18 April 2011

Apakah Anda Sudah Mengenal Allah?

Pertanyaan ini mungkin jarang sekali kita dengar. Bahkan, bagi banyak orang
akan terasa aneh dan terkesan tidak penting. Padahal, mengenal Allah dengan
benar (baca: ma’rifatullah) merupakan sumber ketentraman hidup di dunia
maupun di akherat. Orang yang tidak mengenal Allah, niscaya tidak akan
mengenal kemaslahatan dirinya, melanggar hak-hak orang lain, menzalimi
dirinya sendiri, dan menebarkan kerusakan di atas muka bumi tanpa sedikitpun
mengenal rasa malu.

Berikut ini, sebagian ciri-ciri atau indikasi dari al-Qur’an dan as-Sunnah
serta keterangan para ulama salaf yang dapat kita jadikan sebagai pedoman
dalam menjawab pertanyaan di atas:

Pertama; Orang Yang Mengenal Allah Merasa Takut Kepada-Nya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu saja.” (QS.
Fathir: 28)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Ibnu Mas’ud pernah mengatakan, ‘Cukuplah
rasa takut kepada Allah sebagai bukti keilmuan.’ Kurangnya rasa takut kepada
Allah itu muncul akibat kurangnya pengenalan/ma’rifah yang dimiliki seorang
hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, orang yang paling mengenal Allah ialah yang
paling takut kepada Allah di antara mereka. Barangsiapa yang mengenal Allah,
niscaya akan menebal rasa malu kepada-Nya, semakin dalam rasa takut
kepada-Nya, dan semakin kuat cinta kepada-Nya. Semakin pengenalan itu
bertambah, maka semakin bertambah pula rasa malu, takut dan cinta tersebut….”
(Thariq al-Hijratain, dinukil dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/97])

Kedua; Orang Yang Mengenal Allah Mencurigai Dirinya Sendiri
Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata, “Aku telah bertemu dengan
tiga puluhan orang Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-kalau dirinya tertimpa
kemunafikan.” (HR. Bukhari secara mu’allaq).
Suatu ketika, ada seseorang yang berkata kepada asy-Sya’bi, “Wahai sang
alim/ahli ilmu.” Maka beliau menjawab, “Kami ini bukan ulama. Sebenarnya orang
yang alim itu adalah orang yang senantiasa merasa takut kepada Allah.” (dinukil
dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/98])

Ketiga; Orang Yang Mengenal Allah Mengawasi Gerak-Gerik Hatinya
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “..Begitu pula hati yang telah disibukkan
dengan kecintaan kepada selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan merasa
tentram dengannya, maka tidak akan mungkin baginya untuk disibukkan dengan
kecintaan kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan untuk bertemu
dengan-Nya kecuali dengan mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan
terhadap selain-Nya. Lisan juga tidak akan mungkin digerakkan untuk
mengingat-Nya dan anggota badan pun tidak akan bisa tunduk berkhidmat
kepada-Nya kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan berkhidmat
kepada selain-Nya. Apabila hati telah terpenuhi dengan kesibukan dengan
makhluk atau ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak akan tersisa lagi
padanya ruang untuk menyibukkan diri dengan Allah serta mengenal nama-nama,
sifat-sifat dan hukum-hukum-Nya…” (al-Fawa’id, hal. 31-32)

Keempat; Orang Yang Mengenal Allah Selalu Mengingat Akherat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka akan Kami sempurnakan baginya balasan
amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan. Mereka itulah
orang-orang yang tidak mendapatkan apa-apa di akherat kecuali neraka dan
lenyaplah apa yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Huud: 15-16)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam
melakukan amal-amal, sebelum datangnya fitnah-fitnah (ujian dan malapetaka)
bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita, sehingga membuat seorang
yang di pagi hari beriman namun di sore harinya menjadi kafir, atau sore
harinya beriman namun di pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya
demi mendapatkan kesenangan duniawi semata.” (HR. Muslim)

Kelima; Orang Yang Mengenal Allah Tidak Tertipu Oleh Harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu
dengan banyaknya perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sebenarnya
adalah rasa cukup di dalam hati.” (HR. Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Seandainya anak Adam itu memiliki dua lembah emas
niscaya dia akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan mengenyangkan
rongga/perut anak Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa pun
yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari)

Keenam; Orang Yang Mengenal Allah Akan Merasakan Manisnya Iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara,
barangsiapa memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman…” Di antaranya,
“Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,“Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang ridha kepada
Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR.
Muslim).

Ketujuh; Orang Yang Mengenal Allah Tulus Beribadah Kepada-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu
dinilai berdasarkan niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan sebatas
apa yang dia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya [tulus] karena Allah
dan Rasul-Nya niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa yang hijrahnya karena [perkara] dunia yang ingin dia gapai atau
perempuan yang ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas sebatas
apa yang dia inginkan saja.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak
memandang kepada rupa kalian, tidak juga harta kalian. Akan tetapi yang
dipandang adalah hati dan amal kalian.” (HR. Muslim). Ibnu Mubarak rahimahullah
mengingatkan, “Betapa banyak amalan kecil yang menjadi besar karena niat. Dan
betapa banyak amalan besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Jami’ al-’Ulum wal
Hikam oleh Ibnu Rajab).

Demikianlah, sebagian ciri-ciri orang yang benar-benar mengenal Allah. Semoga
Allah memberikan taufik kepada kita untuk termasuk dalam golongan mereka. Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi
Rabbil ‘alamin.
 
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Tidak ada komentar: