24 Maret 2009

FW: [daarut-tauhiid] Kekaguman Katherine Wesley

-----Original Message-----
From: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
[mailto:daarut-tauhiid@yahoogroups.com] On Behalf Of Abu Fadhil
Sent: Tuesday, April 29, 2008 1:38 PM
To: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Subject: [daarut-tauhiid] Kekaguman Katherine Wesley

http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6768&I
temid=1

<http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6768&
Itemid=1
>

Kekaguman Katherine Wesley
Selasa, 29 April 2008
Awalnya, ia hanya ingin meneliti Islam, khususnya
fikih dan perbandingan hukum Islam. Tapi, ia mengaku
"jatuh cinta" pada Islam

Oleh: Syamsi Ali *

Sejak dua bulan terakhir ini, the Forum for non/new
Muslims membahas tafsir S. Al-Hujurat Al-Quran.
Rupanya metode pembahasan dengan menjelaskan kata per
kata cukup menarik bagi banyak peserta. Memang di
antara peserta itu sudah ada yang pernah mengambil
kursus bahasa Arab. Sehingga pembahasan ayat-ayat
Al-Quran dengan pendekatan "kata per kata" dan
mendalami makna ayat-ayatnya dengan mendalami makna
dari setiap kata menjadi daya tarik tersendiri.

Hari pertama saja, ketika saya menjelaskan kata
'aamanuu' pada ayat "yaa aayuhalladzina aamanuu
laa tuqaddimuu......dst", mengambil waktu yang cukup
panjang untuk menjelaskan semua makna yang terkait
dengan kata itu. Dimulai dari kata
"amina-ya'manu-amnun" yang berarti "aman",
hingga "aamana-yuuminu-I'maan wa amaanah" yang
berarti "amanah" atau kepercayaan.

Duduk di salah satu sudut ruangan yang tidak terlalu
luas itu, seorang gadis bule. Wajahnya putih bersih
dan penuh senyum, tapi menampakkan sikap pemalu.
Sesekali gadis itu menyelah seolah-olah membenarkan
penjelasan saya, atau menguatkan
argumentasi-argumentasi yang saya berikan.

Saya memang agak terkejut. Apalagi gadis ini belum
saya kenal dengan baik. Maka, dalam sebuah sesi hari
Sabtu itu saya Tanya, "may I ask you?"

"Yes sir!" jawabnya sopan.

"Do you speak Arabic?", tanyaku.

"Oh no!", katanya malu-malu. "But I took some
course on Arabic", lanjutnya.

"Di mana anda mengambil kursus Arab, dan bagaimana
tingkat bahasa Arab mu?" tanyaku.

Dengan sedikit tertawa dia mengatakan, "Jujur saya
malu mengatakannya. Saya baru pemula."

"Saya juga pemula! Jawab saya sambil bercanda.

Menjelang akhir kelas, dua Sabtu lalu, Katherine,
demikian dia mengenalkan diri, seperti ingin sekali
mengatakan sesuatu tapi sepertinya sangat malu, atau
sepertinya berat untuk disampaikan. Sesekali ingin
mengatakan sesuatu, namun setiap kali saya pancing
untuk berbicara, jawabannya "am..amm never mind!",
seperti gaya anak remaja yang cuwek.

Setelah kelas bubar, barulah Katherine mendekat dan
meminta waktu untuk berbicara. Oleh karena waktu saya
singkat, saya katakan, apakah dia perlu waktu panjang?

"Tidak, hanya perlu waktu anda beberapa menit
saja," katanya.

Saya kemudian meminta izin untuk menyelesaikan
beberapa hal yang perlu saya selesaikan. Beberapa saat
kemudian saya memintanya untuk masuk ke 'conference
room'. Katherine masuk ke ruang conference dan
berencana menutup pintu, tapi saya memintanya untuk
tetap pintu terbuka. "It's fine, don't close
it", kata saya.

"Alright Katherine! Adakah hal yang bisa aku
bantu?", saya memulai percakapan siang itu.

"Iman (maksudnya Imam), are you familiar with Imam
Latif?", tanyanya.

"Latif yang mana yang anda maksudkan? Aku mempunyai
beberapa nama Latif dalam memori ku", kataku
merujuk kepada kenyataan bahwa saya mengenal beberapa
teman yang kebetulan bernama Latif atau Abdul Latif.

"I think he is the Imam at the NYU", jawabnya.

"Oh yeah, he is the Muslim Chaplain at the NYU and
as well the Muslim Chaplain for the NYPD", jelasku.

Saya kemudian bertanya, ada apa dengan Imam Khalid
Latif (nama lengkap Chaplain yang dimaksud) itu.
Barulah kemudian saya tahu kalau Katherine itu adalah
mahasiswa S3 di NYU, yang ternyata sedang menulis
disertasinya dalam perbandingan madzhab Maliki dan
Syafi'i.

"Aku telah menghadiri sebagian dari ceramah kuliah dan
kutbahnya." (maksudnya Khutbah)", katanya mengenai
Imam Latif.

Saya kemudian bertanya, kenapa ingin berbicara ke saya
siang itu? Dari percakapan itu ternyata Katherine
sudah meneliti Islam, khususnya fikih dan perbandingan
fikih dalam hukum Islam. "For me, it's simply
amazing!" (bagiku itu benar-benar mengagumkan),
katanya mengenai diskusi-diskusi atau
perdebatan-perdebatan yang terjadi di antara pada
ulama Islam. Menurutnya, semakin dia dalam perberdaan
pendapat para ulama itu, semakin sadar bahwa Islam itu
begitu menjunjung tinggi ilmu dan semangat pencarian
(inquiries). Dia bahkan mengetahui betul bahwa
semangat inilah yang pernah menjadikan Islam jaya
dalam segala lini kehidupan manusia.

"And so, what I can do for you?", tanya saya.
Maksud saya, barangkali ingin mendiskusikan sesuatu
yang berhubungan dengan disertasinya. Atau mungkin
ingin mengklarifikasi tentang sesuatu dalam penelitian
yang dilakukannya.

Katherine terdiam dan bahkan menunduk beberapa saat.
"Saya berfikir untuk memeluk Islam," katanya
seraya meneteskan airmata.

Tanpa terasa saya hanya langsung mengucapkan
"alhamdulillah!". Bagi Katherine tentu kata ini
bukan sesuatu yang asing lagi. Mendengar itu dia hanya
tersenyum seraya mengusap airmatanya.

"Are you sure, Katherine?".

"Yes, I am sure. Pada dasarnya, saya telah
memikirkan tentang dalam waktu yang cukup lama,"
katanya.

Saya kemudian mencoba menjelaskan kembali makna
berislam. Bahwa beislam itu bukan sekedar mengetahui
kebenaran ini, tapi dari itu merupakan komitmen hidup
untuk melakukan perubahan internal maupun eksternal
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Saya memang tidak berpanjang lebar lagi berbicara
kepada Katherine. Saya tahu Katherine sebenarnya tahu
banyak tentang Islam, dan bahkan mungkin lebih banyak
tahu dari 'average Muslims' yang terlahir dari
orang tua Muslim. Apalagi memang dia telah meneliti
hukum Islam, khususnya mengenai fikih Islam.

"Are you ready?", kembali saya tanya.

"Yes!", jawabnya tegas.

Saya meminta ke resepsionis untuk mencarikan dua orang
saksi. Setelah saksi hadir di ruang pertemuan itu,
saya memulai menuntun Katherine mengikrarkan:

"Laa ilaaha illa Allah-Muhammadan Rasul Allah".

Diikuti pekik Allahu Akbar, saya mendoakan semoga
Katherine dikuatkan dan bahkan menjadi da'iyah di
jalanNya. Alhamdulillah! [www.hidayatullah.com]

New York, April 18, 2008

Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of
New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New
York" di www.hidayatullah.com

Tidak ada komentar: