa saat ini, telah muncul anak-anak muda Kristen yang "dibangkitkan untuk mengikut Tuhan secara radikal." (hal. 23). Mereka memiliki sikap RADIKAL dalam berbagai aspek:

•    Radikal dalam Pemberian. Banyak anak muda memberikan apa saja yang mereka miliki kepada Tuhan untuk pekerjaan pelayanan yang memang kerap dilakukan tanpa kehadiran donatur-donatur. Seorang mahasiswi memberikan seluruh emas yang dimiliki (diberi oleh orang tuanya untuk persiapan pernikahan). Hasil penjualan emas itu kemudian digunakan untuk menyewa sebuah rumah pelayanan, yang menampung para gelandangan dan narapidana yang bertobat. Ada juga seorang mahasiswa menjual motornya dan hasilnya diserahkan untuk membiayai retreat pelayanan. Seorang pemudi memutuskan untuk memberi perpuluhan secara rutin 90% kepada Tuhan dari semua yang ia terima. Seorang pemuda lain memberi perpuluhan kepada Tuhan 50%. Ada satu ketetapan bersama yang radikal pada waktu itu: jika mengadakan KKR yang membutuhkan dana besar (untuk sewa gedung, sound system, buat publikasi spanduk, poster dan lain-lain) semua sepakat untuk tidak meminta-minta, atau tidak mengedarkan  proposal dalam mencari dana, tetapi mengandalkan lutut untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan.

•    Radikal dalam berdoa. Munculnya persekutuan doa yang seringkali berdoa mencari Tuhan selama berjam-jam. Ini ditambah dengan bangkitnya anak-anak muda yang berani mengambil keputusan untuk berdoa lebih dari satu jam setiap hari.

•    Radikal dalam Membayar Harga.  Bangkitnya anak-anak muda yang berani membayar harga, tidak peduli berapa pun itu. Beberapa dianiaya oleh orang tua yang belum mengerti. Ada yang dipukuli dan dikejar dengan benda tajam, namun tetap memilih untuk mengikut Tuhan. Beberapa anak muda karena pelayanan, diancam oleh ayahnya untuk diputuskan biaya hidupnya, namun itu tidak menggoyahkan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Mereka tetap mengasihi, serta mendoakan orang tuanya sampai bertobat dan mengalami lawatan Tuhan. Anak-anak muda yang melayani gelandangan dan narapidana bahkan berani menyediakan rumah penampungan, tinggal bersama mereka, serta melayani mereka meskipun beberapa kali mengalami ancaman kekerasan ketika terpaksa harus melerai  perkelahian antar geng yang menggunakan senjata tajam.

•    Radikal dalam Kekudusan Hidup. Bangkitnya anak-anak muda yang memiliki komitmen dari hal-hal sederhana seperti tidak menyontek lagi. Kemudian munculnya generasi yang bertekad untuk hidup kudus dalam pergaulan antar lawan jenis, memutuskan untuk menjaga kesucian pernikahan, serta hidup berbeda dari anak-anak muda pada umumnya yang hidup bebas.

•    Radikal dalam Memberitakan Injil. Banyak anak muda mendatangi taman-taman kota di Bandung, tempat para gelandangan, pencuri, dan bahkan tempat-tempat rawan seperti markas para perampok berkumpul untuk memberitakan Kabar Baik kepada mereka. Bertahun-tahun tempat-tempat seperti ini terus dilayani secara teratur oleh anak-anak muda yang sudah diubahkan oleh Kristus.

•    Radikal dalam Memberikan Waktu untuk Pelayanan. Di tengah-tengah kesibukan belajar, selalu ada komitmen untuk melayani persekutuan, pemuridan, evaluasi pelayanan minggu, kunjungan dan beritakan Injil, serta berdoa bersama. Semua dilakukan paling tidak seminggu sekali. Dapat dikatakan setiap pekerja, dalam setiap minggu pasti terlibat pelayanan rutin minimal empat sampai lima kali. (hal. 23-26), dikutip persis sesuai buku aslinya).

RADIKALISME kaum Kristen di Indonesia ini juga diwujudkan dalam sejumlah puisi dan lagu. Satu diantaranya berbunyi sebagai berikut:

"Slamatkan Indonesia"
Trimakasih Tuhan untuk negeri tercinta
Trimakasih Tuhan untuk Indonesia
Trimakasih
Hatiku bersyukur padaMu Tuhanku
Indonesia membutuhkanMu Yesus
Indonesia nantikan curahan RohMu
Indonesia rindu kemuliaanMu
Inilah doaku…
Inilah doaku…
Slamatkan Indonesia, slamatkan Indonesia,
Slamatkan Indonesia
Itulah kerinduanku.

*****

Dalam buku berjudul "Menjadi Garam Dunia", karya Erich Sunarto, (Jakarta: Pustaka Sorgawi, 2007), juga ditegaskan: "Untuk menuju ke Sorga, tidak ada jalan yang lain, kecuali melalui Yesus." (hal. 124).  Dengan semangat itulah, kaum Kristen Radikal ini berusaha mewujudkan tekadnya untuk mengkristenkan Indonesia. Para misionaris bersama dengan para penjajah Portugis dan Belanda telah beratus-ratus tahun berusaha untuk mengkristenkan Indonesia, dengan berbagai cara.   Karena kaum misionaris menganggap misi mereka sebagai misi suci, maka mereka tidak pernah berhenti dari upayanya.

Bahkan, melalui buku Kami Mengalami Yesus di Bandung, kita melihat, bagaimana kuatnya semangat dan kebanggaan mereka sebagai kaum Kristen yang pantang menyerah untuk mengkristenkan Indonesia. Mereka bersemangat mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, dan harta demi tegaknya misi Kristen di Nusantara ini. Mereka dengan bangganya mengumumkan corak beragama yang RADIKAL dalam berbagai hal.

Umat Islam Indonesia tentu memahami benar semangat dan gerakan kaum misionaris Kristen ini. Tujuan mereka sudah jelas: mengubah Indonesia yang mayoritas Muslim menjadi Kristen. Dalam buku berjudul "Jadikan Sekalian Bangsa BersukaCita! Sepremasi Allah dalam Misi", karya John Piper (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2003), dikatakan:

"Bisakah alam semesta dan agama-agama lain menuntun orang-orang kepada hidup yang kekal dan kepada sukacita bersama Allah? Jawaban Alkitabiahnya: Tidak bisa! Menarik sekali, sejak penjelmaan Anak Allah dalam Perjanjian Baru, semua iman yang menyelamatkan harus terpusat kepada-Nya. Sebelum Kristus, kaum Israel memfokuskan imannya pada janji-janji Allah (Roma 4:20). Dan bangsa-bangsa berjalan menurut jalannya masing-masing (Kisah Para Rasul 14:16. Masa-masa itu disebut "zaman kebodohan". Tetapi sekarang, sejak kedatangan Anak Manusia ke dalam dunia, Kristus menjadi pusat misi gereja. Tujuan Misi ialah "menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada Nama-Nya" (Roma 1:5)." (hal. 355).

Sebagai Muslim kita patut mengagumi semangat para misionaris Kristen tersebut. Tetapi, kaum misionaris Kristen juga perlu memahami, bahwa dalam pandangan agama Islam, kemurtadan adalah dosa besar. Meninggalkan keyakinan Islam (murtad) sama artinya dengan menghancurkan seluruh fondasi amal perbuatan.

Karena itu, murtad adalah sebuah kejahatan serius dalam pandangan Islam.

Para santri di pondok-pondok pesantren biasanya sangat akrab dengan Kitab Sullamut Tawfiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim. Kitab ini termasuk yang mendapatkan perhatian serius dari ulama besar asal Banten, Syeikh Nawawi al-Bantani, sehingga beliau memberikan syarah atas kitab yang biasanya dipasangkan dengan Kitab Safinatun Najah.  Dalam kitab inilah, sebenarnya umat Islam diingatkan agar menjaga Islamnya dari hal-hal yang membatalkannya, yakni murtad (riddah). Dijelaskan juga dalam kitab ini, bahwa ada tiga jenis riddah, yaitu murtad dengan I'tiqad, murtad dengan lisan, dan murtad dengan perbuatan.

Masalah kemurtadan ini perlu mendapatkan perhatian serius dari setiap Muslim, sebab ini sudah menyangkut aspek yang sangat mendasar dalam pandangan Islam, yaitu masalah iman. Dalam pandangan Islam, murtad (batalnya keimanan) seseorang, bukanlah hal yang kecil. Jika iman batal, maka hilanglah pondasi keislamannya. Ia menjadi kafir, yang di dalam al-Quran diberikan predikat "seburuk-buruknya makhluk" (QS al-Bayyinah).  Banyak ayat al-Quran yang menyebutkan bahaya dan resiko pemurtadan bagi seorang Muslim.

"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (al-Baqarah:217). "Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya." (an-Nur:39).

Karena itulah, jika kita telaah, selama ratusan tahun – meskipun sudah disokong kekuatan kolonial --  misi Kristen di Indonesia membentur tembok yang sangat kokoh. Dalam al-Quran disebutkan, bahwa Allah murka, karena dituduh punya anak. "Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menuduh Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak." (QS Maryam:88-91).

Mohammad Natsir, tokoh Islam Indonesia dan salah satu Pahlawan Nasional, pernah menyampaikan pesan tegas kepada kaum Kristen:

"Hanya satu saja permintaan kami: Isyhadu bi-anna muslimun. Saksikanlah dan akuilah kami ini adalah Muslimin. Yakni orang-orang yang sudah memeluk agama Islam. Orang-orang yang sudah mempunyai identitas-identitas Islam. Jangan identitas kami saudara-saudara ganggu, jangan kita ganggu mengganggu dalam soal agama ini. Agar agama jangan jadi pokok sengketa yang sesungguhnya tidak semestinya begitu…. Kami umat Islam tidak apriori menganggap musuh terhadap orang yang bukan Islam. Tetapi tegas pula Allah SWT melarang kami bersahabat dengan orang-orang yang mengganggu agama kami, agama Islam. Malah kami akan dianggap dhalim bila berbuat demikian… sebab kalaulah ada sesuatu harta yang kami cintai lebih dari segala-galanya itu ialah agama dan keimanan kami. Itulah yang hendak kami wariskan kepada anak cucu dan keturunan kami. Jangan tuan-tuan coba pula untuk memotong tali warisan ini." (Dikutip dari Pengantar Prof. Umar Hubeis untuk buku Dialog Islam dan Kristen karya Bey Arifin, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1983). Semoga kita bisa mengambil hikmah… Amin. (Depok, 23 Desember 2011).

Penulis adalah dosen Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor


Dikutip dari Hidayatullah

20 Desember 2011

Hanya Selisih Lima Menit

Oleh Sabrul Jamil

Salah satu komitmen saya belakangan ini adalah berusaha untuk sholat tepat waktu, meninggalkan apa pun pekerjaan yang sedang dilakukan, dan bergegas memenuhi panggilan adzan. Walau sering juga gagal, namun saya berusaha untuk tidak kapok.

Ibarat seorang anak yang baru belajar jalan, saya tidak akan kapok hanya karena setiap kali berjalan, saya jatuh terjengkang, terduduk, terjerembab, dan berbagai jenis jatuh lainnya. Saya terus berusaha memenuhi komitmen itu. Mengapa?

Jawabannya rada klasik, yaitu meniru jawaban Baginda Rasulullah SAW, "Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?" Jawaban lainnya, saya tidak ingin membuat setan bahagia, dengan menimbulkan perasaan putus asa di hati saya, untuk menjadi orang baik. Jadi, saya terus berusaha jatuh bangun untuk menjaga komitmen. Komitmen tersebut juga termasuk ketika berada di perjalanan. Dan ini termasuk yang paling sulit untuk dipenuhi.

Suatu ketika, saat sedang mencari-cari lokasi kantor client, adzan Dzuhur memanggil. Saya mengikuti arah panggilan adzan, dan menepikan kendaraan. Beruntung, sholat dzuhur belum lagi dimulai. Sebagian jamaah masih sholat sunat, sebagian lagi masih berwudhu. Tak banyak jamaah yang sholat. Namun ini bisa dimaklumi. Mungkin sebagian besar warga masih berada di tempat kerja masing-masing.

Alhamdulillah, saya tidak perlu masbuk. Dengan lega saya takbiratul ihram, mengikuti imam. Saya pun membaca bacaan-bacaan sebagai mana mestinya. Doa iftitah, surat AlFatihah, dan surat pendek. Usai saya membaca sholat pendek, ternyata Sang Imam belum selesai dengan bacaannya. Sebagai makmum, saya pun menunggu. Saya mencoba maklum. Mungkin bacaan suratnya memang agak panjang.

Namun, alangkah lama rasanya waktu menunggu itu. Sungguh di atas rata-rata. Ketika akhirnya Sang Imam ruku', sudah muncul setitik perasaan tak suka di hati saya. Namun ternyata, tak hanya tegaknya yang lama, ruku'nya pun lebih lama ketimbang rata-rata. Bertambah lagi noda hitam di hati saya.

Begitulah seterusnya, sujud, duduk di antara dua sujud, dan gerakan-gerakan lainnya, dilakukan Sang Imam dengan jeda waktu yang membuat konsentrasi saya buyar. Apa sesungguhnya yang dibaca Imam ini? Tak tahukah ia jika bacaannya yang terlalu lama ini bisa merusak konsentrasi makmumnya? Tak pernahkah ia mendengar hadits nabi yang mempersingkat bacaan sholatnya begitu mendengar suara tangis bayi? Bukankah hal ini adalah isyarat bahwa seorang imam harus peka?

Fakta bahwa saya masih harus mencari-cari lokasi kantor client saya turut menambah pekat keruwetan lintasan-lintasan pikiran saya. Begitulah cara kerja pikiran. Tidak bebas nilai, dan cenderung mengikuti saja apa yang kita inginkan. Karena saat itu saya sedang tidak suka dengan sang Imam, dan berkeyakinan bahwa imam itu salah, maka saya memerintahkan pikiran saya untuk mencari-cari berbagai argumen yang dapat menunjang dan membenarkan kejengkelan saya. Maka bermunculanlah berbagai argumentasi yang bahkan terkadang berlandaskan dalil dan nash. Tapi, tak ada yang bisa saya lakukan.

Saya pun mengikuti saja gerakan imam. Tampak seperti patuh, namun sesungguhnya di dalam hati penuh dengan dendam pembangkangan. Memasuki rakaat ketiga, menggeliatlah sang nurani. Mungkin sejak semula ia telah berusaha berkata-kata, mengingatkan, namun terbungkam oleh emosi yang tidak pada tempatnya. Kali ini, mungkin dengan berteriak, pikiran jernih pun pelan-pelan muncul. Mirip cahaya mentari di balik awan pekat yang mulai menyibak, di tiup angin ke segala arah.

Aku pun mulai tenang, dan merasa yakin bahwa pilihan terbaik adalah tetap menjaga kekhusyu'an. Pelan-pelan kesadaran pun muncul. Kesadaran hakiki bahwa saat itu sejatinya saya sedang berhadapan Allah Yang Maha Besar. Sungguh tak pantas jika saya mencak-mencak, meski cuma di dalam hati. Dan, sebagaimana sebelumnya, pikiran pun hanya mengikuti saja kehendak hati. Jika semula beragam alasan negatif telah dimuntahkan, kali ini nilai-nilai positiflah yang dimunculkan, digali-gali dari berbagai lipatan memori di dalam otak.

Mulailah pikiran-pikiran saya mengingatkan bahwa sholat khusyu hanya bisa diperoleh dengan ketenangan. Bahwa ihsan adalah meyakini bahwa Allah melihat kita, dan kita merasa diawasi Allah. Bahwa bacaan ruku dan sujud hendaknya terus diulang-ulang, sampai benar-benar terasa bahwa kita tengah merendahkan diri di hadapan Sang Penguasa Jagat. Bahwa banyaknya bacaan ruku dan sujud tidaklah hanya dibatasi tiga kali sebagaimana selama ini dipahami kebanyakan orang. Jumlah tiga bukanlah komando untuk bangkit ke gerakan berikutnya.

Ketika sholat usai, saya menyempatkan diri menengok ke jam. Tahukah berapa waktu yang dibutuhkan untuk sholat yang terasa seperti selamanya itu? Hanya sepuluh menit! Ya, hanya lima menit lebih lama dari waktu rata-rata! Saya tak tahu apa yang selanjutnya berkecamuk di hati ini. Perasaan malu, bersalah, khianat, berdosa, dan lain-lain. Hanya lima menit lebih lama, mengapa saya begitu kikir?

Inikah orang yang mengaku mencintaiNya, melebihi cinta kepada selainNya? Lima menit tak cukup untuk mengantri di kasir pasar Swalayan. Juga tak akan cukup untuk menunggu antrian martabak keju di malam minggu. Lima menit tak cukup untuk membaca info selebritis tak berguna, atau liputan tak bermanfaat tentang sepakbola. Lima menit terlalu singkat untuk makan siang, apalagi jika sambil ngerumpi dengan teman sekantor.

Namun lima menit yang penuh makna, saat-saat berkomunikasi denganNya, dapat mewarnai hari-hari kita. Saya teringat salah satu hadits, yang kira-kira matannya mengatakan, bahwa jika kita ingin mengetahui bagaimana kedudukan kita di mata Allah, maka bertanyalah kepada diri sendiri, bagaimana kedudukan Allah di hati kita.

Lalu, bagaimana mengukur kedudukan Allah di hati kita? Mungkin jawabannya terletak pada seberapa khusyu-nya kita sholat. Karena sholat khusyu adalah peristiwa di mana kita merasa benar-benar berhadapan dengan Allah. Sebagaimana DIA sendiri mengatakan, yaitu orang-orang yang meyakini pertemuan dengan Rabb-nya, dan meyakini bahwa ia akan kembali kepadaNya.

Dan kata orang-orang yang telah merasakannya, ketika sholat telah khusyu', terutama ketika sholat malam, maka waktu lima atau sepuluh menit akan terasa sebentar saja.

sabruljamil.multiply.com

Doa Agar Mendapat Keturunan

Assalamu'alaikum wr wb ustad.

saya baru menikah 7 bulan, tapi saya seperti putus asa, keinginan untuk menimang momongan blm juga datang. kata dokter saya kena pcos, istilah untuk sel telur yang tidak mau berkembang, gak matang, jadi susah untuk dibuahi (atau istilah lainnya kista kecil2 dan banyak). di Alquran pasti ada suatu doa untuk penyakit saya kan ustad, saya mohon saya bisa mengamalkan doa itu ustad, sekarang saya juga lagi gelisah, sepertinya iman saya lagi kurang banget. gimana caranya kuatkan iman saya ya ustad?? terimakasih banyak ustad.. assalamu'alaikum.

cia

Jawaban

Wa'alaikumsalam wr wb

Saudara Cia yang dimuliakan Allah SWT
Kami berharap semoga Allah SWT memberikan rezeki kepada anda keturunan yang shaleh dan menjadikannya penyejuk hati anda di dunia dan akhirat.

Adapun doa-doa yang bisa dibaca bagi seorang muslim agar diberikan kehamilan dan keturunan, diantaranya : Doa Nabi Zakaria alaihi as Salam :

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38)

Artinya : "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (QS. Ali Imran : 38)

رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89)

Artinya : "Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling Baik." (QS. Al Anbiya : 89)

Serta doa Nabi Ibrahim 'Alaihi as Salam :

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100)

Artinya : "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Ash Shafat : 100)

Juga doa-doa yang bermanfaat dalam setiap situasi dan keinginan, diantaranya :

1. Doa Nabi Yunus 'Alaihi as Salam, Rasulullah SAW bersabda," "Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah; LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya." (HR. at Tirmdzi, an Nasai, al Hakim dan dia mengatakan : shahih sanadnya)

2. Memperbanyak istighfar
Firman Allah SWT :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

Artinya : "Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuuh : 10 – 12)

Sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam,"Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka." (HR. Ahmad Abu Daud dan Hakim dia berkata : Shahih sananya. ) – (Markaz al Fatwa No. 15268)

Wallahu A'lam


dikutip dari eramuslim

19 Desember 2011

"Malaikat Terima kasih"

Seseorang bercerita, aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang
malaikat menemaniku serta menunjukkan keadaan di surga.

Memasuki suatu ruang kerja yang penuh dengan para malaikat. Malaikat yang
mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata,"

*Ini adalah Seksi Penerimaan.
Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah, diterima".*

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu
sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan
yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian,....
aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang. lalu
sampailah kami pada ruang kerja kedua.

*Malaikat-ku berkata,
"Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman.*
Disini, kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke
manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat
yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang
dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor
panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat
kecil.

Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana,
hampir tidak melakukan apapun.
*"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan.* Dia
tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.
*
Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima rahmat
yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan
terima kasih".*


*"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas Rahmat Tuhan?", *tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat.

"Cukup berkata,
'ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN, Terima kasih, Tuhan' ".

*"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri?", tanyaku*.

Malaikat-ku menjawab,

*"Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, Pakaian yang menutup tubuhmu,
atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, Maka engkau lebih kaya dari
75% penduduk dunia ini.
*

*"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang
receh,*maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

"Dan *jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu*,engkau adalah bagian
dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga.... *Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan
daripada kesakitan ...* engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang
di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.

"[i]Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian
dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat
sangat [/i]....Maka,engkau
lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".


*"Jika,........ engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan religius
tanpa ada ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan,atau kematian
...* M a k a,....engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar orang didunia.

*"Jika,....orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan
...* Maka,.....engkau termasuk orang yang sangat jarang.

"*Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum,* maka,.....
engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan emua
mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.

*"Jika,...engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat ganda
*yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu, berpikir bahwa engkau
orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati
daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca
sama sekali".

*Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan
kepadamu.*

Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua
teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa
dirahmatiNya kita semua.

*"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' ".
(QS:Ibrahim (14) :7 )

sumber: Kaskus

10 Desember 2011

ANAK.....

Dahulu kala ada sebuah pohon apel yang besar dan rindang tumbuh di halaman rumah seorang petani. Bocah kecil anak petani tersebut suka sekali berlarian mengelingi pohon ini dan dengan imaginasinya dia bisa ‘berbicara’ dan ‘bermain’ dengan si pohon apel. Seolah seperti berteman, bocah kecil ini menjadi sangat mencintai pohon apelnya dan demikian pula sebaliknya. Tetapi waktu berlalu, si kecil tumbuh menjadi remaja dan jarang sekali menyapa si pohon apel.

 

Suatu hari di usianya remaja, si anak duduk termenung bersedih dibawah pohon apel tersebut. Si pohon kasihan melihatnya dan diajak-nya bicara : “Ayo bermain lagi dengan saya…” ajaknya, si anak menjawab : “Aku sudah bukan anak kecil lagi, aku tidak berlarian mengitari pohon apel…”, kemudian dia melanjutkan “aku perlu uang untuk memenuhi kebutuhanku…”. Si pohon apel menghiburnya : “ aku tidak punya uang, tetapi aku punya buah apel yang banyak…ambillah, dengan itu engkau akan bisa memenuhi kebutuhanmu…”. Girang sekali si anak dengan tawaran ini, diambilnya berkeranjang apel dan dijualnya, setelah itu dia pergi tidak menengok lagi pohon apelnya dalam waktu yang panjang.

 

Tahun demi tahun berlalu, si anak kini telah menjadi lelaki dewasa dan siap berumah tangga. Kembali dia termenung dibawah pohon apelnya, si pohon apel-pun kembali menyapanya : “ kenapa bersedih ?, ayo bermain…”. Lelaki dewasa tersebut menjawab : “ Aku bukan lagi anak-anak, aku lelaki dewasa yang pusing memikirkan berumah tangga, aku belum punya rumah…”. Si pohon apel-pun menghiburnya : “Aku tidak bisa memberimu rumah, tapi cabang-cabangku banyak – potonglah dan buatlah rumah darinya.” Lelaki ini dengan gembira memotong-motong cabang apel dan dibuatnya rumah, tetapi setelah itu dia menghilang lagi dalam waktu yang lama.

 

Tahun demi tahun berlalu lagi, datanglah lelaki paruh baya dan termenung dibawah pohon apel. Meskipun mukanya sudah berubah dan rambutnya-pun mulai memutih, si pohon apel tidak lupa bahwa dia adalah bocah kecil yang dari dulu selalu datang padanya. Bagi pohon apel ini, dia tetap bocah kecil yang ingin dihiburnya : “Ayolah, jangan bersedih – ayo bermain…”. Si lelaki paruh baya dengan ketus menjawabnya : “Yang bener saja, kamu tidak tahu bahwa saya sudah menjadi orang tua – masak kamu ajak aku bermain”.

 

Lelaki ini kemudian melanjutkan : “Aku ingin berlibur yang jauh, aku ingin berlayar…tetapi aku tidak punya uang untuk membeli perahunya…”. Tidak kehabisan akal, si pohon apel tetap ingin menghiburnya : “Aku tidak punya uang untuk membelikanmu kapal, tapi lihatlah batangku yang tua dan besar – potonglah dan buatlah perahu – sehingga dengannya kamu bisa memenuhi keinginanmu…”. Lelaki ini-pun bergegas memotong pohon apel ini sampai pangkal pohonnya, dibuatnya berahu untuk berlayar dan setelah itu menghilang untuk waktu yang lama lagi.

 

Bertahun-tahun kemudian di tanah yang sudah gersang - tidak ada lagi pohon apel rindang, seorang laki-laki tua dengan wajah sudah keriput dan rambut memutih semua duduk di antara sisa-sisa akar pohon. Si pohon apel yang kini tinggal akarnya-pun masih ingat, lelaki tua ini adalah bocah kecil yang dahulu selalu diajaknya bermain. Meskipun sudah tidak punya apa-apa, si akar pohon apel tetap ingin menghibur : “kali ini apa yang engkau butuhkan ?”. Lelaki tua ini menjawab : “Aku sudah letih menempuh perjalanan hidupku, aku hanya ingin istirahat…”.  Si akar pohon apel-pun tetap menghiburnya : “…gunakanlah akar-akar yang tersisa ini untuk tempatmu  beristirahat…”.

 

Siapakah pohon apel yang rela mengorbankan apa saja untuk lelaki tersebut ?, dialah ibu dan bapak kita. Mereka mengorbankan apapun untuk kita, tetapi kita sering melalaikannya. Beruntunglah Anda yang masih memiliki orang tua, segera kunjungi mereka, ganti hibur mereka meskipun mereka tidak pernah memintanya. Apapun yang bisa Anda lakukan tidak akan pernah cukup untuk membalas jasa keduanya, tetapi usaha maksimal Anda akan mengobati kerinduan Anda bila keduanya sudah tidak ada.

 

Pengorbanan orang tua untuk anak dan kelalaian anak terhadap orang tuanya ini pernah disajikan dalam lagu yang sangat menyentuh oleh penyanyi Philipine Freddie Aguilar dengan judul “Anak” – ya, judul aslinya memang "Anak" karena dalam bahasa Tagalog “Anak” artinya dalam bahasa indonesianya juga “Anak” atau “Child” dalam bahasa Inggris. Ingin mendengarnya ?, inilah salah satu clip youtube favorit saya : ANAK.

Sumber:Gerai Dinar

Bagaikan Peribahasa "Cinta orang tua sepanjang jalan, Cinta Anak sepanjang penggalah". Janganlah kita seperti peribahasa itu,bahagia dan cintai orang tua kita sepenuh hati.

Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him

Cerita PENSIL & PENGHAPUS

Oleh: H.Iwan Prasetyo

Selamat pagi temans.

Pensil : Maafkan aku.

Penghapus : Maafkan untuk apa? Kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Pensil: Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada di sana untuk menghapusnya.
Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat.

Penghapus : Hal itu benar. Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan.
Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan menggantikan diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan perananku.
Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih

Orang tua kita layaknya si penghapus sedangkan kita layaknya si pensil. Mereka (Orang tua) selalu ada untuk anak-anak mereka, memperbaiki kesalahan anak-anaknya.

Terkadang, seiring berjalannya waktu...
Mereka akan terluka dan akan menjadi semakin kecil
(Dalam hal ini, maksudnya bertambah tua dan akhirnya meninggal).

Walaupun anak-anak mereka akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (Suami atau Istri), Namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih.

"Hingga saat ini, saya masih selalu menjadi si pensil..Dan hal itu sangat menyakitkan diri saya untuk melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah "kecil" dan "kecil" seiring berjalannya waktu.

Dan saya tahu bahwa kelak suatu hari, yang tertinggal hanyalah "serutan" si penghapus dan segala kenangan yang pernah saya lalui dan miliki bersama mereka...".


Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him

09 Desember 2011

Kisah Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai.. Hujan rintik-rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor….. terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat…, ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak-anak, siapa yang mau bakso?

“Mauuuuuuuuu..”, secara serempak dan kompak anak-anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya.

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang-uang itu pisahkan? Barangkali ada tujuan?”

“Iya pak, memang sengaja saya memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak saya, mana yang menjadi hak orang lain / amal ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman seorang muslim”.

“Maksudnya…?”, saya melanjutkan bertanya.

“Iya Pak, kan agama dan islam menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Sengaja saya membagi 3 tempat, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari untuk keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq /sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso saya selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena saya ingin menyempurnakan agama yang saya pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar, Maka kami sepakat dengan istri bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini kami harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji.. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi saya dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat… sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…? termasuk memiliki kemampuan dalam biaya…?

Ia menjawab, “Itulah sebabnya Pak, justru kami malu kepada Tuhan kalau bicara soal Rezeki karena kami sudah diberi Rizky. Semua orang pasti mampu kok kalau memang niat..?

Menurur saya definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri ebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita kok.

“Masya Allah… sebuah jawaban dari seorang tukang bakso”.

Sahabat…..
Cerita perjalanan spiritual ini sangat sederhana dan jadi inspirasi. Semoga memberi hikmah terbaik bagi kehidupan kita. Amien……..

Dalam hadits Qudsi,
“Sesungguhnya Allah berfirman: Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku dan Aku akan senantiasa menyertainya apabila berdoa kepada-Ku” (HR. Bukhari Muslim)

Sumber: buyanur.com

Muhammad Rasulullah

May Allah's blessings and peace be upon him

BAB KEUTAMAAN BERDOA UNTUK ORANG LAIN YANG TIDAK BERADA DI DEKAT ORANG YANG BERDOA

Jumat, 09 Desember 11

Allah Subhanahu waTa`ala berfirman,


وَالَّذِينَ جَآءُو مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami'." (Al-Hasyr: 10).

Dan Allah Subhanahu waTa`ala berfirman


وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

"Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad: 19).

Dan Allah Subhanahu waTa`ala berfirman, mengabarkan tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam,


رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ ‏

"Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang Mukmin pada hari terjadinya hisab (Hari Kiamat)." (Ibrahim: 41).

Dan Dia berfirman, mengabarkan tentang Nabi Nuh 'alaihis salam,


رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

"Ya Rabbku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan." (Nuh: 28).

(1270) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadlu ad-Du'a` li al-Muslimin, 4/2094, no. 2732.
dari Abu ad-Darda` radiyallahu 'anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ.

"Tidaklah seorang hamba Muslim berdoa untuk saudaranya dalam keadaan ghaib (tidak ada bersamanya) melainkan malaikat akan berkata, 'Dan kamu mendapatkan (kebaikan) semisalnya'."

(1271) Dan dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadlu ad-Du'a` li al-Muslimin, no. 2732 dan 2733, dari hadits Abu ad-Darda` dan Ummu ad-Darda`. dari Abu ad-Darda` radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,


دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ، كُلَّمَا دَعَا لأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ، وَلَكَ بِمِثْلٍ.

"Doa seorang Muslim untuk saudaranya dalam keadaan ghaib (tidak ada bersamanya) adalah mustajab (dikabulkan), di samping kepalanya terdapat seorang malaikat yang ditugaskan, setiap dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, maka malaikat yang ditugaskan terhadapnya tersebut mengucapkan, 'Amin (ya Allah kabulkanlah) dan kamu mendapatkan (kebaikan) semisalnya'."

(1272) Kami meriwayatkan dalam kitab Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Ibnu Amr radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


إِنَّ أَسْرَعَ الدُّعَاءِ إِجَابَةً دَعْوَةُ غَائِبٍ لِغَائِبٍ.

"Sesungguhnya doa yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang secara ghaib (jauh dari orang yang didoakannya tersebvt) yang ditujukan untuk orang yang ghaib (tidak bersamanya)."

Dhaif: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29150; Al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, no. 623; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du'a` bi Zhahri al-Ghaib, 1/480, no. 1535; At-Tirmidzi, Kitab al-Bir, Bab Da'wah al-Akh li Akhihi, 4/352, no. 1980; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1329; al-Qudha`i, no. 1328 dan 1330: dari beberapa jalur, dari Abdurrahman bin Ziyad bin An'um al-Ifriqi, dari Abdullah bin Yazid, dari Abdullah bin Amr. At-Tirmidzi berkata, "Hadits gharib, kami tidak mengetahuinya melainkan dari jalur ini, sedangkan al-Ifriqi dhaif dalam hadits". Saya berkata, "Dia seorang yang dhaif, begitu pula haditsnya".

Akan tetapi ia dimutaba'ah, al-Qudha`i meriwayatkannya, no. 1329 dari jalur Ali bin Sa'id al-Kindi, Furat bin Tamam menceritakan kepada kami, dari al-Auza'i dari Abdullah bin Yazid, dari Ibnu Amru. Dan riwayat ini pun juga lemah. Saya tidak mendapatkan orang yang menyebutkan biografi Furat bin Tamam. Dan saya tidak mengetahui al-Auza'i memiliki riwayat dari Ibnu Yazid. Kemudian saya yakin atas tidak adanya dia mendengar darinya dengan menelaah biografinya dalam Siyar al-A'lam an-Nubala`, maka sanadnya kembali terputus. Dan tidak jauh bahwa Ibnu An'um sendiri terputus dari sanad antara keduanya, atau penyebutan al-Auza'i adalah kesalahan Furat atau rawi sesudahnya. Dan yang benar adalah Ibnu An'um yang terdahulu yang disebutkan dalam jalur sanad sebelumnya. Keduanya bernama Abdurrahman.

At-Tirmidzi mendhaifkannya.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.
Sumber: al-sofwah


Muhammad Rasulullah
May Allah's blessings and peace be upon him

26 September 2011

Kisah Nyata: Memetik Panen dari Kesabaran

Maulana Abdul Salam

Ditengah gemuruhnya kota , ternyata Riyadh menyimpan bayak kisah. Kota ini menyimpan rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga dan hati yang
mendengar. Tentu saja, Hidayah adalah kehendak Allah Azza wa Jalladan Hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya.

Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari sahabat Saya mengenal banyak dari mereka, ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri. Ada beberapa juga dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan , Afrika.

Saya mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga kerja di Hotel ini. Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja. Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah dikulit saya. Hari itu Ammar tidak terlihat. Karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal tentang kabarnya.

"Oh kamu tidak tahu?" Jawabnya balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan logat urdhu yang pekat.
"Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?" Jawab saya.

Selepas itu, tanpa saya duga iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar. Dia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya
keheranan melihat matanya yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali sosok teman sekamarnya itu. Saya mendengarkan dengan seksama. Ternyata Ammar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004 lalu. Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini. Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara Negara Arab lainnya termasuk Sudan , jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket.

Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat. Do'a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen
teman temannya. Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan. Ia tetap mencari kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan .

Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat... Bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir.. Waktu bergeser
lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang. Tapi Ammar tetap bertahan dalam kesabaran.

Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa
menemukan buah buah, tapi di kota? Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing.

Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia. Hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Dihampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun..

Ammarseperti terjerat di belantara Kota ini. Pulang ke suddan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan
keluarganya di negeri Sudan. Itu tekadnya.

Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya. Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan haus
untuk raganya disini. Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan dahaga dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi
untuk keluarganya di Sudan.

Tapi Ammar pun Manusia. Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah
kerjaan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.

Ia memutuskan untuk pulang ke Sudan. Tekadnya telah bulat untuk kembali menemui keluarganya, meski dengan tanpa uang yang ia bawa untuk mereka yang
menunggunya. Saat itupun sebenarnya ia tidak memiliki uang, meski sebatas uang untuk tiket pulang. Ia memaksakan diri menceritakan keinginannya untuk
pulang itu kepada teman terdekatnya. Dan salah satu teman baik Ammarmemahaminya ia memberinya sejumlah uang untuk beli satu tiket penerbangan ke Sudan.

Hari itu juga Ammar berpamitan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan niat untuk kembali ke keluarganya dan mencari kehidupan di sana saja. Ia pergi ke
sebuah Agen di jalan Olayan- Riyadh, utuk menukar uangnya dengan tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini susah didapat karena konflik di Libya, Negara tetangganya. Tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja.

Akhirnya ia beli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya. Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih
minggu depan. Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya. Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah tidak sanggup lagi menahan malu sama temannya, siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan kebiasaan itu.

Adzan dzuhur bergema.. Semua Toko Toko, Supermarket, Bank, dan Kantor Pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security Kota berjaga jaga di luar kantor kantor, menunggu hingga waktu Shalat berjamaah selesai. Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh. Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.

Lalu ia masuk Mesjid. Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.

Hanya disetiap shalat itulah dia merasakan kesejukan, Ia merasakan terlepas dari beban Dunia yang menindihnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap
menit yang ia lalui. Shalat telah selesai. Ammar masih bingung untuk memulai langkah. Penerbangan masih seminggu lagi.

Ia diam.

Dilihatnya beberapa mushaf al Qur'an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengmbil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca
taawudz dan terus membaca al Qur'an hingga adzan Ashar tiba menyapanya. Selepas Maghrib ia masih disana. Beberapa hari berikutnya, Ia memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba. Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya. Seperti pagi itu, ia
adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu. Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa Kota. Adzannya memang khas. Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana. Adzan itu ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh. Hingga jadwal penerbanganpun tiba. Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.

Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.

Ammarsudah duduk diruang tunggu dibandara, Penerbangan sepertinya sedikit ditunda, kecemasan mulai meliputinya. Ia harus pulang kenegerinya tanpa uang
sedikitpun, padahal lima tahun ini tidak sebentar, ia sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi inilah kehidupan, ia memahami bahwa dunia ini hanya persinggahan. Ia tidak pernah ingin mencemari kedekatannya dengan Penggenggam Alam semesta ini dengan mengeluh. Ia tetap berjalan tertatih memenuhi kewajiban kewajibannya, sebagai Hamba Allah, sebagai Imam dalam keluarga dan ayah buat anak anaknya.

Diantara lamunan kecemasannya, ia dikejutkan oleh suara yang memanggil manggil namanya. Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya
belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya. Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata "Prince memanggilmu". Ammarpun semakin kaget jika ia ternyata mau dihadapkan dengan Prince. Prince adalah Putra Raja, kerajaan Saudi tidak hanya memiliki satu Prince. Prince dan Princess mereka banyak tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini. Mereka memilii Palace atau Istana masing masing.

Keheranan dan ketakutan Ammar baru sirna ketika ia sampai di Mesjid tempat ia menginap seminggu terakhir itu, disana pengelola masjid itu menceritakan bahwa
Prince merasa kehilangan dengan Adzan fajar yang biasa ia lantunkan.

Setiap kali Ammar adzan prince selalu bangun dan merasa terpanggil.. Hingga ketika adzan itu tidak terdengar, Prince merasa kehilangan. Saat mengetahui
bahwa sang Muadzin itu ternyata pulang kenegerinya Prince langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar yang saat itu sudah mau terbang untuk kembali ke Negerinya.

Singkat cerita, Ammar sudah berhadapan dengan Prince. Prince menyambut Ammar dirumahnya, dengan beberapa pertanyaan tentang alasan kenapa ia tergesa pulang ke Sudan. Ammarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini dan tidak mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Prince mengangguk nganguk dan bertanya: "Berapakah gajihmu dalam satu bulan?" Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini. Prince memakluminya. Beliau bertanya lagi: "Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu dapati?" Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun kebelakang. Ia lalu menjawabnya dengan malu: "Hanya SR 1.400", jawab Ammar. Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang. 1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR
84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang danmenyerahkannya kepada Ammar.

Tubuh Amar bergetar melihat keajaiban dihadapannya. belum selesai bibirnya mengucapkan Al Hamdalah, Prince baik itu menghampiri dan
memeluknya seraya berkata: "Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh. Jadilah Bilall dimasjidku.. dan hiduplah bersama kami di Palace ini"

Ammar tidak tahan lagi menahan air matanya. Ia tidak terharu dengan jumlah uang itu, uang itu memang sangat besar artinya di negeri Sudan yang miskin. Ammar
menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikannya selama ini, kesabarannya selama lima tahun ini diakhiri dengan cara yang indah.Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang mengigit kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak. Semua berubah dalam sekejap! Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar. Tapi masa yang teramat singkat untuk kekuasaan AllahAzza wa Jalla.

Nothing Imposible for AllahAzza wa Jalla,
Tidak ada yang tidak mungkin bagi AllahAzza wa Jalla..

Bumi inipun Milik AllahAzza wa Jalla,..
Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan AllahAzza wa Jalla.

Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan. Ini adalah cerita nyata yang tokohnya belum beranjak dari kota ini, saat ini Ammar hidup cukup dengan sebuah rumah di dalam Palace milik Prince. Ia dianugerahi oleh AllahAzza wa Jalla di Dunia ini hidup yang baik, ia menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh.

Subhanallah...
Seperti itulah buah dari kesabaran.

"Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya. Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi
kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan AllahAzza wa Jalla ". (NAI)

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو
حَظٍّ عَظِيمٍ

"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar". (Al Fushilat 35)

Allahuakbar!

Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya



Muhammad Rasulullah May Allah's blessings and peace be upon him

07 Agustus 2011

MUI Serukan Tujuh Poin Taushiyah Ramadan 1432H

JAKARTA- Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan tujuh poin taushiyah (pesan-pesan) menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1432 H. Taushiyah itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal MUI Ichwan Sam di Kantor Pusat MUI, Jl. Proklamasi No. 51 Jakarta Pusat, Sabtu (30/7).

Dari tujuh poin taushiyah itu adalah agar menjadikan bulan suci Ramadan sebagai bulan kedamaian, bulan anti kekerasan, bulan anti korupsi, bulan bebas fitnah dan ghibah. “Pendek kata, inilah bulan penumpasan nafsu dan kekejian syaitoniyah dan penggalangan aksi kebajikan serta kesantunan terhadap sesama, karena bulan Ramadan adalah saat panen raya pahala bagi para pengamalnya,” ujar Ichwan saat membacakan taushiyah.

Pesan lainnya adalah mengajak kaum muslimin/muslimat dan segenap masyarakat Indonesia untuk menyambut bulan suci Ramadan dengan sukacita dan penuh optimisme karena Ramadan adalah bulan kebajikan, bulan ibadah, dan bulan ampunan yang pasti akan membawa kebaikan, kesejahteraan, serta pencerahan hati dan pikiran umat manusia.

“Menyerukan kepada umat Islam agar memasuki Ramadan dengan penuh keimanan, senantiasa mengharap ridha Allah swt dalam suasana hati yang sejuk, tenang, dan damai, serta mengembangkan sikap toleransi (tasamuh) dalam menjalankan agama, tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan, termasuk perbedaan faham keagamaan, serta menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia (tabdzir) dan pemborosan (israaf) yang mendatangkan kemudaratan bagi diri sendiri dan orang lain,” katanya.

Poin lainnya, mengajak seluruh organisasi/lembaga Islam, khususnya lembaga-lembaga pendidikan untuk mengisi bulan Ramadan demi lebih memberi makna pada pengayaan nilai dan khasanah Ramadan sebagai bulan penuh berkah (syahr al-mubarak) dan bulan puasa (syahr al-shiyam) dengan menyelenggarakan berbagai program keutamaan untuk keluarga, remaja, dan anak-anak seperti tadarus Alquran, pesantren kilat, perkemahan Ramadan, kursus keagamaan, dan sebagainya.

Selanjutnya, kepada masyarakat luas diharapkan agar menghormati kemuliaan bulan Ramadan dengan bersama-sama membangun kondisi yang kondusif bagi umat Islam untuk dapat menunaikan ibadah secara tenang dan khusyuk serta menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan pengendalian diri.

Pesan lainnya, bahwa bulan Ramadan adalah bulan ibadah dan bulan amal. Oleh karena itu, diimbau kepada para “aghniya” (kaya) untuk meningkatkan amal saleh dengan membantu kaum dhuafa melalui penyaluran zakat, infak, sodaqoh, dan amal sosial lainnya.

Terakhir, menyerukan kepada pemerintah agar memberikan kesempatan kemudahan dan jaminan keselamatan kepada masyarkat luas dalam memanfaatkan fasilitas transportasi dan fasilitas umum lainnya bagi mereka yang bersilaturrahmi dengan keluarga dan handai tolan merayakan Lebaran Idulfitr.i(PRLM)

Sumber: MUI

Muhammad Rasulullah May Allah's blessings and peace be upon him

TOday's Quotes (20)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: Dan kepada orang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. ((QS. Al-Baqarah [2]:126))


Muhammad Rasulullah May Allah's blessings and peace be upon him

04 Juli 2011

Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Banyak Berpuasa di Bulan Sya'ban

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, saat ini kita menginjak tanggal 1 Sya'ban. Namun kadang kaum muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Semoga dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas serba-serbi bulan Sya'ban.
Allahumma a'in wa yassir (Ya Allah, tolong dan mudahkanlah kami).

Keutamaan Bulan Sya'ban

Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, "Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya'ban". Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Bulan Sya'ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan." (HR. An Nasa'i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, "Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah." (Lathoif Al Ma'arif, 235)

Banyak Berpuasa di Bulan Sya'ban

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya'ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya'ban." (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

'Aisyah radhiyallahu 'anha juga mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya'ban. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya." (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)

Dalam lafazh Muslim, 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan,

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja." (HR. Muslim no. 1156)

Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,

أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya'ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan." (HR. Abu Daud dan An Nasa'i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya (Kaana yashumu sya'ban kullahu)?

Asy Syaukani mengatakan,  "Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata "kullu" (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan." (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya'ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.

Lalu Kenapa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya'ban?

An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. "(Syarh Muslim, 4/161)

Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya'ban adalah karena puasa Sya'ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya'ban. Karena puasa di bulan Sya'ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma'arif, Ibnu Rajab, 233)

Hikmah di Balik Puasa Sya'ban

1. Bulan Sya'ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, "Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah."

2. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya'ban.  Jadi beliau shallallahu 'alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya'ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho'nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.

3.  Puasa di bulan Sya'ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma'arif,  hal. 234-243)

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya'ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.

وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

"Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya." (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do'a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)

وَالله ُتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعٰلَمِيْنَ

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

23 Juni 2011

TOday's Quotes (19)

 

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Al-Ahzab:59)

 

[1232]. Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

08 Juni 2011

TOday's Quotes (18)

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."
(QS ath-Thalaq 2-3)

Beliau mengulang-ulang ayat itu kemudian bersabda,

ياَ أَباَ ذَرٍّ لَوْ أَنَّ الناَّسَ أَخَذُوْا بِهاَ لَكَفَتْهُمْ

"Wahai Abu Dzar, seandainya manusia mengambil (cara) ini, niscaya akan mencukupi mereka." (HR al-Hakim beliau mengatakan, sanadnya shahih. Adz-Dzahabi juga menyebutkan dalam at-Talkhis bahwa hadits ini shahih)

TOday's Quotes (17)

Fadl Ibnu Abbas r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
Kerjakanlah shalat dalam dua (rakaat) kemudian dua (rakaat) dengan tasyahud yang diucapkan pada akhir dari tiap-tiap dua rakaat, dan (shalat) doa yang penuh merendah diri, dengan khusyu' dan ketentraman. Kemudian (sesudah menyempurnakan shalat) angkatlah kedua tanganmu kearah mukamu dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku." Dan barangsiapa yang tidak berbuat demikian, maka shlatnya tidak sempurna. (HR Musnad Ahmad)

06 Juni 2011

Tubuh itu Merekam

Komaruddin Hidayat

Selasa, 24 Mei 2011 11:06 WIB

Dalam Al-Qur’an (Yasin: 65) dinyatakan, di akhirat kelak anggota tubuh kita akan memberikan kesaksian atas apa yang diperbuatnya selama di dunia. Tangan, kaki dan anggota badan lain akan berbicara sehingga mulut tidak bisa membantah dan berbohong.

Pendeknya, dalam pengadilan di akhirat kelak kita tak akan mampu membohongi diri sendiri dan malaikat, karena anggota tubuh akan menjadi saksi yang bisa memberatkan atau meringankan tergantung pada perbuatan yang pernah dilakukan di dunia.

Hakim yang kita hadapi di akhirat kelak bukanlah hakim yang dapat disuap dengan uang sebagaimana yang terjadi di dunia. Tak akan ada yang mampu menolong diri kita kecuali rekaman iman dan amal kebajikan kita sendiri.

Apa yang disampaikan Al-Qur’an di atas secara ilmiah sangat mudah untuk dibuktikan bahwa tubuh itu merekam apa yang biasa kita lakukan dan pikirkan..

Contoh yang paling sederhana adalah rekaman pengalaman naik sepeda. Mungkin ada di antara kita sudah puluhan tahun tidak pernah naik sepeda. Tetapi karena dahulunya pernah dan biasa naik sepeda, andaikan disodori sepeda pasti bisa mengendarainya. Mengapa?

Karena tubuh kita, terutama kaki dan tangan, memiliki rekaman bagaimana mengendarai sepeda, sehingga rekaman tadi muncul lagi ketika disuruh naik sepeda. Tetapi mereka yang dahulunya tidak pernah, yang berarti tidak memiliki rekaman pengalaman, pasti perlu waktu lama dan mulai dari nol untuk belajar naik sepeda.

Contoh ini dapat diperbanyak lagi, misalnya apa yang direkam oleh lidah tentang rasa makanan. Tanpa diberi tahu apa namanya, begitu melihat, mencium baunya dan merasakan rasa makanan yang dahulu suka kita makan waktu kecil, sudah langsung tahu apa nama makanan itu dan bagaimana rasanya.

Bahkan, andaikan makanan itu disajikan dalam keadaan gelap, kita akan bisa mengenalinya. Bagaimana bisa? Karena lidah kita memiliki rekaman akan berbagai rasa makanan.

Dalam sebuah penelitian kajian neurology dibuktikan bahwa sel-sel otak ternyata menyimpan berbagai informasi dan pengalaman yang terekam sejak kecil yang umumnya sudah kita lupakan.

Ketika dilakukan eksperimen dengan pembedahan otak, namun yang bersangkutan tetap sadar, ketika sel-sel saraf tertentu dirangsang ternyata mampu menceritakan berbagai pengalaman sewaktu kecil. Eksperimen ini memperkuat teori bahwa semua yang pernah kita ketahui dan pikirkan terekam dalam jaringan saraf otak.

Jadi, apa yang dikatakan Al-Qur’an tadi semakin diperkuat oleh eksperimen ilmiah. Teori bahwa tubuh merekam saya amati dan buktikan sendiri ketika ayah saya sendiri sakit, dirawat di rumah sakit di Magelang selama satu minggu. Saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa ini.

Betapa tidak? Bayangkan, ketika dia sembuh dan telah kembali ke rumah, saya bertanya kepadanya, "Bagaimana pengalaman Bapak ketika di rumah sakit?" dia jawab, "Saya lupa."

Sungguh ini hal yang aneh. Dia bilang sudah lupa dengan apa yang terjadi di rumah sakit.

Jadi, secara fisik sebenarnya dia memang sakit, tetapi secara mental dia sama sekali tidak merasa dirinya sakit.

Yang sangat mengesankan saya, saat dirawat di rumah sakit, setiap kali datang waktu salat, dia selalu minta air untuk wudu atau minta diberi kesempatan untuk tayamum karena mau salat.

Rupanya, tubuh dan mentalnya merekam ritme jadwal salat, sehingga setiap datang waktu salat jam badannya (biological clock) memberi isyarat secara refleks dan otomoatis untuk bergegas untuk mendirikan salat, karena ayah saya ketika sehat selalu salat tepat waktu lima kali sehari.

Jadi, ketika sakit, jam badan itu bekerja seperti "weaker" yang memberi isyarat karena di dalamnya memiliki rekaman habit.

Contoh lain yang dengan mudah kita saksikan dalam peristiwa-peristiwa sehari-hari adalah pengalaman sopir bis malam lintas kota. Dulu, waktu tol Cipularang belum dibuat, sebagian besar orang menggunakan jalur Puncak untuk pergi dari Jakarta ke Bandung.

Pernahkah kita membayangkan bagaimana hebatnya para sopir bus jurusan Jakarta-Bandung itu ketika melawati Ciawi, Megamendung, Cisarua, Puncak Pass, Cipanas, Cianjur dan Bandung. Sopir-sopir bus itu dengan mudahnya menyusuri jalan berkelok yang naik-turun. Mereka sangat lihai.

Mereka hafal betul kapan dan dimana harus berbelok. Mereka tahu kapan dan dimana akan ada tanjakan dan tikungan, bahkan mereka tahu dimana akan ada banyak kerumunan orang di jalan.

Mengapa mereka bisa sehebat itu? Mengapa sopir itu bisa secara refleks mengendarai dan hafal situasi jalur Jakarta-Bandung? Jawabannya kita pasti tahu: itu karena kebiasaan. Mereka telah terbiasa setiap hari melewati rute itu, sehingga anggota tubuhnya merekam situasi dan keadaan yang dilaluinya.

Begitu juga orang yang dulu pernah mahir bermain ping-pong atau bermain badminton, ketika dia sudah tua, meskipun dia sudah meninggalkan kebiasaan itu selama puluhan tahun, pasti dia akan sanggup memainkan kembali.

Mungkin gerakan dan tingkat kelihaiannya berbeda dengan masa mudanya, tetapi kemampuan dan teknik dasar bermainnya tentu akan terlihat.

Jadi, kebiasaan masa lalu tak akan mudah terlupakan, karena tubuh ini merekam secara kuat apa yang pernah menjadi kebiasaan dan kesukaan atau hobi.

Cerita di atas menyimpan pesan yang sangat dalam. Bahwa hendaknya kita membiasakan berpikir, berbicara dan berbuat yang baik-baik, agar ketika sakit atau menjelang ajal nanti, rekaman kebaikan itu yang akan menemani dan mengawal kita menempuh perjalanan lebih lanjut.

Coba renungkan, ada kejadian pada orang tua yang menjelang ajal, namun sangat sangat sulit untuk mengucapkan zikir seperti tahlil, tahmid dan takbir.

Hal ini disebabkan karena di masa hidupnya bacaan-bacaan zikir itu sangat asing, hati dan lidahnya tidak memiliki rekaman zikir.

Dia tidak mempunyai memori yang dapat membangkitkan kesadarannya untuk mengucapkan kalimah tayyibah itu menjelang ajalnya.

Sebaliknya, sering kali saya menyaksikan bagaimana mudahnya seseorang mengucapkan zikir atau membaca asmaul husna pada saat menjelang kematiannya.

Ini dikarenakan dia telah terbiasa untuk mengucapkan kalimat itu di masa hidupnya. Dia telah membiasakan diri untuk membasahi lidahnya dengan kalimat zikir. Siang malam dia berzikir.

Sebelum dan sesudah salat dia berzikir. Ketika tersandung batu dia beristigfar. Ketika mendengar petir dia bertasbih. Praktis, kalimat zikir telah menjadi bagian dari kebiasaanya sehari-hari, sehingga ketika ajal datang menjemput dia dengan mudah mengucapkan kalimat zikir untuk menutup usianya.

Karena itu, bagi orang yang mempunyai kebiasaan buruk yang selalu mengucapkan kata-kata kotor di masa hidupnya, bisa jadi menjelang sakaratul maut yang akan diingatnya hanya kata-kata kotor.

Orang yang biasa mengejek, mengomel atau mencemooh orang lain akan tertutup hatinya untuk mengucapkan kata-kata yang baik, sebab dalam rekaman atau memori hidupnya selalu dipenuhi dengan kebiasaan buruk itu.

Saya seringkali mendapatkan kisah-kisah nyata yang menceritakan hal itu. Semoga kisah-kisah di atas dapat menjadi pelajaran berharga untuk menghadapi kematian sehingga kita menjumpai Izrail dengan senyum persahabatan.

Mari kita membiasakan diri untuk melafalkan kata-kata yang baik, selalu berzikir dan mengingat Allah Swt., membiasakan diri mengerjakan salat, berpuasa dan bersedekah, serta berbuat baik pada sesama.

Sebab semua itu akan terekam dalam memori kita sepanjang hayat, baik saat hidup di dunia, menjelang sakaratul maut, atau setelah kematian kita.

Husnul khatimah (penghujung yang baik) di masa kematian kita itu tidak bisa diraih dengan tiba-tiba. Ia tak bisa dipaksa dan dibimbing oleh orang lain dengan mudah, karena diri kitalah yang menentukan apakah kita sanggup mendapatkan akhir yang baik atau tidak.

Husnul khatimah merupakan akumulasi dari perjalanan panjang seseorang di masa hidupnya. Rekam jejak kehidupan seseorang menentukan hasil akhir dari perjalanan hidupnya di dunia.

Komaruddin Hidayat

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.