25 April 2011

Tips Agar Perjalanan Kita Penuh Makna

Melakukan perjalanan mungkin sudah menjadi kebiasaan
sebagian besar di antara kita. Mulai dari berjalan ke sekolah, kampus,
pasar, sekedar berjalan kaki ke warnet bahkan hingga safar ke luar
kota. Selama perjalanan tersebut tentunya membutuhkan waktu. Namun
pernahkah terpikir oleh kita untuk memanfaatkan waktu selama perjalanan
tersebut dengan amalan-amalan yang akan mendatangkan manfaat bagi
kita? Semoga tulisan berikut ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi kita
semua untuk memanfaatkan waktu perjalanan agar semakin bermakna.  Perbanyak Berzikir  Berzikir
adalah ibadah yang sangat mudah. Bisa dilakukan kapan pun dan tanpa
mengeluarkan banyak biaya. Namun Alloh menjanjikan ganjaran yang sangat
besar bagi orang yang lisannya selalu basah dengan zikir. Apapun
kendaraan yang kita gunakan, serta selama apapun kita melakukan
perjalanan, berzikir dapat kita lakukan setiap saat. Ketika sedang
memegang setang motor atau memegang kemudi roda empat. Ketika berjalan
cepat di jalan tol atau kondisi kendaraan kita terjebak macet. Ketika
hendak pergi ke kampus atau ketika mudik lebaran ke pulau seberang.  Alloh 'Azza wa Jalla berfirman, يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا . وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً  "Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Alloh,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu
pagi dan petang." (QS. Al Ahzab: 41, 42)  أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ  "Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra'd: 28)  Dari Abdulloh bin Basr rodhiallohu 'anhu ia berkata, "Seorang
laki-laki pernah berkata kepada Rosululloh, 'Wahai Rosululloh,
sesungguhnya syariat Islam itu banyak maka beri tahukan kepadaku sesuatu
yang dapat aku jadikan pegangan!' Maka Rosul menjawab,  لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله  "Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan berzikir pada Alloh." (HR. Tirmidzi)  Adapun lafal zikir yang dapat kita baca saat perjalanan sangat banyak sekali. Kita dapat membaca tasbih (Subhanalloh), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allohu Akbar), tahlil (Laa ilaha illalloh) ataupun lafal-lafal lainnya yang telah dicontohkan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana sabda Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam,  كلمتان خفيفتان على اللسان, ثقيلتان في المزان, حبيبتان الى الرحمان: سبحان الله و بحمده سبحان الله العظيم  "Dua
buah kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan (mizan) dan
dicintai oleh Ar Rohman: Subhanalloh wa bihamdih, Subhanallohil
'azhiim." (HR. Bukhori Muslim)  Demikian pula, kita dapat mengucapkan lafal-lafal lainnya seperti ucapan istigfar (Astaghfirulloh)
sebagaimana Rosululloh menyebutkan bahwa beliau beristigfar lebih dari
70 kali setiap harinya. Seorang salaf pernah berkata, "Perbanyaklah
istigfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar
dan dalam majelis-majelis kalian dan di mana saja kalian berada! Karena
kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!!"  Kita juga dapat membaca sholawat Nabi yang berasal dari dalil yang shohih sebagaimana sabda beliau shollallohu 'alaihi wa sallam yang artinya, "Janganlah
engkau jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan dan bersholawatlah
untukku karena sesungguhnya sholawat yang engkau ucapkan akan sampai
kepadaku di mana saja engkau berada." (HR. Abu Daud dan Ahmad)  Mengulang Hafalan Al Quran  Terkadang
waktu perjalanan yang kita lakukan bisa memakan waktu yang cukup lama.
Terlebih lagi jika kita perjalanan yang kita lakukan cukup jauh. Hal
lain yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu tersebut adalah dengan
mengulang-ulang kembali hafalan Al Quran kita.  Sebagai
contoh misalnya, perjalanan dari rumah ke sekolah, kampus atau kantor
bisa memakan waktu setengah sampai satu jam. Apalagi jika terjebak
kemacetan lalu lintas. Waktu setengah jam dapat kita gunakan untuk
mengulang hafalan Al Quran setengah sampai satu juz.  Sebenarnya
bukan hanya hafalan Al Quran saja yang bisa kita ulang-ulang saat
perjalanan. Bagi Anda yang telah menghafal beberapa hadits Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam bisa juga mengulangnya selama perjalanan. Mengulang hafalan hadits Arba'in misalnya.  Mengulang hafalan ini sangat bermanfaat bagi kita. Membaca Al Quran merupakan sebuah amal ibadah dan para salafushalih
terdahulu amat semangat dalam membaca Al Quran, menghafalnya,
memahaminya dan mengamalkannya. Maka sudah sepantasnya kita sebagai
orang yang menisbatkan diri pada manhaj salaf juga turut menghafal Al
Quran dengan bersemangat. Namun sangat disayangkan sekali banyak di
antara kita yang belum melakukannya.  Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan (Kitabul 'Ilmi
hal 43, 44), "Maka sesungguhnya merupakan kewajiban bagi para penuntut
ilmu untuk bersemangat dalam membaca, menghafal dan memahami Al Quran
karena Al Quran adalah tali Alloh yang sangat kokoh dan fondasi seluruh
ilmu pengetahuan. Dahulu para salaf sangat bersemangat dengan Al
Quran. Di antara mereka ada yang memiliki kemampuan yang sangat
mengagumkan tentang Al Quran. Di antara mereka ada yang telah hafal Al
Quran sebelum berumur 7 tahun. Di antara mereka ada yang menghafal Al
Quran hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan. Hal ini membuktikan
semangat mereka atas Al Quran. Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk
bersemangat dalam menghafal Al Quran melalui siapa saja, karena Al
Quran diambil secara talaqqi (berguru)."  Beliau
melanjutkan, "Sesungguhnya sebuah hal yang sangat disayangkan, sering
kita jumpai sebagian penuntut ilmu tidak memiliki hafalan Al Quran
bahkan sebagian mereka tidak dapat membaca Al Quran dengan baik. Ini
merupakan sebuah cacat yang besar dalam metode menuntut ilmu. Oleh
karena itu, Aku tekankan kembali bahwasanya wajib bagi para penuntut
ilmu untuk bersemangat dalam menghafal Al Quran, beramal dengan Al
Quran, berdakwah kepadanya dan memahaminya dengan pemahaman salafushalih."  Demikianlah
perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin, seorang ulama besar di zaman ini
tentang wajibnya seorang penuntut ilmu untuk bersemangat dalam
menghafalkan Al Quran. Namun sangat disayangkan, sebagian aktivis
dakwah di zaman ini lebih sibuk untuk menghafalkan nasyid-nasyid dan
mendendangkannya di setiap tempat. Wallohul musta'an.  وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ  "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS. Al Qomar: 22)  Awas Jangan Melanggar Rambu Lalu Lintas!!!  Seorang
pengendara tentunya mengetahui bahwa ia haruslah menaati rambu-rambu
lalu lintas. Maka pengendara yang baik adalah pengendara yang menaati
rambu-rambu lalu lintas yang telah ditetapkan untuk kemaslahatan
bersama. Sehingga sudah seharusnya bagi seorang mukmin untuk menaati
kesepakatan ini. Sebagai buktinya bahwa setiap pengendara mesti sudah
menyepakati peraturan lalu lintas adalah surat izin mengemudi (SIM)
yang telah dia dapatkan. Karena menaati peraturan rambu lalu lintas
adalah perintah waliyul amr yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam dan wajib bagi kaum muslimin untuk menaati perintah waliyul amr
selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.  Alloh ta'ala berfirman,  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ  "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An Nisa: 59)  Sebagaimana pula sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam,  المسلمون على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا, او أحل حراما  "Seorang
muslim wajib menunaikan persyaratan yang telah disepakati kecuali
persyaratan yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram." (HR. Tirmidzi, Ad Daruquthni, Baihaqi dan Ibnu Majah)  Namun
sangat disayangkan sekali, banyak di antara kita yang lalai dari
menunaikan kewajiban ini. Sering kali kita melihat (atau mungkin kita
sebagai pelakunya) orang yang melanggar peraturan lalu lintas yang
telah disepakati bersama. Sering kita menyerobot jalur yang semestinya
digunakan oleh orang lain. Jalur yang seharusnya digunakan untuk
kendaraan yang berbelok ke arah kiri menjadi tertutup, padahal
seharusnya kendaraan tersebut dapat langsung berbelok. Maka hal ini
merupakan salah satu bentuk kezholiman dan Alloh ta'ala telah melarang
hamba-Nya untuk berbuat zholim, Alloh berfirman dalam sebuah hadits
qudsi,  يا عبادي إني حرّمت الظلم على نفسي وجعلته محرّما بينكم فلا تظالموا  "Wahai
hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan kezholiman atas diriku dan Aku
jadikan hal tersebut haram di antara kalian maka janganlah kalian
saling berbuat zholim." (HR. Muslim)  Demikian
juga kita dapati banyak sekali para pengendara yang menerobos lampu
lalu lintas ketika sinyal berwarna merah yang menandakan harus
berhenti. Jika orang tersebut berkilah bahwa dia terburu-buru, maka
kita katakan bahwa tidak mustahil orang lain pun memiliki kepentingan
yang lebih mendesak dibandingkan kita. Sering kali terjadinya
pelanggaran-pelanggaran tersebut malah menimbulkan mudhorot yang lebih besar seperti kecelakaan lalu lintas bahkan tidak jarang menelan korban jiwa.  Oleh
sebab itu, hendaknya sebagai seorang pengendara yang baik, kita
menaati peraturan lalu lintas yang telah disepakati bersama.  المسلمون على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا, او أحل حراما  "Seorang
muslim wajib menunaikan persyaratan yang telah disepakati kecuali
persyaratan yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram." (HR. Muslim)  Awas, Pandangan Liar !!!  Selama
perjalanan, banyak hal-hal yang kita lihat. Terlebih lagi jika
perjalanan kita banyak melewati tempat-tempat keramaian seperti pasar
dan semacamnya. Maka pada tempat-tempat seperti itu, panah-panah syaitan
mengintai bani Adam. Syaitan siap melepaskan panah-panahnya namun
sasarannya adalah mata bani Adam. Panah-panah syaitan ini berupa
pandangan mata kita kepada sesuatu yang haram untuk dilihat baik berupa
aurat maupun hal lainnya. Maka orang yang sedang melakukan perjalanan
hendaknya mampu untuk menjaga pandangannya.  Sangat banyak ayat dan hadits yang telah menjelaskan tentang wajibnya menjaga pandangan. Di antaranya firman Alloh ta'ala,  قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ  "Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka." (QS. An Nuur: 30)  Syaikh Salim bin Ied Al Hilaly hafizhohulloh berkata (Bahjatun Nadhirin
3/142,143), "Ini adalah perintah Alloh kepada hamba-hambanya yang
beriman agar mereka menjaga pandangan dari hal yang haram. Maka
janganlah mereka melihat kecuali hal-hal yang diperbolehkan untuk
dilihat. Hendaklah mereka memejamkan mata mereka dari hal-hal yang
diharamkan. Jika pada suatu saat pandangan mereka tertuju pada hal yang
haram tanpa sengaja, maka palingkan pandangannya sesegera mungkin
sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits.  Beliau melanjutkan, "Diharamkannya An Nadhor
(memandang pada hal yang haram -pent) karena hal ini menyebabkan
rusaknya hati dan menggiring kepada perbuatan buruk dengan
berangan-angan tentang hal tersebut dan berjalan padanya. Oleh karena
itu Alloh memerintahkan untuk menjaga kemaluan sebagaimana Ia
memerintahkan untuk menjaga pandangan yang merupakan sarana untuk
menjaga kemaluan. Ketahuilah wahai saudaraku seiman, bahwa barang siapa
yang menjaga kemaluannya, maka Alloh akan menganugerahkan cahaya pada
mata hatinya. Oleh karena itu Alloh mengatakan, "yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka."
Banyak di antara para salaf yang melarang seorang laki-laki untuk
memandang amrod (anak kecil yang tampan dan belum tumbuh janggutnya
-pent). Bahkan sebagian ulama mengharamkannya karena fitnah yang sangat
besar."  Demikianlah, jangan sampai perjalanan kita justru akan membawa mudhorot kepada kita dengan hilangnya cahaya dari Alloh pada hati kita karena pandangan liar yang kita lemparkan.  Seorang
yang sholih pernah berkata, "Barang siapa yang menghidupkan perkara
lahirnya dengan mengikuti sunnah, dan batinnya senantiasa mendekatkan
diri pada Alloh, menjaga pandangannya dari hal yang haram, menjaga
jiwanya dari syubhat dan makan makanan yang halal maka firasatnya tidak
akan keliru." Maka balasan yang diberikan akan setimpal dengan amal
perbuatan yang dilakukan. Barang siapa menjaga pandangannya dari hal
yang haram, maka Alloh akan memberikan cahaya pada hatinya. (Tazkiyatun Nufus, DR. Ahmad Farid, hal 39).  Selain ayat di atas yang menegaskan tentang wajibnya kita menjaga pandangan, ada banyak sekali hadits-hadits dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
tentang hal tersebut. Salah satunya adalah sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Hurairoh
bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Telah
ditetapkan nasib keturunan Adam tentang zina yang tidak bisa tidak,
mesti dia lakukan: Zina kedua mata dengan melihat, zina kedua telinga
dengan mendengar, zinanya lisan dengan berbicara, zina kedua tangan
dengan memukul, zinanya kaki dengan berjalan, dan hati dengan bernafsu
dan berangan-angan. Maka kemaluanlah yang membenarkan hal tersebut atau
mendustakannya." (HR. Bukhori Muslim)  Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilal hafizhohulloh
mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat Nasihat Nabawi untuk
meninggalkan zina dan hal-hal yang menjadi muqoddimah (pendahuluan)
zina. Sebagaimana firman Alloh ta'ala,  وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً  "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al Isra: 32) [Bahjatun Nazhirin 3/144].  Demikianlah,
hendaknya pada saat perjalanan, kita bisa menjaga pandangan kita
karena pada saat inilah banyak orang-orang asing yang kita lihat. Namun
hal ini bukan berarti bahwa kita harus menutup mata selama perjalanan
sehingga bahkan rambu lalu lintas pun tidak kita lihat, bisa kacau
urusannya. Namun hendaklah kita melihat apa yang diperbolehkan kita
melihatnya seperti jalan, pemandangan alam dan lain sebagainya.
Kemudian kita menjaga pandangan kita dari hal-hal yang diharamkan untuk
kita lihat baik berupa gambar-gambar maupun aurat manusia.  Penutup  Demikianlah,
sedikit tips yang dapat kami berikan untuk mengisi waktu perjalanan
kita. Penyebutan yang kami sebutkan di sini hanyalah sekedar contoh
bukan pembatasan. Masih banyak kegiatan lain yang bermanfaat bagi dunia
dan akhirat kita untuk mengisi waktu perjalanan. Bisa dengan membaca
buku yang bermanfaat seperti kisah para sahabat maupun para ulama. Kita
juga bisa mendengarkan yang bermanfaat seperti mendengarkan bacaan Al
Quran dan lain sebagainya. Atau mungkin juga kita bisa mendoakan
orang-orang yang kita cintai seperti orang tua, teman, keluarga dan
lain-lain, karena salah satu penyebab terkabulnya doa adalah ketika
kita dalam kondisi safar. Semoga yang sedikit ini bisa memberikan
manfaat untuk kita semua. Amiin ya mujibbas saailiin.  Maraji': Terjemah Hisnul Muslim.Tazkiyatun Nufus, DR. Ahmad Farid, Darul Qolam Beirut.Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhis Shalihiin, Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilal, Daar ibnul Jauzi, Kerajaan Saudi Arabia.Kitabul 'Ilmi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Daar Ats Tsuraya.
 
*** Penulis: Abu Fatah Amrullah (Alumni Ma'had Ilmi) Murojaah: Ustadz Afifi Abdul Wadud  

Tidak ada komentar: