24 Maret 2010

Apa Yang dimaksud Masjid Al-Aqsha?

Al-Aqsha Dalam Bahaya

Oleh Syeikh Raid Shalah, Ketua Harakah Islam di wilayah Palestina 48

dakwatuna.com – Saya menemukan ketidakpahaman dan ketidaktahuan pada
sebagian (besar) umat Islam tentang apa yang dimaksud dengan Masjid
Al-Aqsha Al-Mubarak? berapa luasnya? dan bangunan apa saja yang ada di
dalamnya?

Ketidaktahuan Umat tentang hal ini sudah barang tentu merupakan sebuah
fenomena yang menyedihkan. Dari banyak perjalanan yang saya lalui,
apakah selama menunaikan ibadah Haji, atau keikutsertaan saya dalam
konferensi-konferensi Islam, dan interaksi dengan berbagai elemen Umat
baik di musim Haji maupun Umrah, saya punya kesimpulan bahwa kaum
Muslimin masih memiliki pemahaman yang salah tentang Masjid Al-Aqsha.
Sebagian mereka menyangka bahwa Qubah As-Shakhrah (Dome of The Rock
atau masjid berkubah kuning emas) adalah Al-Aqsha. Sebagian lagi
mengira, bahwa Mushalla Al-Marwani adalah bangunan tersendiri, bukan
merupakan bagian dan tidak ada kaitanya sama sekali dengan Al-Aqsha
Al-Mubarak. Sebagian lagi bahkan kebingungan ketika mendengar istilah
“Al-Aqsha Al-Mubarak” dan istilah “Al-Aqsha Al-Qadim” (Al-Aqsha kuno).
Karenanya saya pikir adalah sesuatu yang urgen dan mendesak untuk
mengangkat dan menjelaskan permasalahan ini. Karena tidak bisa
dianggap wajar jika seorang muslim atau seorang arab ketika dia tidak
mengetahu yang mana Al-Aqsha, karena ketidaktahuan terhadap hakikat
Masjid Al-Aqsha yang sesungguhnya adalah awal yang memilukan bagi
hilangnya Al-Aqsha Al-Mubarak.

Sebaliknya, mengetahui dan memahami dengan baik (hakikat Masjid
Al-Aqsha) merupakan prasyarat mutlak demi terwujudnya kesucian,
kemuliaan dan kemerdekaan Al-Aqsha Al-Mubarak, meski orang-orang kafir
pasti tidak menyukainya. Karena itu, saya bertanya kepada diri saya
pribadi dan kepada Kaum Muslimin, “Sebenarnya, apa yang dimaksud
dengan Al-Aqsha Al-Mubarak itu?”

Mujiruddin Al-Hanbali (seorang Alim yang lahir di kota Al-Quds dan
merupakan keturunan dari Abdullah bin Umar bin Khathab*) dalam
kitabnya An-Anas Al-Jalil (sebuah buku yang secara panjang lebar
menerangkan tentang sejarah Baitul Maqdis sejak didirikannya hingga
tahun 900 H/1494 M dan merupakan referensi paling lengkap tentang
kehidupan ilmiah pada masa Dinasti Ayub dan Raja-raja Mamluk. **Dia
katakan: “ Yang populer di kalangan masyarakat bahwa Al-Aqsha dalam
konteks kiblat yaitu keseluruhan bangunan di tengah-tengah Masjid yang
di dalamnya terdapat mimbar dan mihrab besar. Padahal sesungguhnya
yang dimaksud Al-Aqsha adalah sebutan bagi seluruh komplek Masjid yang
dibatasi oleh dinding pembatas. Maka bangunan yang terdapat di dalam
masjid dan bangunan-bangunan lainnya, seperti Qubbah As-Shakhrah (Dome
of The Rock), ruwaq-ruwaq (mihrab-mihrab masjid) dan bangunan-bangunan
baru lainnya adalah bangunan-bangunan baru. Dan yang dimaksud dengan
Al-Aqsha adalah komplek yang dibatasi oleh dinding pembatas.”
Ad-Dubbagh dalam bukunya Al-Quds mengatakan, “ Al-Haram Al-Qadasi
(wilayah haram yang suci) terdiri dari dua bangunan masjid; pertama,
Masjid Ash-Shakhrah (atau Qubbah Ash-Shakhrah) dan Masjid Al-Aqsha,
serta bangunan-bangunan apa saja yang ada disekitarnya, hingga dinding
pembatas sekalipun.”

Dengan dasar ini, jelaslah bagi kita bahwa semua kawasan yang ada di
dalam batas dinding Al-Aqsha Al-Mubarak adalah bagian tak terpisahkan
dari Al-Aqsha Al-Mubarak. Bahkan dindingnya itu sendiri merupakan
bagian dari Al-Aqsha. Dalam artian, dinding dan semua pintu gerbang
yang ada padanya adalah bagian tak terpisahkan dari Al-Aqsha yang
diberkahi. Sebagai contoh, Dinding sebelah Barat adalah bagian tak
terpisahkan dari Al-Aqsha, begitu pula dengan Tembok Al-Buraq yang
merupakan bagian dari Dinding Barat tersebut adalah juga bagian tak
terpisahkan dari masjid Al-Aqsha. Dan Ribath Al-Kurd yang juga bagian
dari Dinding Barat, merupakan bagian tak terpisahkan dari Al-Aqsha.
Demikian pula dengan semua pintu masuk yang ada di Dinding Barat
tersebut seperti Pintu Barat (Bab Al-Magharibah), juga semua bangunan
yang ada di Dinding Barat seperti madrasah At-Tankaziyah, semuanya
bagian tak terpisahkan dari Al-Aqsha Al-Mubarak. Saya, yakin mayoritas
Umat Islam belum mengetahui tentang hakikat ini. Dan adalah kewajiban
bagi mereka untuk mengetahuinya. Maka bagi yang telah mengetahui
hakikat-hakikat ini akan memahami betul bahwa telah terjadi
pelanggaran yang nyata terhadap Al-Aqsha Al-Mubarak hingga saat ini.
Seperti, Perombakan dan pengalihfungsian Tembok Al-Buraq yang
merupakan bagian dari Al-Aqsha yang sekarang ini terkenal dengan
sebutan “Benteng Ratapan” (sebagai bentuk penyesatan makna) adalah
salah satu bentuk penistaan yang nyata dan terus-menerus terhadap
Al-Aqsha Al-Mubarak. Juga penutupan Pintu Barat (yang merupakan bagian
dari Al-Aqsha) yang dilakukan Israel hingga saat ini. Serta
pengalihfungsian Madrasah At-Tankaziyah (yang merupakan bagian dari
Al-Aqsha) menjadi barak militer Israel hingga saat ini. Semua itu
merupakan bentuk-bentuk pelanggaran yang nyata dan berkesinambungan
terhadap Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak. Saya ulangi-ulangi sebagai
penegasan, dan siapa saja di antara yang masih tidak paham tentang hal
ini, sungguh keterlaluan.

Orang yang mengetahui hakikat Al-Aqsha Al-Mubarak maka secara otomatis
akan mengetahui apa bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan secara
berkesinambungan dan apa saja penistaan-penistaan nyata yang dilakukan
terhadap Al-Aqsha. Dan saya ingin katakan, “Bahwa Benteng Timur dan
Benteng Utara serta Selatan yang mengelilingi Al-Aqsha Al-Mubarak
dengan semua pintu dan bangunan yang ada padanya adalah bagian tak
terpisahkan juga dari Al-Aqsha!! Sungguh tragis petaka yang menimpa
Masjid Al-Aqsha hingga detik ini jika dilihat pemahaman yang
mengantarkan kita kepada hakikat Al-Aqsha Al-Mubarak ini!! Saya juga
ingin menegaskan lagi bahwa semua bangunan yang ada di komplek yang
dikelilingi oleh tembok pembatas mirip segi empat ini adalah bagian
tak terpisahkan juga dari Al-Aqsha Al-Mubarak!! Maka pelataran
berpasir yang ditanami pohon Zaitun dan pepohonan lainnya adalah
bagian tak terpisahkan dari Al-Aqsha. Tempat aliran air, kubah-kubah,
tembok-tembok pembatas, gapura-gapura serta bangunan-bangunan lainnya
adalah bagian tak terpisahkan dari Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak. Saya
ulangi lagi, bahwa yang mengetahui dan memahami hakikat inilah yang
akan mengerti nestapa dan kegelisahan yang menyelimuti Al-Aqsha
Al-Mubarak!! Salah satu bangunannya yang terletak di dalam dinding
pembatas telah dialihfungsikan menjadi Pos Polisi Zionis hingga saat
ini, dan ini bentuk penodaan nyata yang berkesinambungan terhadap
Al-Aqsha Al-Mubarak. Demikian pula dengan pelataran tanah yang
terletak di antara dinding Al-Aqsha, sebagian orang Zionis, terutama,
“Yisrael Hawkins” berupaya membangun Sinagog di atasnya, dan
menyatakan secara terang-terangan tentang hal itu. Dan bahkan secara
terang-terangan mengatakannya kepada saya tentang rencana ini. Maka
saya katakan kepadanya, “ Kalau itu yang kalian rencanakan, maka,
(sebenarnya) kalian sedang berusaha untuk menyulut terjadinya perang
dunia ketiga karena wilayah ini adalah bagian dari Masjid Al-Aqsha
Al-Mubarak. Dan cukup dengan berpikir untuk membangun Sinagog di
atasnya kalian telah melakukan penodaan yang nyata terhadap Al-Aqsha
Al-Mubarak!! Termasuk apa yang dilakukan Pemerintah Zionis dengan
menutup pintu-pintu yang menjadi akses masuk ke pelataran ini dan
bangunan-bangunan yang ada di dalamnya hingga saat ini adalah bentuk
pelanggaran nyata terhadap Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak.

Kemudian ingin saya katakan lagi, seperti yang saya katakan
sebelumnya, bahwa As-Shakhrah Al-Musyarafah (Batu yang dimuliakan)
adalah bagian tak terpisahkan dari Al-Aqsha Al-Mubarak. Serta Masjid
yang dibangun di tengah-tengah komplek Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak dari
arah Kiblat (yang oleh Umat Islam sering dipahami sebagai masjid
Masjid Al-Aqsha (yang sesungguhnya), padahal bukan itu yang dimaksud
Masjid Al-Aqsha (yang sesungguhnya), beserta bangunan-bangunan yang
terdapat di bawah masjid ini yang kita sebut dengan istilah “ Al-Aqsha
Al-Qadim” (Al-Aqsha Kuno) semuanya adalah bagian tak terpisahkan dari
Al-Aqsha Al-Mubarak. Begitu pula dengan Mushalla Al-Marwani yang
terletak di sebelah tenggara Al-Aqsha adalah juga bagian tak
terpisahkan dari Al-Aqsha. Berdasarkan pemahaman ini, maka rencana
jahat apapun untuk mengambil atau mengubah Al-Aqsha Al-Qadim dan
Mushalla Al-Marwani adalah bentuk konspirasi keji terhadap Al-Aqsha
Al-Mubarak. Dan kita bertahun-tahun tertipu, lalu dengan enteng
berseloroh, “Demi terciptanya kedamaian, mengapa tidak kita serahkan
saja Mushalla Al-Marwani atau Al-Aqsha Al-Qadim kepada orang-orang
Yahudi?!”

Saya katakan: Bangkitlah wahai Kaum Muslimin dan bangsa Arab!
Pemikiran seperti ini adalah bentuk pelanggaran keji terhadap
Al-Aqsha. Benar! Luka begitu menganga, malam terasa panjang,
kegelisahan begitu berat, kesabaran dan sumbangsih yang
berkesinambungan. Maka keberanian adalah kesabaran sesaat. Dan
keyakinanlah yang mengantarkan kita kepada kepemimpinan dalam
beragama. Jika kita tahu apa yang telah dipersembahkan, niscaya dengan
sangat mudah dan jelas mengetahui (apa yang bisa kita dapatkan),
seperti yang dikatakan Ustadz Muhammad Hasan Syarab dalam bukunya
“Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsha”: “Masjid Al-Aqsha yang disebut
dalam surat Al-Isra’ semuanya adalah Al-Haram Al-Qadasi. Tempat,
dimana pahala shalat di sana dilipatgandakan. Di penjuru mana saja di
komplek yang dikelilingi pagar tembok itu, apakah di ‘Masjid
Al-Aqsha’, atau di Qubbah As-Shakhrah, atau di Musalla Al-Marwani atau
bahkan di pelataran berpasir yang berada di dalam komplek yang
dibatasi dinding tersebut. Setiap rakaat bernilai sama dengan 500 kali
rakaat (dalam riwayat lain 1000 rakaat) shalat di masjid-masjid
lainnya, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Maka kini saatnya, wahai kaum Muslimin dan bangsa Arab, untuk bangkit
dari tidur panjangmu. Dan segera tersadar dari kelengahanmu.
(hre/PIC/knrp/hdn)

Tidak ada komentar: